Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan? (2)

Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan? (2)


Tidak Cukup Sekedar Angan-Angan

Menjadi sosok pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan memang cita-cita orang beriman, namun untuk bisa meraih cita-cita tersebut, tentulah butuh niat yang ikhlas, tawakal, memohon pertolongan kepada Allah, tekad yang kuat, serta usaha yang sungguh-sungguh. Jangan lupa, bahwa setiap cita-cita yang tinggi itu membutuhkan pengorbanan yang besar.
Di samping itu, menjadi sosok pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan tentunya membutuhkan pemahaman yang benar terhadap kiat-kiat untuk meraihnya.
Oleh karena itulah, dalam serial artikel ini, dijelaskan secara ringkas sebab-sebab untuk bisa menjadi sosok pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.
1. Meyakini bahwa Allah adalah Al-Fattāḥ dan Melaksanakan Tuntutan Peribadahan darinya
Termasuk modal terbesar bagi seorang hamba dalam meraih kedudukan pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah keyakinan yang benar bahwa Allah adalah Al-Fattāḥ (Yang Maha Pembuka kebaikan dan Pemberi keputusan hukum). Dialah yang membuka semua pintu-pintu kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Al-Fattāḥ -sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh ‘Abdur Rahmân As-Sa’di raimahullāh- di samping mengandung pengertian al- ḥukmu, (menghukumi atau memutuskan) sebagaimana firman Allah,
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
“Katakanlah: “Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui” (QS. Saba`:26) juga mengandung makna lainnya, yaitu:
Dialah yang membuka semua pintu kebaikan bagi hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya” (QS. Fathir: 2).
Dia-lah Sang Pembuka pintu-pintu kebaikan dunia dan agama bagi hamba-hamba-Nya, dengan cara membuka hati-hati orang-orang yang dipilih-Nya dengan kelembutan dan perhatian-Nya, dan menghiasi hati mereka dengan tauhid dan keimanan kepada-Nya, yang semua itu akan menyempurnakan agama mereka dan menjadikan mereka istiqamah, tetap tegar di atas jalan yang lurus.
Allah juga membukakan bagi hamba-hamba-Nya pintu-pintu rezeki. Dia menganugerahkan kepada orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya lebih dari apa yang mereka minta dan harapkan, memudahkan bagi mereka mengatasi semua urusan yang sulit.
Keyakinan yang mulia ini akan melahirkan pada diri seorang hamba sikap tawakal hanya kepada Allah semata, mentauhidkan Allah dalam peribadahan, serta berdo’a, memohon pertolongan hanya kepada-Nya, demi tercapainya cita-cita dirinya menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.
Dengan menghayati kandungan nama Al-Fattāḥ, seorang hamba akan menyadari bahwa tidak mungkin ia sanggup memahami kebenaran dan memahamkan kebenaran kepada orang lain serta tidak mungkin ia sanggup mengamalkan suatu amal saleh dan mengajak orang lain untuk beramal saleh, kecuali jika Allah membukakan kebaikan tersebut baginya.
Oleh karena itulah, di antara sebab-sebab berikutnya yang akan disebutkan agar seseorang bisa menjadi sosok pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah tawakal dan berdo’a kepada Allah semata, inilah buah dari keyakinan bahwa Allah lah satu-satunya Al-Fattāḥ, Yang Maha Pembuka kebaikan dan Yang Maha Memutuskan hukum.
Referensi:
  1. Prof. DR. Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr hafizhahullah yang berjudul : “Kaifa takunu miftahan lilkhoir”.
  2. Halaman web: https://almanhaj.or.id/3605-Al-Fattah-Maha-Pembuka-kebaikan-dan-Pemberi-keputusan.html
[Bersambung]
[serialposts]
Penulis: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar