Resensi
Kitab Tsalatsatul Ushul
بسم
الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah,
wash shalatu was salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du:
Kitab
Tsalatsatul Ushul
atau yang akrab dikenal di kalangan penuntut ilmu Syar'i (masyarakat
kita) dengan nama : Al-Ushul
Ats-Tsalatsah ini
adalah
tulisan dari seorang mujaddid, ulama ahli Tauhid, salah satu imam
dakwah Tauhid di kurunnya sampai sekarang, Syaikh Muhammad At-Tamimi
rahimahullah
yang
meninggal pada tahun 1206 H.
Urgensi
kitab ini
Kitab
Tsalatsatul Ushul ini, meski hanya berisikan sepuluh halaman saja,
namun memiliki keistimewaan-keistimewaan yang banyak, sehingga pantas
kitab ini terus diajarkan dan dipelajari oleh para ulama dan penuntut
ilmu Syar'i semenjak lebih dari 240 tahun yang lalu!
Berikut
ini sebagian keistimewaan-keistimewaan kitab yang mungil ini :
1.
Tsalatsatul Ushul mengandung ilmu fardhu 'ain
2.
Tsalatsatul Ushul mengandung dasar-dasar keimanan dan tauhid.
3.
Penulis memperbanyak dalil-dalil,
baik dari Alquran maupun As-Sunnah, serta ditambah dengan nukilan
sebagian ucapan para imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Hal ini
menandakan bahwa isi kitab ini bukanlah hal baru ajaran sang penulis,
namun beliau semata-mata menyampaikan ajaran yang berdasar Alquran
maupun As-Sunnah dengan pemahaman Salaf Sholeh.
4.
Tsalatsatul Ushul mengandung jawaban dari tiga pertanyaan kubur,
sedangkan
menjawab pertanyaan kubur adalah prosesi hari Akhir yang pertama dan
sangat besar pengaruhnya terhadap prosesi Akherat selanjutnya,
sebagaimana dalam riwayat Hani Maula ‘Utsman dalam HR.
Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani.
5.
Metode penjelasan yang digunakan oleh penulis adalah metode yang
sederhana,
singkat dan mudah dipahami sampaipun oleh orang awam, bahkan sebagian
metode penjelasannya dengan cara tanya jawab.
Pembagian
kandungan kitab
Kitab
ini hakekatnya terdiri dari 3 bab besar, yaitu:
1.
MUQODIMAH (PEMBUKAAN)
MUQODIMAH
PERTAMA :
Berisi
tentang kewajiban mempelajari dan mengamalkan empat perkara, yaitu
tentang berilmu Syar'i, beramal, berdakwah dan bersabar.
Dalilnya
adalah surat Al-Ashr, bahwa manusia dalam keadaan merugi, dan binasa,
sedangkan menghindar dari kerugian dan kebinasaan itu wajib hukumnya,
sedangkan tidak bisa tertunaikan kewajiban tersebut kecuali dengan
bersifat dengan 4 sifat tersebut, yaitu: berilmu Syar'i, beramal
sholeh, berdakwah, dan bersabar.
Kesimpulannya:
wajib seseorang berilmu Syar'i, beramal sholeh, berdakwah, dan
bersabar sesuai dengan batasan dalam Syari'at.
MUQODIMAH
KEDUA :
Berisi
tentang kewajiban mempe;ajari dan mengamalkan tiga perkara, yaitu
Tauhid Rububiyyah dan wajibnya
taat kepada Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam,
Tauhid Uluhiyyah, Al-Wala` dan Al-Baraa`.
I.
Tauhid Rububiyyah dan Wajibnya taat kepada Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam
Allah
adalah satu-satunya Pencipta dan pemberi rezeki makhluk-Nya.
Allah
mengutus kepada kita seorang Rasul.
Barangsiapa
mentaati Rasul tersebut akan masuk surga, dan barangsiapa
mendurhakainya akan masuk neraka.
Dalil
ke-1 : QS.
Al-Muzammil: 15-16.
إِنَّا
أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا
عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى
فِرْعَوْنَ رَسُولًا (١٥)
فَعَصَى
فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ
أَخْذًا وَبِيلًا
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus kepada kalian seorang rasul sebagai saksi atas
kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada fir’aun,
lalu fir’aun mendurhakainya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang
berat.”
[QS. Al-Muzzammil [73]: 15-16]
II.
Allah
tidak ridho dipersekutukan dengan apapun dalam peribadatan
(apapun bentuk ibadah tersebut).
Dalil
ke-2 : QS.
Al-Jin : 18.
Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala
:
وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا
مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah kepunyaan Allah, karena itu
janganlah kalian menyembah apapun di dalamnya di samping (menyembah)
Allah.”
[QS. Al-Jin : 18].
III.
Wajibnya Al-Baraa` atau membenci orang-orang yang memusuhi Allah dan
Rasul-Nya,
walaupun mereka orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita.
Dalil
ke-3 : QS.
Al-Mujadilah [58]: 22.
MUQODIMAH
KETIGA :
Terdiri
dari tiga perkara
Perkara
Pertama
Berisi
tentang Hanifiyyah yang merupakan agama Nabi Ibrahim alaihis
salaam,
yaitu: ajaran untuk beribadah kepada Allah semata, mengesakan-Nya,
serta bersih dari kesyirikan.
Hanifiyyah
ini hakekatnya adalah Tauhid, yang kita semua diperintahkan untuk
mengamalkannya.
Perkara
Kedua
Tauhid,
disamping agama Nabi Ibrahim alaihis
salaam juga
merupakan tujuan diciptakannya jin dan manusia, sehingga Tauhid
merupakan tujuan hidup kita.
Dalil
: QS.
Adz-Dzaariyaat : 56.
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
“Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah
kepada-Ku (saja)”.
(QS.
Adz-Dzaariyaat : 56)
3.
Tauhid
adalah perintah terbesar, sedangkan syirik adalah larangan terbesar.
Dalil
:
QS. An-Nisa’ [4]: 36.
2.
INTI MATERI
Yaitu
berisikan pembahasan tentang tiga landasan agama Islam.
LANDASAN
YANG PERTAMA, YAITU: MENGENAL ALLAH
Hal
ini sebagai
jawaban dari pertanyaan kubur: “Siapa
Tuhanmu?”
Dalam
pembahasan mengenal Allah Ta'ala,
penulis membahas 4 point penjelasan, yaitu:
1.
Allah
adalah satu-satunya Rabb (Pemelihara) seluruh makhluk dan
satu-satunya sesembahan mereka yang haq.
Dalil
: QS.
Al-Fatihah [1]: 2
2.
Cara mengenal Allah
Cara
mengenal bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb semesta alam, dan
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah adalah dengan cara
memperhatikan tanda-tanda (kekuasaan) dan makhluk-makhluk-Nya.
Dalil
:
QS.
Al-Fussilat [41]: 37
QS.
Al-A’raf [7]: 54
3.
Rabb adalah Tuhan yang berhak disembah.
Dalil
:
QS.
Al-Baqarah [2]: 21
Dalil
hal ini adalah firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
manusia! Sembahlah Rabb-kalian yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.
4.
Semua ibadah hanya dipersembahkan kepada Allah, dan jika
dipersembahkan kepada selain-Nya maka ia telah terjatuh dalam
kekafiran.
Dalil
:
QS. Jin [72]: 18 ,
وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا
مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah kepunyaan Allah, karena itu
janganlah kalian menyembah apapun di dalamnya di samping (menyembah)
Allah.”
[QS. Al-Jin : 18].
dan
QS. Al-Mukminun [23]: 117
وَمَنْ
يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا
بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ
عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ
الْكَافِرُونَ
“Dan
barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak
ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
itu tiada beruntung.”
[QS. Al-Mukminun [23]: 117]
5.
Macam-macam Ibadah dan bahwa semuanya wajib dipersembahkan
kepada Allah semata
Seperti
: doa, khauf (takut), raja` (berharap), tawakkal, raghbah, rahbah,
dan seluruh ibadah lainnya, semuanya wajib dipersembahkan
kepada Allah semata.
Dalil
:
QS.
Ghafir [40]: 60, QS. Ali Imran [3]: 175, QS. Al-Kahfi [18]: 110],
QS. Al-Maidah [5]: 23, dan selainnya.
LANDASAN
YANG KEDUA : MENGENAL AGAMA ISLAM DENGAN DALIL SEBAGAI DASARNYA
Ini
merupakan jawaban dari pertanyaan kubur : “Apa agamamu?”
Definisi
Agama Islam
Agama
Islam adalah pasrah kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk dengan
mentaati-Nya, dan benci terhadap syirik dan musyrikin.
Agama
Islam berisikan tiga tingkatan, yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan.
1.
TINGKATAN YANG PERTAMA DALAM BERAGAMA ISLAM ADALAH TINGKATAN ISLAM
Tingkatan
ini maksudnya adalah melaksanakan amalan zhahir, yaitu Rukun Islam
yang lima, diiringi dengan sebagian keimanan batin yang menyebabkan
sahnya keislaman yang zhahir tersebut.
Oleh
karena itu dalam sub bab ini, penulis menyampaikan dalil-dalil Rukun
Islam.
Dalil-dalil
tentang rukun Islam
1.
Syahadatain : QS. Ali Imran [3]: 18,
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
“Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia”
dan
QS. At-Taubah [9]:128
2.
Sholat [QS. Al-Bayyinah [98]: 5
3.
Zakat : [QS. Al-Bayyinah [98]: 5
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus.”
4.
Puasa : QS. Al-Baqarah [2]: 183
5.
Haji : QS. Ali Imran [3]: 97
2.
TINGKATAN IMAN
Maksudnya
adalah sebuah tingkatan dalam beragama Islam berupa beriman kepada
rukun iman yang enam, diiringi dengan sebagian keislaman zhahir, dan
amalan zhahir yang menyebabkan kesahan iman yang batin.
Dalam
sub bab ini, penulis menyampaikan dalil-dalil Rukun Iman.
Dalil-dalil
tentang rukun Iman.
1.
Iman kepada Allah,
2.
Malaikat-Nya,
3.
Kitab-kitab-Nya,
4.
Rasul-rasul-Nya,
5.
Hari Akhir
Dalilnya
QS. Al-Baqarah [2]: 177 :
لَيْسَ
الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ
قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul.”
6.
Iman terhadap Taqdir : QS. Al-Qamar [54]: 49
3.
TINGKATAN IHSAN
Ihsan
sebagai sebuah tingkatan dalam beragama Islam adalah
ihsanul 'ibadah,
artinya memperbagus amal ibadah, dan itu setidaknya didapatkan dengan
memenuhi dua syarat diterimanya amal : ikhlas dan mutaba'ah. Ini
tingkatan minimal dari Ihsan.
Sedangkan
tingkatan Ihsan yang sunnah adalah tingkatan
muraqabah
(menghadirkan
penghayatan bahwa seorang hamba dilihat oleh Allah dalam beribadah).
Dan
ini adalah ibadah lari (dari murka Allah) dan takut kepada Allah.
Serta
tingkatan
musyahadah
(menghayati
pengaruh nama dan sifat Allah dalam peribadatan).
Dan
ini nuansanya adalah ibadah mencari (ridho Allah), dan rindu/cinta.
Ihsan
memiliki satu rukun, dan dua tingkatan.
Dalil-dalil
tentang rukun Ihsan.
Dalilnya
diantaranya adalah Shahih al-Bukhari, dan Muslim, dalam kisah
pertemuan malaikat Jibril dengan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam,
serta dalil-dalil selainnya.
Landasan
yang ketiga, yaitu: Mengenal Nabi-Nya
shallallaahu alaihi wa sallam,
Hal
ini meliputi mengenal nama beliau, nasabnya, umurnya, kenabiannya,
kerasulannya, tempat kelahiran, tujuan diutusnya beliau sebagai
rasul, masa beliau mendakwahkan tauhid, hijrahnya, kesempurnaan agama
yang dibawanya, wajibnya taat kepada beliau, dan wafat beliau,
mayoritas hal-hal itu penulis sebutkan beserta dalil-dalilnya.
Peringatan
:
Bentuk
mengenal
Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam itu
banyak
macamnya, namun yang terpenting adalah mengenal tujuan diutusnya
beliau sebagai rasul, yaitu untuk mengamalkan dan mengajarkan tauhid,
dan memberantas syirik.
MUTABA'AH
DALAM MENGENAL TIGA LANDASAN AGAMA ISLAM
Tuntutan
untuk Mutaba'ah dan tidak taqlid dalam mengenal tiga landasan agama
Islam tersebut
Penulis
menjelaskan tiga landasan agama Islam tersebut lengkap dengan
dalil-dalilnya masing-masing, agar sebisa mungkin terbangun pemahaman
dan amal kita di atas dalil, dan bukan taqlid, mengikuti tanpa dasar
dalil.
3.
Penutup
Pada
bagian penutup ini, penulis menyebutkan sebagian dari permasalahan
keimanan terhadap hari Akhir, seperti : iman terhadap hari
Kebangkitan dan Hisab, beserta dalil-dalilnya, seperti : QS. Nuh
[71]: 17-18, dan QS. An-Najm [53]: 31.
Demikian
pula disebutkan permasalahan yang terpenting sebagai penutup, yaitu
tentang inti ajaran seluruh para rasul adalah wajibnya beriman kepada
Allah, dan kufur terhadap thogut berdasarkan QS. An-Nahl [16]: 36
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Dan
sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang rasul (untuk
mendakwahkan): ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.’”
,
diiringi dengan penjelasan makna thogut dan tokoh-tokohnya, serta
penjelasan bahwa hal itu adalah makna La
ilaha illallah,
kalimatut Tauhid yang dengannya seseorang disebut sebagai seorang
muslim, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Shahih di Musnad Imam
Ahmad.
Referensi
terjemah matan :
Bismillah, ahsanallahu ilaik ustadz
BalasHapusSaya izin bertanya, siapakah yg bisa kelak Allah teguhkan ucapannya utk menjawab fitnah kubur? Apakah sekedar mengetahui dan menghafal 3 kewajiban di atas?
M. Nur Rosyid (anggota KT-Kitab)
Bismillah, hanya mengetahui dan mengahafalnya tidaklah cukup untuk bisa menjawab pertanyaan di alam kubur, haruslah mengamalkan tuntutannya.
HapusSeandainya sekedar mengetahuinya dan menghafalnya itu bermanfaat meski tak mengamalkan tuntutannya,
maka konsekuensinya seandainya ada orang yang meninggal dalam keadaan tidak mau beragama Islam namun ia hafal jawaban pertanyaan di alam kubur, tentulah orang tersebut bisa menjawabnya dengan selamat di alam kubur!
Konsekuensi ini tidaklah benar, karena bertentangan dengan dalil.
Maka cara yang benar agar bisa menjawab pertanyaan di alam kubur adalah mempelajari jawabannya dan mengamalkan tuntutannya dengan bertauhid, dan beragama Islam sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, serta tidak beribadah dengan cara bid'ah.
Wallahu a'lam.