Madrasah Puasa Ramadhan, Sudahkah Kita Raih Buahnya? (2)

Madrasah Puasa Ramadhan, Sudahkah Kita Raih Buahnya? (2)


Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdir Rahman Muadz bin Jabalradhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapus keburukan tersebut. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkata, Hadits Hasan Shahih dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Perhatikanlah! Hadits di atas mengandung tiga bentuk tarbiyyah (pendidikan) agar seorang hamba menjadi baik dan semakin baik (Ash-Shalaah wal-Ishlah).

Tiga bentuk Tarbiyyah tersebut adalah:

Pertama Baiknya hubungan dengan Allah Ta’ala (Taqwallah)dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.”
Kedua Baiknya hubungan (sikap) dengan diri sendiridalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapus keburukan tersebut”.
Ketiga Baiknya hubungan dengan orang laindalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”
Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah dalam khuthbah Jum’atnya yang berjudul “Ramadhan Madrasah Shalah wa Ishlah” mengatakan,
وإذا تأملتَ في مدرسة الصيام وجدتَ أنها محققةً هذه الأمور الثلاثة التي اشتمل عليها هذا الحديث الجامع العظيم
“Dan jika Anda memperhatikan madrasah puasa (Ramadhan), niscaya Anda akan mendapatkan bahwa madrasah tersebut  merealisasikan ketiga perkara yang tercakup dalam Hadits yang universal dan agung ini.”
Berikut penjelasannya:
1. Tentang baiknya hubungan dengan Allah Ta’ala Taqwallah
Maka ketahuilah, bahwa puasa Ramadhan merupakan madrasah yang sangat agung dalam merealisasikan ketakwaan. Perhatikanlah bagaimana Allah Azza wa Jalla membuka Ayat-Ayat tentang puasa dalam surat Al-Baqarah dengan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al-Baqarah : 183).
Kemudian Allah Jalla wa ‘Ala tutup Ayat-Ayat puasa dalam Surat tersebut dengan firman-Nya,
كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Demikianlah Allah menerangkan Ayat-Ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa” (Al-Baqarah: 187).
Jadi -sekali lagi- puasa Ramadhan merupakan madrasah yang sangat agung dalam merealisasikan ketakwaan, karena seorang yang melakukan puasa Ramadhan, merasa diawasi oleh Allah baik saat sendirian maupun ketika bersama orang lain, bersabar menghindari pembatal puasa dan perkara yang mengurangi pahala puasanya. Dan pada diri orang yang berpuasa dengan baik ada kekhusyu’an hati dan ketenangan tingkah laku sehingga berhati-hati dalam bersikap dan tidak terburu-buru, semua ini merupakan bentuk-bentuk ketaqwaan!
Oleh karena itulah, dalam sebuah Hadits, Allah Tabaraka wa Ta’ala  berfirman,
الصِّيَامُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Sesungguhnya ibadah puasa itu khusus dilakukan untuk-Ku semata dan Aku sendiri yang membalasnya (dengan pahala yang hanya Aku yang mengetahui besar dan banyaknya)” (HR. Al-Bukhari).
Demikian istimewanya ibadah puasa itu karena memang dalam puasa terdapat realisasi takwa yang sangat besar dan bahwa puasa adalah ibadah yang menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya.
2. Tentang madrasah ibadah puasa Ramadhan merealisasikan bentuk Tarbiyyah yang kedua, yaitu baiknya sikap terhadap diri sendiri
maka hadits berikut menunjukkan bahwa seorang hamba saat bulan Ramadhan tertuntut untuk melakukan amal-amal shaleh, selain untuk mengharap keridhoan Allah, juga dalam rangka melebur dosa-dosanya. Ini semakna dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan tersebut.”
Berikut ini beberapa amalan yang bisa melebur dosa seorang hamba di bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melakukan shalat malam di bulan Ramadhan (shalat tarawih) karena beriman dan mencari pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena beriman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Al-Bukhari).
Hadits yang lainnya semisal ini hakikatnya mendorong seseorang yang menjumpai bulan Ramadhan untuk menunaikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lainnya, yang bisa menjadi pelebur dosa-dosanya, karena ia mengetahui bahwa di antara sifat jiwa itu adalah ammaratun bis suu`, suka memerintahkan kepada keburukan dan iapun mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Seluruh anak keturunan Nabi Adam banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan dosa adalah orang-orang yang banyak bertaubat” (HR Ibnu Maajah, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).
***
[serialpost]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar