Dalil & Pendalilan Tsalatsatul Ushul (14) : Do’a Adalah Ibadah, Ini Dalilnya Dari Al-Qur’an

Tsalatsatul Ushul (14) : Do’a Adalah Ibadah, Ini Dalilnya Dari Al-Qur’an



Dalil bahwa do’a adalah ibadah yaitu firman Alah Ta’ala berikut ini.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdo’alah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.’ Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).
Kesimpulan Dalil
Ayat ini merupakan dalil bahwa do’a adalah ibadah.
Penjelasan Dalil
Dalam ayat ini, terdapat empat alasan pendalilan
  1. Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk berdo’a:
    ادْعُونِي
    “Berdo’alah kalian kepada-Ku”
    dan ini menunjukkan bahwa berdo’a adalah perkara yang dicintai-Nya, karena Allah 
    Ta’ala tidaklah memerintahkan sesuatu kecuali mencintai sesuatu tersebut. Dan setiap perkara yang dicintai-Nya berarti terpenuhi definisi ibadah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ketika mendefinisikan ibadah dalam kitab beliau Al-‘Ubudiyyah. Beliau menjelaskan bahwa Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup setiap perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan, (baik) yang batin (hati), maupun yang zhahir (anggota tubuh yang nampak)1.
    Dengan demikian, inti ibadah adalah perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala.
  2. Allah Ta’ala menjanjikan terkabulnya do’a kepada hamba-Nya yang berdo’a dengan ikhlas2. Allah Ta’ala berfirman,
    أَسْتَجِبْ لَكُمْ
    “…niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian”
    Janji Allah Ta’ala ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala meridhai dan mencintai perbuatan berdo’a kepada-Nya tersebut, dengan demikian terpenuhilah kriteria ibadah.
  3. Allah Ta’ala menamai do’a dengan ibadah, pada petikan firman-Nya :
    إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
    “Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku…”Hal ini nampak dari konteks ayat ini dan sesuai dengan tafsir As-Sudi yang dibawakan Imam Ath-Thabari rahimahullah dalam kitab Tafsir beliau,
    عن السديّ{ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي } قال: عن دعائي
    “(Diriwayatkan) dari As-Sudi tentang {إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي}, beliau berkata: (Sesungguhnya, orang-orang yang sombong) dari berdo’a kepada-Ku”.
  4. Pada petikan firman Allah Ta’ala:
    سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
    “…akan masuk neraka dalam keadaan hina dina”.
Allah Ta’ala akan memasukkan orang yang sombong dan enggan berdo’a kepada-Nya ke neraka dalam keadaan hina dina. Hal ini menunjukkan bahwa do’a adalah perbuatan yang diperintahkan dan dicintai-Nya, sehingga do’a digolongkan dalam ibadah, karena terpenuhi kriterianya.
___
  1. Al-‘Ubudiyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hal. 4 atau silahkan baca : https://muslim.or.id/27050-hidup-tak-sekedar-hidup-2.html ↩
  2. Taisiril Wushul, hal. 4, Syaikh Nu’man bin Abdul Karim ↩
***
[serialposts]
Penulis: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar