Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Pada artikel yang sebelumnya, Anda diajak untuk menyelami fenomena penggunaan smartphone yang dewasa ini sangat merebak di Nusantara. Negeri yang penduduknya mayoritas muslimin ini sudah seharusnya menyikapi segala macam bentuk perkembangan teknologi dengan dasar Islam, satu-satunya agama yang benar. Sehingga ketika sebuah produk teknologi baru berpeluang untuk digunakan dalam perkara keburukan dan kemaksiatan ataupun kesia-siaan yang melalaikan, maka seorang muslim bisa menahan dirinya agar tidak terjerumus ke dalamnya, bahkan lebih dari itu, ia bisa memperingatkan saudaranya, agar berhati-hati darinya.
Termasuk dalam hal ini adalah seorang muslim tertuntut untuk bijak dalam menggunakan smartphone, jangan sampai melalaikannya dari membaca dan mempelajari kalamullah serta mengamalkannya.
Nah, di antara cara agar terlepas dari bahaya itu adalah menghayati keutamaan-keutamaan Al-Qur`an yang banyak dan agung. Marilah kita simak penjelasannya.
Silahkan Anda bandingkan keutamaan-keutamaan Al-Qur`an berikut ini dengan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan smartphone Anda ketika Anda menggunakannya. Maka akan Anda dapatkan perbedaan yang sangat jauh diantara keduanya. Sehingga, pantaskah perhatian kita terhadap smartphone lebih besar daripada perhatian kita terhadap Al-Qur`anul Karim?
Berikut penjelasan keutamaan-keutamaan Al-Qur`anul Karim
Allah Ta’ala berfirman :
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
(193) “Ia (Al-Qur’an) dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”,
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
(194) “Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”,
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
(195) Dengan bahasa Arab yang jelas” (Asy-Syu’araa`: 195).
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan beberapa ayat Al-Qur`an di atas: “Bahasa Arab itu adalah bahasa yang paling utama, beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) diutus dengan bahasa bangsa yang dihadapinya (ketika itu), beliau langsung mendakwahi mereka dengan bahasa yang jelas dan terang tersebut.
Perhatikanlah bagaimana berkumpulnya keutamaan-keutamaan yang agung di dalam Kitab yang mulia ini karena sesungguhnya Al-Qur`an adalah Kitabullah yang paling utama, dibawa turun oleh malaikat yang paling utama, diturunkan kepada makhluk yang paling utama, masuk ke dalam bagian tubuh yang paling utama, yaitu hatinya, disampaikan kepada umat yang paling utama, yang dilahirkan untuk manusia, dengan bahasa yang paling utama, paling fasih lagi paling kaya, yaitu bahasa Arab yang jelas” (Tafsir Syaikh As-Sa’di, hal. 699). Dengan demikian Al-Qur`anul Karim adalah paling utama, yang wajib kita dahulukan dari ucapan seluruh makhluk.
Firman Allah Ta’ala :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an bahkan hati mereka terkunci?” (Muhammad:24).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala berfirman memerintahkan (hamba-Nya) untuk mentadaburi dan memahami Al-Qur`an dan melarang berpaling darinya dengan berfirman, {أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها}, yaitu bahkan hati mereka terkunci, maka hati tersebut tertutup, tidak ada satu makna Al-Qur`an pun yang masuk ke dalam hatinya” (Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, jilid. 4 hal. 459).
Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “bahwa Allah Ta’ala mencela orang-orang yang tidak mentadaburi Al-Qur`an,dan mengisyaratkan bahwa hal itu termasuk bentuk dari penguncian hati mereka serta tidak bisa sampainya kebaikan kepada hati mereka” (Ushulun fit Tafsir, Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, hal. 23).
Firman Allah Ta’ala :
الرَّحْمَٰنُ
(1) (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
(2) