RINGKASAN DALIL KITAB TAUHID BAB KE-6 : Tafsir Tauhid dan Syahadat La ilaha illallah

 

Bab ke-6 Kitab Tauhid :

تفسير التوحيد و شهادة أن لا إله إلا الله

Tafsir Tauhid dan Syahadat La ilaha illallah


Hubungan bab ini dengan bab sebelumnya

Setelah pada bab ke-1,2,3&4 pembaca diharapkan memiliki kecintaan dan semangat yang tinggi memahami dengan benar Tauhid serta kebencian terhadap syirik dan takut terjatuh kedalamnya, dan pada bab ke-5 pembaca bersemangat untuk mendakwahkannya, maka seseorang tidaklah bisa mengamalkan dan mendakwahkan Tauhid, kecuali dengan memahami maknanya.


Syarah kosakata dari judul bab :

تفسير التوحيد و شهادة أن لا إله إلا الله

Tafsir Tauhid dan Syahadat La ilaha illallah


- Makna Tafsir

Tafsir adalah penjelasan makna, sehingga kalimat dalam judul “Tafsir Tauhid” bermakna penjelasan makna Tauhid.


Untuk memahami dengan baik sisi-sisi pendalilan dalam bab ini, perlu diketahui 2 macam cara menafsirkan Tauhid dalam setiap dalil yang dibawakan penulis rahimahullah :

1. Tafsir makna lafadznya (Tafsir Lafazh Tauhid), yaitu dalil yang langsung menjelaskan makna Tauhid, baik secara global maupun secara khusus terkait dengan kasus tertentu.

2. Tafsir makna lawannya (Tafsir syirik sebagai lawan Tauhid), yaitu dalil yang menjelaskan makna Tauhid secara bertahap dengan cara menjelaskan makna syirik, lalu kebalikannya itulah makna Tauhid.


- Makna Tauhid

Pada judul bab ini, Alif Lam dalam At-Tauhid adalah Alif lam Ahdiyyah liidz-Dzihni berarti maksudnya telah jelas di pikiran pembaca, yaitu Tauhid Uluhiyyah.

Sehingga huruf wawu disini adalah athaf tafsir, berfungsi menggandengkan dua hal, setelah wawu menafsirkan sebelum wawu.


-Makna Ilah

Makna Ilah bukan Tauhid Rububiyyah yang ditekankan, tapi Tauhid Uluhiyyah yang dimaksudkan sehingga “Ilah” bermakna ma'bud ('ala wazni maf'ul) yang berarti sesembahan, bukan sekedar Pencipta (Tauhid Rububiyyah) karena:

1. Kaum musyrikin mengakui Rububiyyah Allah, bahwa Allah Pencipta alam semesta.

2. Karena abu jahl dan abu tholib yang orang Arab asli memahami “Ilah” pada kalimat “La ilaha illallah” dalam konteks Tauhid Uluhiyyah, yaitu bermakna sesembahan, bahkan justru karena pemahaman mereka seperti itulah, sehingga mereka menolak mengucapkan kalimat “La ilaha illallah”, karena konsekuensinya adalah menetapkan hanya Allah-lah satu-satunnya Sesembahan Yang Haq, sedangkan tuhan-tuhan selain-Nya adalah sesembahan yang batil!


3. Kalau ditafsirkan dengan Rububiyyah, maka membuka pintu syirik, karena tauhid dipahami sekedar pengakuan Allah satu-satunya Rabb Tuhan Pencipta mereka, walau menyembah selain-Nya.


-Makna Syahadah :

Makna Syahadah secara makna bahasa, Syari'at, maupun tafsir Salaf Shaleh terhadap ayat Alquran tentang syahadah adalah meyakini, mengucapkan dan mengabarkan.

Sehingga makna “Asyhadu an La ilaha illallah (saya bersaksi bahwa La ilaha illallah)” adalah saya meyakini, mengucapkan dan mengabarkan bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah.


-Makna “La ilaha illallah”

Maknanya adalah Tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah.

Kalimat Tauhid “La ilaha illallah” ini mengandung dua rukun, yaitu rukun peniadaan (nafi), ada pada kalimat “La ilaha” dan rukun penetapan (itsbat), ada pada kalimat “illallah”.

Makna rukun peniadaan (nafi) pada “La ilaha illallah” adalah meniadakan seluruh sesembahan selain Allah dan meniadakan peribadatan kepada selain Allah.

Makna rukun penetapan (itsbat) pada “La ilaha illallah” adalah menetapkan satu-satunnya sesembahan yang haq adalah Allah dan menetapkan peribadatan hanya ditujukan kepada Allah semata.


Kandungan bab ini

Dalam bab ini terdapat 5 dalil:

1. QS. Al-Israa`: 57


Firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Israa`:57 (dalil pertama) :


أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا


Alasan pendalilan:


a. “Wasilah” : kebutuhan (sebagaimana tafsiran Ibnu Abbas terhadap QS. Al-Maa`idah:35 )


Sesembahan-sesembahan, yang musyrikin beribadah kepada mereka itu, sesembahan-sesembahan itu sendiri memohon kebutuhan mereka hanya kepada Tuhan mereka...”


Catatan :

Disini terdapat tafsir Tauhid dengan menjelaskan salah satu bentuknya, yaitu: bahwa Para Nabi, Malaikat dan Orang-orang shalih yang disembah oleh kaum musyrikin itu berdoa memohon kebutuhan hanya kepada Allah Ta'ala.


b. “Wasilah” : mendekatkan diri kepada Allah dengan amal shaleh


Terjemahan ayat ini menjadi:

Sesembahan-sesembahan, yang musyrikin beribadah kepada mereka itu, sesembahan-sesembahan itu sendiri mencari jalan untuk mendekatkan diri hanya kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)...


Maksudnya:

Para Nabi, Malaikat dan Orang-orang shalih yang kaum musyrikin sembah itu mencari jalan mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan beramal shaleh, ini menunjukkan tafsir Tauhid dengan menjelaskan salah satu bentuknya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah semata dengan beramal shaleh dan beribadah kepada-Nya semata.


2. QS. Az-Zukhruf: 26 & 27

Ayat ini mengandung makna kalimat Tauhid “La ilaha illallah”, karena adanya 2 rukun Tauhid, yaitu - rukun peniadaan (nafi), yaitu meniadakan seluruh sesembahan selain Allah

- rukun penetapan (itsbat), yaitu menetapkan satu-satunnya sesembahan yang haq adalah Allah.


Ayat ini menafsirkan apa itu Tauhid, bahwa Nafi saja bukan Tauhid, dan Itsbat saja bukan Tauhid.

Tauhid haruslah gabungan nafi dan itsbat, wala' (cinta) dan bara' (benci) karena Allah.


3. At-Taubah:31

Ayat ini menafsirkan Tauhid dengan menjelaskan lawannya (syirik), bahwa salah satu bentuk syirik adalah ta'at kepada ulama dan ahli ibadah dalam menghalalkan yang haram (tahlil) atau mengharamkan yang halal (tahrim).

Karena hal itu berarti menyembah ulama dan ahli ibadah.

Ini bertentangan dengan Dasar Tauhid.

Tauhid adalah hanya menujukan keta'atan kepada Allah saja dalam tahlil dan tahrim, karena tahlil dan tahrim adalah hak Allah semata.


4. Al-Baqarah:165

Ayat ini menafsirkan Tauhid dengan menjelaskan lawannya (syirik), bahwa salah satu bentuk kesyirikan adalah menyamakan ibadah cinta kepada selain Allah dengan cinta kepada Allah.

Syirik itu menyamakan selain Allah dengan Allah, sedangkan Tauhid itu menunggalkan Allah semata, diantaranya dengan menujukan cinta yang ibadah kepada Allah semata, dan tidak kepada selain-Nya.


5. Hadits Abu Malik Al-Asyja'i (HR. Muslim ).

ada 2 sisi pendalilan:

-Sisi pendalilan pertama:

Jika huruf wawu (yang artinya “dan”) dalam hadits ini dibawakan kepada fungsi menggandengkan dengan tujuan membedakan antara kalimat sebelum dan setelah huruf wawu, maka menunjukkan tafsir Tauhid bahwa kalimat sebelum wawu itu beda maknanya dengan kalimat setelah wawu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sekedar ucapan La ilaha illallah saja, tidaklah menyebabkan terjaga darah dan harta pengucapnya, namun yang benar adalah ucapan La ilaha illallah itu haruslah diiringi dengan mengingkari sesembahan-sembahan selain Allah. Inilah tafsir Tauhid yamg benar.


- Sisi pendalilan kedua :

Jika huruf wawu (yang artinya “dan”) dalam hadits ini dibawakan kepada fungsi menggandengkan dengan tujuan : “kalimat setelah wawu menafsirkan kalimat sebelum wawu”, maka hadits ini mengandung tafsir Tauhid bahwa ucapan La ilaha illallah itu haruslah mengandung rukun nafi, yaitu mengingkari terhadap sesembahan selain Allah.


Penutup bab ke-6 ini


Berkata Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah di akhir bab ke-6 ini :

و شرح هذه الترجمة ما بعدها من الأبواب

Penjelasan bab ini ada pada bab-bab setelahnya.


Hal ini menunjukkan bahwa pada bab ini terdapat tafsir Tauhid global, untuk persiapan bagi pembaca memperoleh tafsir Tauhid secara rinci pada bab-bab setelahnya sampai bab terakhir.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar