Penjelasan Kasyfus Syubuhat (6) : Ghuluw Terhadap Orang Salih Adalah Sebab Kesyirikan

Penjelasan Kasyfus Syubuhat (6) : Ghuluw Terhadap Orang Salih Adalah Sebab Kesyirikan


III. Dasar ketiga

Bersikap melampui batas terhadap orang salih (ghuluw) adalah sebab kesyirikan, bahkan kesyirikan pertama kali terjadi di muka bumi, disebabkan ghuluw ini
Petikan matan
فأولهم نوح – عليه السلام – أرسله الله إلى قومه لما غلوا في الصالحين ودٍّ، وسواع، ويغوث، ونسرٍ. وآخر الرسل محمد صلى الله عليه و سلم وهو الذي كسر صور هؤلاء الصالحين.
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam, beliau diutus kepada kaumnya tatkala mereka berbuat ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang shalih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaghuuts, Ya’uuq, dan Nasr. Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliaulah yang telah menghancurkan patung orang-orang shalih tersebut
Penjelasan
Rasul pertama adalah Nuh ‘alaihis salam, hal ini berdasarkan HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu.
Allah Ta’ala mengutus beliau kepada kaum yang menyekutukan Allah Ta’ala, sedangkan kesyirikan mereka karena mereka bersikap melampui batas (ghuluw) terhadap orang-orang salih.
Sekilas tahapan kesyirikan pertama di muka bumi
Tahap Pertama
Kaum Rasul Nuh ‘alaihis salam turun temurun berasal dari keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam, sedangkan  keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam berada di atas Tauhid hingga kehadiran orang-orang salih yang taat kepada Allah, yaitu Wadd, Suwa’, Yaghuuts, Ya’uuq dan Nasr. Ketika mereka meninggal dunia, tersebar di tengah-tengah manusia sikap cinta dunia dan jauh dari mengingat akhirat. Sehingga banyak orang pada masa itu pergi ke kuburan orang-orang salih tersebut, merenung dan menangis di sisi kuburan tersebut untuk menambah semnagat ibadah.
Suatu saat setan pun datang ke kuburan tersebut dan membisiki mereka agar membuat patung-patung orang salih itu, lalu orang-orang itu pun membuat patung-patung tersebut dan mereka letakkan di kuburan-kuburan mereka. Memang awal mulanya mereka tidak menyembah patung-patung tersebut, mereka sebatas memandang patung-patung itu sehingga mereka mengenang kembali kesalihan orang-orang salih yang dipatungkan tersebut.
Tahap Kedua
Umur kaum Rasul Nuh ‘alaihis salam panjang-panjang, sehingga setan punya banyak kesempatan untuk menyelipkan berbagai tipu muslihat guna menyesatkan mereka. Setan membisikan agar mereka menaruh patung-patung tersebut di rumah mereka agar mereka semakin terdorong untuk beribadah, sebagaimana orang-orang salihtersebut. Saat bisikan setan sudah merasuki mereka, merekapun menempatkan patung-patung itu di rumah mereka, bahkan terkadang mereka membawanya ketika sedang safar.
Pada tahapan awal, patung-patung orang salih tidak disembah, namun sekedar untuk mengenang kesalihan mereka, sehingga diharapkan bisa mendorong semangat mereka dalam beribadah.  
Tahap Ketiga
Masa panjang pun berlalu, ketika sudah banyak hilang ilmu tauhid disertai hilangnya tujuan awal pembuatan patung orang-orang salih, mulailah orang-orang yang tidak memiliki ilmu agama beranggapan bahwa tidaklah kakek moyang mereka membuat patung-patung itu kecuali untuk disembah dan dikeramatkan. Akhirnya mereka pun berdoa kepada patung-patung tersebut dengan anggapan ruh-ruh orang-orang salih itu bisa menjadi perantara sampainya hajat mereka kepada Allah. Dengan sebab inilah mereka terjatuh dalam syirik akbar1.
***
(bersambung)
  1.  Diringkas dari Syarh Kasyf Asy-Syubuhat, Syaikh  salih Alusy Syaikh, hal. 46 ↩
____

[serialposts]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.or.id

Tidak ada komentar