Bukti-bukti
adanya
beberapa jama'ah
dakwah yang menyelisihi manhaj dakwah para Rasul 'alaihimush
shalatu was salam
Sejak
dahulu, ulama kita telah memperingatkan adanya jama'ah dakwah yang
memiliki manhaj (metode) dakwah yang menyelisihi manhaj dakwah para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam.
Pernyataan
di atas bukanlah omong kosong, tanpa bukti-bukti nyata. Sepak terjang
sebagian orang-orang yang aktif dalam dunia dakwah yang menyimpang,
kisah sebagian pemuda yang keluar masuk beberapa jama'ah dakwah
tersebut ataupun beberapa keterangan para pemerhati jama'ah-jama'ah
dakwah itu serta majelis ta'lim, buku-buku dan ucapan-ucapan para
pemimpin jama'ah-jama'ah dakwah yang menyelisihi manhaj dakwah para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam tersebut
cukuplah menjadi bukti benarnya sinyalemen para ulama Ahlus Sunnah
wal Jama'ah di atas. (tentang fenomena pahit tersebut, silahkan baca:
Khilafah
Islamiyyah Adalah Tujuan, benarkah? (1)).
Dan
diantara syubhat dan penyimpangan besar yang menyelisihi manhaj
dakwah para Rasul 'alaihimush
shalatu was salam adalah
berlebih-lebihan (ghuluw) dalam menyikapi penegakan
Khilafah Islamiyyah.
Lalu apakah Khilafah
Islamiyyah itu?
Definisi
Khilafah
Secara
bahasa, kata
Khilafah
adalah kata dasar dari
خلَفَ
يَخْلُفُ خَلَفٌ ، خِلْفَة و خِلاَفَة
وخُلوفًا
Dalam
bahasa Arab jika disebutkan kalimat
خلفه
خليفة (Ia
telah digantikan oleh seorang pengganti)
maknanya
adalah ada orang yang telah menjadi penggantinya dan datang/hidup
sesudahnya.
Pelakunya
dinamakan خَليفة
(khaliifah),
bentuk jamaknya adalah خلائفُ
و خُلَفاءُ (khalaaif
dan
khulafaa`)
Sinonim
dari kata Khaliifah adalah
sulthoon, ro`iis, imaam, amiir
dan
haakim.
Secara
istilah
Ulama
rahimahullah
telah
mendefinisikan kata khaliifah
secara
istilah dengan berbagai macam definisi, walau berbeda-beda lafadznya
namun sama inti maknanya.
Berkata
Al-Maawardi rahimahullah
:
الْإِمَامَةُ
:
مَوْضُوعَةٌ
لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِرَاسَةِ
الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا
Imamah
adalah (Kepemimpinan) yang diperuntukkan untuk menggantikan tugas
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam menjaga agama
Islam dan mengatur urusan dunia. [Al-Ahkaam
As-Sulthooniyyah, hal. 3 (PDF)].
Istilah
khaliifah ini
sebenarnya sudah perkenalkan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam sabdanya,
فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مَنْكُمْ بَعْدي فَسَيَرَى
اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا ، فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ ،
عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Sesungguhnya
barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, ia akan
melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian
untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al-Khulafa`
Ar-Rasyidin yang terbimbing, berpegang teguhlah dengannya dan
gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham (maksudnya: peganglah dengan
seteguhnya). [Shahih, HR. Abu Dawud, dan yang lainnya].
Dari
penjelasan di atas maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa
Khilafah
Islamiyyah intinya
adalah pemerintahan (kepemimpinan
negara)
yang
sah dalam Islam
yang mengumpulkan umat Islam ini di bawah satu pemimpin muslim, dalam
menjaga agama Islam dan mengatur urusan dunia
dengan menerapkan Syari'at Allah (ajaran Islam) yang dibawa oleh Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bagaimana
Khilafah Islamiyyah bisa terwujud?
Khilafah
Islamiyyah (pemerintahan/kepemimpinan
negara yang sah dalam Islam) bisa
terwujud
dengan berdasarkan wahyu Allah sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam memimpin
kaum muslimin,
atau
dengan isyarat kepada seseorang –seperti
pada kekhalifahan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
–atau
dengan istikhlaf
(penunjukkan orang yang akan menggantikan) dari penguasa sebelumnya,
seperti penunjukkan Abu Bakar kepada Umar Radhiyallahu ‘anhu .
Atau
urusan itu diserahkan kepada musyawarah di antara beberapa
orang-orang shalih yang dipilih oleh khalifah sebelumnya, sebagaimana
telah dilakukan oleh Umar Radhiyallahu ‘anhu.
Atau
dengan ijma/kesepakatan ahlul-halil
wal aqdi,
yaitu
tokoh-tokoh
umat Islam, dari kalangan ulama dan lainnya sebagai perwakilan kaum
muslimin),
Atau
dengan kemenangan seseorang yang dipaksakan terhadap semua orang
untuk mentaatinya, maka itu juga wajib diikuti –untuk menghindari
perpecahan dan perselisihan-, hal itu telah dinyatakan oleh Imam
Asy-Syafi’i [Lihat Ibnu
Katsir].
(https://almanhaj.or.id/2387-khilafah-di-bumi.html
dengan sedikit perubahan)
Hal
ini dikarenakan, setelah tersebarnya Islam ke berbagai penjuru dunia,
jadilah masing-masing wilayah negara memiliki kepala negara
masing-masing pula, yang kekuasaannya terbatas pada wilayah negara
yang dipimpinnya saja. Maka
wajib bagi masing-masing warga negara ta'at kepada kepala negaranya
masing-masing, sebagaimana
hal ini dijelaskan oleh Al-'Allamah
Asy-Syaukani dalam Sailul
Jarar 4/512.
Setelah
kita membaca keterangan di atas, di
dalam artikel bagian ke-2 ini penulis -dengan memohon taufik kepada
Allah- hendak menfokuskan memperingatkan kesalahan-kesalahan dalam
mensikapi dan meyakini penegakan Khilafah
Islamiyyah,
karena banyak diantara kaum muslimin yang terjatuh dalam masalah ini
serta karena begitu besarnya bahaya yang ditimbulkannya.
Penulis
ambilkan beberapa nukilan tentang kesalahan-kesalahan tersebut di
bawah ini dari kitab Manhajul
Anbiya' fid Da'wah ilallah,
Syaikh Rabii' Al-Madkhali hafizhahullah.
1.
Salah memahami tujuan Agama Islam
Diantara
bentuk penyimpangan tersebut adalah pernyataan,
(إنّ
غاية الدين الحقيقيّة إقامة نظام الإمامة
الصالحة الراشدة)
“Sesungguhnya
tujuan
agama Islam yang sebenarnya adalah mendirikan sistem kepemimpinan
pemerintahan yang baik dan lurus (baca: mendirikan Imamah/Khilafah
Islamiyyah /Pemerintahan Islam).
Konsekwensi
dari ucapan di atas adalah tauhid, shalat, puasa, zakat dan ajaran
agama Islam yang lainnya, hakekatnya merupakan sarana semata untuk
satu tujuan agama ini, yaitu : Imamah (kepemimpinan pemerintahan
Islam/
Khilafah Islamiyyah),
dan ini adalah pernyataan yang batil!
2.
Salah memahami ibadah
Menyimpang
dari manhaj dakwah para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam membuahkan
buah yang pahit, seperti terjerumus dalam kesalahan yang fatal dalam
memahami peribadatan dalam agama Islam ini, hal itu nampak dari
pernyataan salah satu tokoh jama'ah dakwah berikut ini:
Kalian
menyangka bahwa “berdiri menghadap kiblat, meletakkan tangan kanan
di atas tangan kiri, ruku' bersandar (tangan) pada lutut, sujud di
atas tanah dan membaca beberapa kalimat (dzikir) tertentu”- semua
perbuatan dan gerakan-gerakan ini (kalian sangka)- merupakan ibadah
tujuan (maksudnya: bukan ibadah perantara)?
Demikian
pula puasa dari awal Ramadhan sampai awal Syawwal, rasa lapar dan
haus dari pagi sampai sore (kalian sangka) itu adalah ibadah tujuan?
,membaca beberapa ayat Alquran itu ibadah tujuan?, dan tawaf
disekitar Ka'bah adalah ibadah tujuan?...
Jadi,
menurutnya, ibadah-ibadah yang agung tersebut kedudukannya sebatas
sebagai sarana saja (baca: ibadah perantara) untuk sampai kepada
ibadah tujuan dan ibadah yang pokok! Ini adalah sebuah keyakinan yang
sangat merusak!
Dalam
kelanjutan pernyataan di atas, ia
mengatakan :
(
وبالجملة:
فإنّكم
قد سميتم ظواهر بعض
الأعمال
عبادة عندما يقوم شخص بأداء هذه الأفعال
بأشكالها وصورها
تظنّون
أنّه قد عبد الله … والحق
أنّ العبادة التي خلقكم الله من أجلها
والتي
أمركم بأدائها هي شيء آخر)
Dan
kesimpulannya adalah : Sebenarnya kalian telah sebut lahiriyyah
sebagian amal-amal tersebut di atas sebagai sebuah ibadah, jadi
ketika seseorang melaksanakan amal-amal itu dengan berbagai corak
ragamnya, kalian sangka bahwa ia telah beribadah kepada Allah (dengan
amal-amal tersebut)??...dan yang benar adalah bahwa ibadah yang
dengan sebabnya Allah menciptakan kalian dan Allah perintahkan kalian
untuk menunaikannya adalah perkara selain itu semua (ibadah
tujuan)!!
