Resensi Kitab Tauhid (2)



Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan ḥafiẓahullāh menjelaskan bahwa kitab tauḥīd termasuk karya terbaik sang penulis dari sekian banyak karya-karya beliau. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan ḥafiẓahullāh menjelaskan bahwa Kitābut Tauḥīd adalah tulisan terbaik dari Syaikh Al-Mujaddid Muḥammad bin ‘Abdul Wahhāb1. 

Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan ḥafiẓahullāh menjelaskan bahwa kitab ini ditulis untuk menjelaskan tauḥīd ulūhiyyah, yaitu mengesakan Allāh dalam peribadatan dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya (syirik) serta berlepas diri dari kesyirikan tersebut.

Dalam kitab ini juga dijelaskan mengenai syirik akbar, sebuah perkara yang bertentangan dengan tauḥīd, dan perkara yang mengurangi kesempurnaannya yang wajib, berupa syirik kecil atau yang mengurangi kesempurnaan (tauḥīd) yang sunnah.

Syaikh (sang penulis) mengkhususkan pada pembahasan tauḥīd jenis ini (ulūhiyyah), karena tauḥīd jenis inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam2 dan menyebabkan ia selamat dari azab Allāh.

Tauḥīd (ulūhiyyah) merupakan tujuan diutusnya para rasul (‘alaihimuṣ ṣalātu was salām) sekaligus tujuan diturunkannya kitab-kitab Allāh serta merupakan jenis tauḥīd yang diselisihi oleh kaum musyrikin pada setiap zaman dan tempat. Adapun jenis tauḥīd rubūbiyyah, maka kaum musyrikin pun mengakuinya, namun hal itu tidaklah memasukkan mereka ke dalam Islam3.

Para ulama raḥimahumullāh memandang Kitab Tauḥīd ini memiliki nilai ilmiyyah yang sangat tinggi, hal itu dapat diketahui dari banyak sisi, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bersumber dari Al-Qur`ān dan As-Sunnah Dengan Pemahaman Salafuṣ Ṣāliḥ
Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan ḥafiẓahullāh menjelaskan bahwa pentingnya kitab ini nampak dari sisi ini isinya yang ditulis berdasarkan dalil dari ayat-ayat Al-Qur`ān dan hadis-hadis dari As-Sunnah, sehingga tidaklah bisa dikatakan bahwa kitab ini berasal dari ajaran fulan atau ajaran dari Ibnu Abdil Wahhab (Wahabi). Bahkan yang benar adalah (isi) kitab ini adalah Kalāmullāh, sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dan ucapan para imam kaum muslimin (dari kalangan sahabat dan selain mereka, pent). Demikianlah selayaknya penulisan (tulisan ilmiyyah yang baik)4.

2. Semua Makna Hadis yang Dinukil adalah Sahih
Hadis yang beliau bawakan terbagi menjadi dua:
  1. Sahih atau hasan derajatnya dan ṣahih maknanya.
  2. Tidak sahih atau tidak hasan derajatnya, namun sahih ditinjau dari sisi makna yang menjadi inti pembahasan, karena sesuai dengan kaedah umum dalam syari’at Islam.
Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan ḥafiẓahullāh menjelaskan bahwa penulis tidaklah membawakan dalam kitab ini kecuali hadis-hadis yang sahih, hasan atau dha’if (lemah) yang memiliki penguat atau (makna secara umum) hadis dha’if tersebut masuk didalam kaedah umum yang didukung Al Quran dan As-Sunnah5.

[Bersambung]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukasyah

___
  1. I’ānatul Mustafīd bi Syarḥ Kitābit Tauḥīd, Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan, hal.12 
  2. Tentunya maksud Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan disini adalah tauḥīd ulūhiyyah yang mengandung tauḥīd Rububiyyah dan Al-Asma` waṣ ṣifat, karena tidaklah boleh seseorang meninggalkan tauḥīd, walaupun hanya satu macam saja 
  3. I’ānatul Mustafīd bi Syarḥ Kitābit Tauḥīd, Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan, hal.12-13 
  4. I’ānatul Mustafīd bi Syarḥ Kitābit Tauḥīd, Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan, hal.18. 
  5. I’ānatul Mustafīd bi Syarḥ Kitābit Tauḥīd, Syaikh Ṣāliḥ Al-Fauzan, hal.13 

* Dipublikasi ulang dari Muslim.or.id"

Tidak ada komentar