Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (2)

Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (2)


Rahasia dibalik cara yang paling banyak Allah pilih

Allah Ta’ala menyebutkan sifat baik kaum mukminin yang dianugerahkan oleh Allah Ta’alakepada diri mereka, agar mereka terdorong untuk berbuat kebaikan dan menahan diri dari berbuat keburukan, yaitu Allah Ta’ala memanggil mereka dengan panggilan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
Wahai orang-orang yang beriman”, lalu Allah Ta’ala  menyebutkan perintah atau larangan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya dalam cara tersebut terdapat nilai dorongan dan seruan kepada hamba-hamba Allah yang beriman dari dua sisi.

Sisi Pertama

Dorongan dan Seruan untuk Menegakkan Konsekuensi Keimanan, Syarat, dan Penyempurnanya
Apa yang Allah Ta’ala sebutkan setelah panggilan keimanan tersebut adalah bagian dari konsekuensi keimanan, syarat ataupun penyempurnanya. Karena keimanan yang hakiki itu memiliki konsekuensi, syarat, dan penyempurnanya. Merupakan perkara yang menjadi kesepakatan para ulama bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang, serta seluruh ajaran agama Islam yang terkait dengan anggota tubuh lahiriyah maupun yang terkait dengan hati termasuk bagian dari iman berdasarkan dalil yang banyak dari Al-Qur`an dan As-Sunnah, salah satunya adalah dalil yang menjadi pembahasan di sini, yaitu ketika Allah Ta’ala memerintahkan atau melarang sesuatu dengan terlebih dahulu memanggil hamba-hamba-Nya dengan panggilan keimanan.
Ringkas kata, rahasia indah pertama dalam metode Qur`ani ini mengandung seruan kepada kaum mukminin untuk menyempurnakan keimanan mereka dengan melaksanakan syari’at Islam, baik syari’at yang terkait dengan perkara lahiriyah maupun masalah hati. Jadi, tatkala Allah Ta’ala berfirman kepada hamba-hamba-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
Wahai orang-orang yang beriman” lalu Allah Ta’ala  menyebutkan perintah atau larangan-Nya, maka maksudnya adalah wahai orang-orang yang telah dianugerahi nikmat iman, sempurnakanlah keimanan anda dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sebagai konsekuensi keimanan, syarat, atau penyempurnanya.
Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah memberi nasehat emas dalam menyikapi ayat-ayat seruan keimanan:
إذا سمعت الله يقول: {يا أيها الذين آمنوا} فأرعها سمعك. يعني استمع لها.؛ فإنه خير يأمر به، أو شر ينهى عنه
“Jika Anda mendengar Allah berfirman يا أيها الذين آمنوا, maka persiapkan pendengaran Anda -maksud beliau dengarkanlah-, karena sesungguhnya ada kebaikan yang akan diperintahkan atau keburukan yang akan dilarangnya” (Tafsir ‘Al-Utsaimin: Al-Fatihah wal Baqarah: 1/337, Maktabah Syamilah).
Hakekat perintah dan larangan Allah Ta’ala yang didahului panggilan keimanan
Panggilan keimanan dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman adalah sebuah panggilan istimewa yang sangat tepat sasaran, karena seorang mukmin yang baik, dengan keimanan dalam hatinya, akan mendengar, memahami, dan tumbuh tekad kuat untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu sebagai tuntutan keimanannya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan keadaan orang yang tidak beriman kepada Allah Ta’ala. Orang yang kafir tidak mau mendengar seruan Allah Ta’ala, tidak bisa memahami, dan tidak terbetik kemauan pada diri mereka untuk melakukan sesuatu yang dicintai Allah Ta’ala atau meninggalkan sesuatu yang dibenci oleh Allah Ta’ala.Kekufuran membawa mereka kepada pembangkangan, kebinasaan, dan kesengsaraan di dunia, apalagi di akhirat.
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar