Jika demikian agungnya kandungan kalimat tauhid lā ilāha illallāh, maka pantaslah jika Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa kalimat tauhid lā ilāha illallāh adalah kebaikan yang paling utama. Abu Żar mengkisahkan bahwa beliau berkata pada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللهِ أَوْصِنِي
‘Wahai Rasulullah, beri wasiat kepadaku’
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَأَتْبِعْهَا حَسَنةً تَمْحُهَا
“Apabila engkau melakukan keburukan, maka iringilah dengan melakukan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapusnya.”
Ditanyakan kepada beliau ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللهِ أَمِنَ الْحَسَنَاتِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ؟
“Wahai Rasulullah, apakah kalimat lā ilāha illallāh termasuk kebaikan?”
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هِيَ أَفْضَلُ الْحَسَنَاتِ
“Kalimat itu merupakan kebaikan yang paling utama” (HR. Imam Aḥmad, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Aṣ-Ṣaḥiḥah).
Demikian agung kandungannya, sehingga pantas pula jika kalimat tauhid lā ilāha illallāh berstatus pula sebagai zikir yang paling utama, sebagaimana sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
أفضل الذكر لا إله إلا الله
“Zikir yang paling utama adalah lā ilāha illallāh” (Hadis Marfu’ dari Jābir raḍiyallāhu ‘anhu dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani raḥimahullāh).
Sangatlah pantas jika orang yang menentang kalimat tauhid lā ilāha illallāh menjadi musuh Allah yang paling dibenci oleh-Nya. Kebencian Allah terhadap kesyirikan dan pelakunya tercermin dalam beberapa firman Allah berikut ini.
Allah berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang (paling) besar” (QS. Luqman: 13).
Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa dibawah (dosa syirik) tersebut, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An-Nisā : 48).
Allah berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az-Zumar: 65).
Allah berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS.Al-Maaidah: 72).
Semoga Allah melindungi kita dari kesyirikan yang lahir maupun batin, āmīn.
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Post a Comment