Bismillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Pada artikel
Karena Cinta Aku Harus Memilih (bag.1) -Alhamdulillah– telah kami jelaskan tentang kiat mudah meninggalkan latar belakang yang hitam dan tiga poin telah disebutkan di sana, yaitu:
- Mencintai sesuatu yang paling menyenangkan hati
- Dengan menyadari bahwa setiap cinta itu butuh pengorbanan.
- Merenungkan kaidah Qur’ani: “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik darinya”
Nah, berikut kelanjutan kiat mudah tersebut:
4. Allah tidak sama dengan sesuatu apapun
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat” (QS. Asy-Syuuraa:11).
Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Allah mencegah dengan tujuan untuk memberi, adapun makhluk-Nya, banyak di antara mereka yang memberi, agar kelak ganti diberi. Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, husnudz dzonlah (berprasangka baiklah) Anda kepada-Nya, ketika Anda tercegah mendapatkan sesuatu yang Anda harapkan dari perhiasan dunia, asalkan Anda tetap bisa bertaqwa, apalagi kalau ternyata Anda menjadi lebih bertakwa karenanya, bukan malah nyesel nggak kesampean ‘cita-cita’ jahiliyyahnyaatau bukan malah pengen seperti yang dulu, tatkala teringat nostalgia jahiliyyahnya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata, “Jadi demikiankah, Allah Yang Maha Suci, tidaklah Dia mencegah sesuatu dari hamba-Nya yang beriman, berupa perkara dunia, melainkan Dia akan memberikan kepadanya yang lebih utama dan lebih bermanfaat baginya dan anugerah itu tidaklah diberikan kepada non mukmin. Karena sesungguhnya Allah mencegah hamba-Nya dari mendapatkan sesuatu yang lebih rendah nilainya dan sepele, Dia tidak ridha itu didapatkan oleh hamba-Nya karena Dia hendak memberi kenikmatan yang terbaik dan mahal nilainya untuknya. Namun karena ketidaktahuan seorang hamba terhadap maslahat dirinya dan terhadap kedermawanan,kebijaksanaan dan kelembutan Tuhannya,menjadikannya tidak mengetahui perbedaan tingkatan nilai,antara apa yang ia tercegah mendapatkanya, dengan apa yang disimpan untuknya.
Justru yang ada adalah ia begitu menginginkan sesuatu yang bisa segera didapatkan di dunia ini, walaupun sepele nilainya, sedangkan untuk kenikmatan yang ditunda (di akhirat), demikian lemah seleranya terhadapnya,meski itu sesuatu yang mahal nilainya. Padahal, jika seorang hamba adil dalam bersikap terhadap Rabbnya -namun, bagaimanakah ia bisa begitu?- tentu akan mengetahui bahwa karunia-Nya untuknya -dalam bentuk pencegahan-Nya dari mendapatkan dunia, kelezatan dan kenikmatannya- lebih baik daripada karunia-Nya dalam bentuk pemberian-Nya.
Jadi, tidaklah Dia mencegah seseorang kecuali untuk memberinya, tidaklah Dia mengujinya kecuali untuk menyelamatkannya, tidaklah Dia mengujinya, kecuali untuk membersihkannya, dan tidaklah Dia mematikannya, kecuali untuk menghidupkannya” (Lihat kitab Fawa`idul Fawaid, hal: 82, Ibnul Qoyyim).
Meyakini bahwa: “Di Surga, berharaplah semau Anda, semua akan tersedia!”
Allah Ta’ala berfirman,
لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
“Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya” (QS. Qaaf : 35).
Ya, penduduk Surga mendapatkan fasilitas dari Rabb-Nya, berupa “Berharaplah semau Anda, semua akan tersedia”. Oleh karena itu, bagi Anda yang harus meninggalkan hobi Anda karena menyibukkan diri dengan ta’lim, beramal dan berdakwah, janganlah bersedih karena Anda bisa mendapatkan apa yang terluput di dunia, kelak di Surga.
Simaklah dialog singkat berikut ini:
عن سليمان بن بريدة عن أبيه أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله هل في الجنة من خيل ؟ قال : إنِ اللهُ أدخلك الجنة فلا تشاء أن تحمل فيها على فرس من ياقوتة حمراء يطير بك في الجنة حيث شئت ، قال : وسأله رجل فقال يا رسول الله هل في الجنة من إبل ؟ قال : فلم يقل له مثل ما قال لصاحبه ، قال : إن يدخلك الله الجنة يكن لك فيها ما اشتهت نفسك ولذت عينك .
Dari Sulaiman bin Buraidah, dari bapaknya, bahwa ada seseorang bertanya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi sallam, ia berkata, “Ya Rasulullah, apakah di surga ada kuda? Beliau menjawab, ‘Jika Allah memasukkan Anda ke dalam surga, maka tidaklah Anda menginginkan bisa menaiki kuda dari batu mulia berwarna merah,yang terbang membawamu kemana saja sesesuka Anda di Surga’ (kecuali keingian tersebut akan terlaksana)”. Ia (perawi) berkata, “Ada seseorang bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah di Surga ada unta?’”, Ia (perawi) berkata, “Beliau tidak menjawab kepadanya dengan jawaban seperti yang ditujukan kepada temannya (tadi)” , beliau menjawab: “Jika Allah memasukkan Anda ke dalam Surga, maka Anda akan mendapatkan apa saja yang disukai jiwa Anda dan yang sedap dipandangan mata Anda”. (HR. At-Tirmidzi (2543) dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi 3/522. [1])
ففي (صحيح البخاري) عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي – صلى الله عليه وسلم – كان يتحدث – وعنده رجل من أهل البادية -: ((إن رجلاً من أهل الجنة استأذن ربه في الزرع، فقال له: ألست فيما شئت؟. قال: بلى، ولكن أحب الزرع، فبذر، فبادر الطرف نباته. واستواؤه، واستحصاده، فكان أمثال الجبال))
Dalam Shahihul Bukhari, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwa suatu saat Nabi shlallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkisah -sedangkan bersama beliau ada seorang badui-, “Ada seorang penduduk surga memohon izin kepada Tuhannya untuk bercocok tanam, lalu Allah berfirman, “Bukankah engkau sudah mendapatkan semua yang enkau inginkan?” Ia menjawab, “Benar, akan tetapi saya hobi bercocok tanam”. Maka ia pun menabur benih, lalu tumbuh, matang dan siap panennya tanaman tersebut berlangsung dengan cepat, sampai jadilah bergunung-gunung”. [2]
Nah, jika Anda memang mencintai Allah, Anda harus berani menentukan pilihan. Benar karena cinta, Anda harus memilih!
Catatan Kaki
—
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukkasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
Post a Comment