Maksudnya:
tujuan disyari'atkan ibadah-ibadah tersebut sekaligus tujuan
diciptakan manusia adalah ibadah merealisasikan Imamah/Khilafah
Islamiyyah!
Tentunya,ini adalah kesalahan yang sangat fatal!
Dalam
ucapan yang lain, ia mengatakan:
(
هذا
هو الغرض الذي من أجله فرضت الصلاة والصوم
والزكاة والحج
في
الإسلام )
Ini
(yaitu: seputar masalah Imamah/Khilafah Islamiyyah,pent) adalah
sebuah tujuan yang dengan sebabnyalah diwajibkan
shalat,
puasa, zakat dan haji di dalam Islam.
Maksudnya:
disyari'atkannya ibadah-ibadah yang telah disebutkan di atas, yang
sebenarnya termasuk bagian dari rukun Islam itu semua kembali kepada
satu tujuan, yaitu untuk merealisasikan penegakan Imamah/
Khilafah
Islamiyyah!
Dan
hal ini adalah sebuah pemahaman yang salah, yang tidak ada dalilnya
dalam Alquran dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shaleh.
3.
Salah memahami tujuan risalah para Nabi Allah 'alaihimush
shalatu was salam
Fenomena
yang pahit ternyata tidak cukup sekedar menyimpang dari manhaj dakwah
para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam, bahkan
kenyataan yang ada justru malah memahami sesuatu yang bukan
sebagai manhaj
dakwah para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam disangka
sebagai
manhaj mereka
'alaihimush
shalatu was salam. Berikut
pernyataan yang menyimpang tersebut,
(ولأجل
ذلك ما زالت الغاية المنشودة من رسالة
أنبياء الله عليهم
السلام
في هذه الدنيا أن يقيموا فيها الحكومة
الإسلاميَّة)
Karena
itulah, senantiasa tujuan yang tertuntut dari risalah yang dibawa
para Nabi Allah 'alaihimus salam di dunia ini adalah menegakkan
pemerintahan Islam.
4.
Perhatian yg berlebihan terhadap politik
Akibat
dari tidak mendahulukan apa yang didahulukan oleh Allah Ta'ala
dan
Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam dalam
berdakwah, maka sebagian jama'ah dakwah terjebak dengan perhatian
yang berlebihan dalam masalah politik, karena menurut mereka, salah
satu pintu terbesar untuk sampai kepada tampuk kepemimpinan Khilafah
Islamiyyah
adalah politik!
Ini
menyebabkan mereka banyak menelantarkan sisi yang terbesar dan
peringkat pertama dalam dakwah para Rasul 'alaihimush
shalatu was salam, yaitu
aqidah/keyakinan yang benar, yaitu tauhid!
5.
Salah memahami akar kerusakan suatu negri
Adalah
sebuah anilisis yang tidak tepat, ketika dinyatakan,
(
إنَّ
قيادة الفجار هي منشأ جميع الكوارث
والنكبات التي مني
بها
الجنس البشري )
Sesungguhnya
kepemimpinan orang-orang yang tidak shaleh (suka maksiat) adalah
sumber malapetaka dan bencana yang menimpa manusia.
Apakah
jika tampuk kekuasaan sudah berhasil dikuasai, lalu diangkatlah
pemimpin negara itu dari orang yang shalih, pasti hal itu jaminan
keamanan negara tersebut dari malapetaka walau bagaimanapun keadaan
masyarakatnya??
6.
Menyerupai ucapan syi'ah rafidhah
Sesungguhnya
berlebih-lebihan dalam mensikapi penegakkan Khilafah
Islamiyyah adalah
sebuah sikap yang pernah ditunjukkan oleh syi'ah rafidhah pada zaman
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Beliau
pernah menukilkan perkataan seorang penulis syi'ah rafidhah sebagai
berikut:
(قال
المصنف الرافضي:
أمَّا
بعد فهذه رسالة شريفة ومقالة لطيفة اشتملت
على أهم المطالب في أحكام الدين وأشرف
مسائل المسلمين وهي مسألة الإمامة، التي
يحصل بسبب إدراكها نيل درجة الكرامة، وهي
أحد أركان الإيمان المستحق بسببه الخلود
في الجنان، والتخلص من غضب الرحمن )
Berkata
penulis syi'ah rafidhah : “Adapun sesudah itu, buku ini adalah
tulisan yang mulia dan makalah ringan, mencakup cita-cita terpenting
dalam masalah hukum Agama
dan masalah kaum muslimin yang termulia, yaitu permasalahan Imamah
(Khilafah). Yang dengan meraihnya, maka akan meraih kemuliaan. Dan
Imamah adalah salah satu dari rukun Iman, yang dengan sebabnya,
(seorang hamba) bisa kekal di Surga dan terhindar dari murka Allah”.
7.
Kesalahan
dalam menilai
bahwa
penegakan Khilafah
Islamiyyah
lah
hakekatnya
akar masalah dan pokok yang paling mendasar serta
permasalahan
kaum muslimin
yang
teragung
Inilah
bukti kesalahan tersebut, seorang da'i sebuah jama'ah dakwah
menyatakan bahwa penegakan Khilafah Islamiyyah disebut sebagai:
(
مسألة
المسائل في الحياة الإنسانيَّة وأصل
أصولها )
Pokok
dari seluruh masalah dalam kehidupan manusia dan prinsip dasar yang
paling mendasar!
(وأشرف
مسائل المسلمين)
Dan
(hal itu) adalah permasalahan kaum muslimin yang teragung
8.
Kesalahan
menilai
bahwa
: “Penegakan
Khilafah
Islamiyyah
merupakan
salah
satu dari rukun iman!”
Sungguh
suatu pernyataan yang tidak berdasar, jika dikatakan:
(
وهي
أحد أركان الإيمان )
(Penegakan
Khilafah Islamiyyah) adalah salah satu dari rukun Iman!!
Sebuah
ucapan yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan
para sahabatnya radhiyallahu
'anhum!
Itulah
beberapa penyimpangan jama'ah dakwah dari manhaj
para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam, walaupun
sebenarnya masih banyak bentuk-bentuk penyimpangan dakwah yang
lainnya, namun beberapa contoh di atas semoga sudah cukup menggugah
kesadaran kaum muslimin terhadap bahayanya menyelisihi manhaj
para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam dalam
menyelesaikan problematika umat Islam ini.
Bayangkan
jika seandainya setiap organisasi dakwah merumuskan manhaj
sendiri-sendiri yang menyelisihi manhaj
para
Rasul 'alaihimush
shalatu was salam, maka
perpecahan dan perselisihan umat menjadi suatu hal yang tidak bisa
dihindari! Camkanlah!
Sanggahan
para ulama rahimahumullah
Sebelum
kita menyimak sanggahan para ulama rahimahullah
dengan rinci terhadap beberapa kesalahan dan penyimpangan prinsip
dakwah yang telah disebutkan di atas, berikut ini penjelasan secara
global tentang bantahan ilmiyyah tersebut.
Para
ulama kita rahimahullah
telah
menjelaskan bahwa :
1.
Menegakkan Khilafah
Islamiyyah memang wajib hukumnya, namun ingat, didalam
Islam segala sesuatu haruslah diletakkan pada tempatnya, termasuk
masalah ini. Jadi sebenarnya Khilafah Islamiyyah wajib hukumnya,
namun ia bukanlah kewajiban yang paling wajib dan yang paling penting
dalam Islam.
2.
Ulama
rahimahullah
juga
menjelaskan bahwa Khilafah
Islamiyyah adalah
wasilah
(perantara)
dan
bukan tujuan!
3.
Bahkan sesungguhnya pernyataan bahwa masalah Imamah/ Khilafah
Islamiyyah adalah tuntutan tertinggi dan ajaran teragung lagi
terpenting dalam Islam itu adalah sebuah kedustaan menurut
kesepakatan kaum muslimin dan bahkan merupakan suatu bentuk
kekufuran.
4.
Tidak adanya penyebutan tentang Khilafah Islamiyyah dalam bentuk yang
mendominasi dan yang
lebih
besar penegasannya di dalam Alquran dan As-Sunnah, ini hakekatnya
merupakan
bukti bahwa Imamah/ Khilafah Islamiyyah bukanlah
perkara yang terpenting dalam
Syari'at Allah
5.
Suatu
perkara yang sangat mendasar sekali dalam Islam bahwa dari dulu
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam
tidak pernah mempersyaratkan pengetahuan tentang Imamah sebagai
syarat kesahan keimanan orang yang masuk Islam.
6.
Allah Ta'ala
dan
Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam
tidak pernah menyebutkan Imamah sebagai salah satu dari rukun iman.
7.
Para Nabi 'alaihimush
shalatu was salam
dalam meyelesaikan berbagai problem umatnya masing-masing, tidak
pernah seorangpun diantara mereka yang menjadikan masalah Imamah
sebagai solusi terpenting dan pertama sebelum yang lainnya!
8.
Demikian pula Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, Utusan
Allah yang terbaik, beliau
pun
dalam meyelesaikan berbagai problem umatnya, tidak pernah menjadikan
masalah Imamah sebagai solusi terpenting dan pertama!
Adapun
penjelasan lebih lanjut tentang point-point bantahan tersebut, dapat
Anda baca di artikel selanjutnya : Khilafah
Islamiyyah Adalah Tujuan, benarkah? (3). In
sya Allah.
***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Post a Comment