Menyoal konsekwensi penerjemahan Istiwa` (bag.2) - Makna Istiwa' Dalam Bahasa Arab
Lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) secara bahasa Arab tidak mungkin dipahami kecuali bermakna عَلاَ artinya: “ tinggi di atas ”, oleh karena itu dalam tafsiran Salafush Sholeh terhadap lafadz ini, tidaklah keluar dari 4 makna :
- عَلاَ (tinggi di atas)
- ارْتَفَعَ (tinggi di atas)
- صَعِدَ (tinggi di atas)
- استقرّ ,yaitu tetap (tidak beralih dari keadaannya)
'ala (tinggi di atas),irtafa'a (tinggi di atas), sha'ida (tinggi di atas) dan istaqarra (tetap tinggi di atas), semua makna ini benar, dan semuanya menjelaskan makna istiwa` ". [1]
Dengan demikian, jika digabungkan seluruh makna tadi, maka tafsir bahwa Allah “استوى على العرش ” adalah Allah tinggi di atas ‘Arsy dan tetap tinggi di atas ‘Arsy-Nya.
Catatan penting :
1. Dalam kamus bahasa Arab, makna ارتفع dan صَعِدَ - pada sebagian makna-maknanya- kedua kata tersebut bisa bermakna علا ,
sehingga jika kedua kata tersebut diterjemahkan, maka menjadi : tinggi di atas.[2]
Oleh karena itu, seorang pakar bahasa Arab, Ibnu Faris rahimahullah, dalam kitab terkenalnya :
Maqayisul Lughah, mengatakan :
“Sha'ida (shad,'ain, dal) adalah kata asal shahih, yang menunjukkan makna tinggi di atas dan kesulitan (kondisi berat).” [3]
Dalam kitab kamus Lisanul 'Arab, Ibnu mandzur rahimahullah mengartikan kata “irtafa'a” dengan tinggi di atas :
“Disebutkan (suatu contoh dalam bahasa Arab): “Sesuatu itu irtafa'a dengan sendirinya”, maknanya jika sesuatu tersebut tinggi berada di atas”[4]
Hal ini sesuai dengan penjelasan Syaikh Muhammad Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah dalam kitab Syarh Aqidah Wasithiyyah, bahwa 'ala, irtafa'a, dan sha'ida, ketiga-tiganya bermakna sama, yaitu : “tinggi di atas”, beliau berkata:
“Ahlus Sunnah wal Jama'ah beriman bahwa Allah Ta'ala di atas 'arsy-Nya (al-istiwa'), dan istiwa'-Nya sesuai dengan Kemahaagungan-Nya, tidak bisa disamakan dengan istiwa'nya makhluk.
Dan terdapat penjelasan dari para Salafush Sholeh tentang tafsir istiwa', yaitu ada empat makna: عَلاَ (tinggi di atas), ارْتَفَعَ (tinggi di atas), صَعِدَ (tinggi di atas), استقر (tetap di atas).
Akan tetapi 'ala, irtafa'a, sha'ida, maknanya satu (sama), adapun istaqarra maknanya berbeda dengan yang lainnya (makna konsekuensi -pent.).” [5]
2. Ketika seurang ulama Salaf menafsirkan istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dengan salah satu dari empat makna di atas, bukan berarti menafikan/menolak makna yang lain yang tidak mereka sebutkan diantara keempat makna tersebut.
Dan yang tepat dalam memahami makna dari istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) adalah membawakannya kepada keseluruhan dari empat makna tersebut (makna gabungan).
Post a Comment