Jalan Kebenaran Hanya Satu (3)

Jalan Kebenaran Hanya Satu (3)


Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du :

Sikap Ulama Salafush Shaleh terhadap Al Qur’an dan As-Sunnah

Dari penjelasan tentang “Jalan Kebenaran Hanya Satu” dalam dua artikel sebelumnya, telah jelas bahwa jalan Al Qur’an dan As-Sunnah adalah satu-satunya jalan kebenaran dan telah sempurna, tidak membutuhkan penambahan dan pengurangan sama sekali.
Al Qur’an dan As-Sunnah yang sempurna ini, begitu agungnya di hati-hati para Ulama Salafush Shaleh, sehingga mereka benar-benar mendahulukan Al Qur’an dan As-Sunnah di atas seluruh ucapan makhluk. Berikut nukilannya :
Az Zuhri rahimahullah berkata:
كان من مضى من علمائنا يقول: الاعتصام بالسنة نجاة
“Para ulama kita terdahulu mengatakan, ‘Berpegang teguh dengan Sunnah adalah keselamatan’.
Imam Malik rahimahullah berkata,:
السنة سفينة نوح، من ركبها نجا و من تخلف عنها غرِق
Sunnah itu seperti perahu Nabi Nuh. Siapa saja yang menaikinya, maka selamat. Dan siapa saja yang terlambat menaikinya, maka ia akan tenggelam (binasa)”.
Berkata Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya I’laamul Muwaqqi’iin:2/200,
وقد نهى الأئمة الأربعة عن تقليدهم، وذمّوا من أخذ أقوالهم بغير حجة
Para Imam yang empat melarang taqlid kepada mereka (jika mampu-pent), dan mereka mencela orang yang mengambil ucapan-ucapan mereka tanpa dalil” (Tafsir Adwaa`ul Bayaan: 1621).
Berkata Ash-Shon’ani rahimahullah,
وأما الأئمة الأربعة؛ فإن كلاً منهم مصرح بأنه لا يقدم قوله على قول رسول الله صلى الله عليه وسلم
Dan adapun Imam yang empat , masing-masing mereka terang-terangan menyatakan bahwa tidak boleh ada satu ucapan makhluk pun yang didahulukan daripada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Irsyaadun Nuqqood ila taisiril Ijtihaad: 141).

Ucapan Imam yang empat rahimahumullah Ta’ala

1. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullahbeliau berkata:
إذا صح الحديث فهو مذهبي
Jika telah shahih sebuah hadits, maka itu adalah madzhabku” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 50).
إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم؛ فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، ودعوا ما قلته
Jika kalian mendapatkan di kitabku pendapatku yang menyelisihi Sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berpeganglah dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tinggalkan apa yang telah aku katakan” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 50).
2. Imam Daril Hijrah, Malik bin Anas rahimahullah, beliau berkata:
إنما أنا بشر أخطىء وأصيب؛ فانظروا في رأيي؛ فكل ما وافق الكتاب والسنة؛ فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة؛ فاتركوه
Sesungguhnya saya manusia, saya bisa salah dan bisa benar, maka perhatikanlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal.48).
3. Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit rahimahullah, beliau berkata:
إذا صح الحديث فهو مذهبي
Jika telah shahih sebuah hadits, maka itu adalah madzhabku” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 46).
4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, beliau berkata:
لا تقلدني ولا تقلد مالكًا ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري، وخذ من حيث أخذوا
“(Jika mampu ) Janganlah kalian taqlid kepadaku, dan jangan pula kepada Imam Malik, Syafi’i, Auza’i dan Ats-Tsauri dan ambillah hukum dari sumber dalil yang mereka ambil (baca: dari Al Qur’an dan As-Sunnah)” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 53).
Imam Ishaq bin Raahawaih rahimahullah,
من بلغه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم خبرٌ يُقرُّ بصحته ثم رده بغير تقية فهو كافر
“Barangsiapa yang sampai kepadanya sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ia akui keshahihannya, kemudian ia menolaknya tanpa sembunyi-sembunyi (baca: terang-terangan), maka ia kafir” (http://Islamqa.info/ar/115125).

Penutup

Demikianlah penjelasan tentang “Jalan Kebenaran Hanya Satu”, yaitu jalan Al Qur’an dan As-Sunnah yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As-Sunnah, hanya saja, tidak boleh kita memahami Al Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman sendiri, haruslah dengan pemahaman Salafush Shaleh (Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in radhiyallahu ‘anhum), sebagaimana firman Allah,
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” (An-Nisaa : 115).
Ketahuilah, sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di dalam ayat ini adalah para shahabat Rasulullah dan generasi pertama dari umat ini.
Dan Salafush Sholeh, generasi pertama dari umat ini, mereka memiliki keutamaan yang besar sebagaimana yang terdapat dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dari Hadits Ibnu Mas’ud رضي الله عنه bahwa sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم
Sebaik-baik manusia adalah kurunku (Sahabat), kemudian orang-orang yang setelahnya (Tabi’in), lalu orang-orang yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Wallaahu a’lam.
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id

Tidak ada komentar