VI.
Isti'adzah
Isti'adzah
adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak
disukai.
Dengan
demikian isti'adzah termasuk kedalam pembahasan permintaan, maka
perincian hukum isti'adzah yang ditujukan kepada selain Allah adalah
sebagaimana perincian hukum permintaan yang telah penyusun sampaikan.
Macam-macam
Isti'adzah
1.
Isti'adzah yang bernilai Tauhid
Isti'adzah
yang bernilai tauhid adalah isti'adzah kepada Allah Ta'ala
semata,
yaitu sebuah
isti'adzah
jenis ibadah yang
mengandung kesempurnaan sikap
membutuhkan kepada Allah Ta'ala,
berlindung
kepada-Nya, meyakini bahwa hanya Allah Ta'ala
yang
mampu memberi kecukupan, dan meyakini kesempurnaan penjagaan-Nya dari
segala sesuatu, baik pada masa sekarang maupun akan datang, baik
dalam perkara kecil maupun besar, baik terkait dengan bahaya yang
diakibatkan oleh manusia maupun selainnya.
Isti'adzah
jenis ini tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta'ala
dan
hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta'ala
semata
Contohnya
:
Ucapan
seseorang sebagaimana dalam Alquran :
أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ (1)
مِنْ
شَرِّ مَا خَلَقَ (2)
"(1)...
Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, (2)
dari
kejahatan makhluk-Nya”.
[QS. Al-Falaq: 1-2].
Termasuk
kedalam
jenis isti'adzah kepada Allah Ta'ala
adalah
isti'adzah kepada Allah Ta'ala
dengan sifat-Nya,
seperti
: seseorang berlindung kepada Allah Ta'ala
dengan
firman-Nya, keagungan-Nya, keperkasaan-Nya , atau semisalnya.
Contohnya:
Ucapan
seperti yang terdapat dalam hadits berikut ini :
أَعُوذُ
بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ
شَرِّ مَا خَلَق
“
Aku
berlindung (kepada Allah) dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna
dari kejahatan makhluk-Nya”
[H.R Muslim].
2.
Isti'adzah
yang bernilai syirik
Isti'adzah
kepada selain Allah Ta'ala
termasuk
syirik akbar jika ditujukan kepada :
1).
Makhluk yang mati
(baik nabi, wali, kiayi atau selain mereka)
Contohnya:
Seseorang
yang meminta perlindungan kepada wali yang sudah meninggal dunia dari
ancaman wabah penyakit ganas yang banyak menyerang penduduk desa
tetangga.
2).
Makhluk yang ghoib (tidak bisa komunikasi antara yang meminta dan
yang dimintai).
Contohnya:
Seseorang
yang meminta perlindungan kepada jin penunggu rumahnya dari serangan
sihir.
Termasuk
bentuk kesyirikan ini adalah apa yang disebutkan dalam firman Allah
Ta’ala
:
وَأَنَّهُ
كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ
بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ
رَهَقاً
“
Dan
bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin-jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”
[QS. Al-Jin : 6].
3)
Makhluk hidup, tidak ghoib (hadir di tempat atau bisa berkomunikasi),
namun isi permintaannya dalam perkara yang di luar kemampuan makhluk.
Contohnya:
Seseorang
yang meminta perlindungan kepada kiayi yang dianggap sakti yang masih
hidup dan hadir di tempat agar tidak terkena bencana tsunami.
Perbuatan-perbuatan
tersebut di atas termasuk syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya
dari Islam, alasannya
adalah orang
yang meminta perlindungan
tersebut tidak
mungkin melakukannya kecuali dia meyakini bahwa ketiga golongan orang
yang dimintai perlindungan
itu mempunyai kemampuan tersembunyi dalam mengatur alam sebagaimana
Allah Ta'ala,
dan
inilah inti kesyirikan, karena hakekat kesyirikan adalah menyamakan
selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya.
(Bersambung,
in sya Allah)
Artikel www.muslim.or.id
Post a Comment