Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (6)

Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (6)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن الله إذا أحب عبدا دعا جبريل فقال إني أحب فلانا فأحبه قال فيحبه جبريل ثم ينادي في السماء فيقول إن الله يحب فلانا فأحبوه فيحبه أهل السماء قال ثم يوضع له القبول في الأرض
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat Jibril lalu berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai fulan, oleh karena itu cintailah si fulan.’ Maka, Jibril pun mencintainya. Lalu, malaikat Jibril menyeru di langit, beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, oleh karena itu hendaklah kalian mencintai fulan.’ Maka, penduduk langit pun mencintai si fulan. Kemudian, diletakkan untuk si fulan tersebut penerimaan di muka bumi” (HR. Muslim).
Makna  ‘diletakkan untuk si fulan tersebut penerimaan di muka bumi’ sebagaimana dijelaskan An-Nawawi rahimahullah, yaitu:
الحب في قلوب الناس ، ورضاهم عنه ، فتميل إليه القلوب ، وترضى عنه
“Kecintaan di hati manusia (kepada orang tersebut), mereka menerimanya, condong hati mereka kepadanya dan mereka meridhainya” (Syarah Shahih Muslim An-Nawawi).
ويفهم منه أن محبة قلوب الناس علامة محبة الله عز وجل
“Dipahami darinya bahwa kecintaan di hati manusia (kepada seseorang) adalah tanda kecintaan Allah ‘Azza wa Jalla” (Umdatul Qari’ Syarah Shahih Al-Bukhari).

Allah melarang Hamba-Nya dari Keburukan dengan Menyebutkan Dampak Negatif dan Akibat Buruknya di Dunia maupun di Akhirat

Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
(48) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik1, dan Dia mengampuni dosa yang dibawah kesyirikan tersebut bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisaa`: 48).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
(116) Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang di bawah kesyirikan tersebut bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya (QS. An-Nisaa`:116).
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa menyekutukan Allah (syirik besar) adalah perkara yang terlarang, karena syirik disebut sebagai dosa yang besar dan Allah Ta’ala juga menyebutkan akibat buruk bagi pelakunya pada kedua ayat ini, yaitu tersesat sejauh-jauhnya dan tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala.
[Bersambung]
___
  1. Yang dimaksud syirik paada ayat ini menurut pendapat ulama yang terkuat adalah syirik besar ↩
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar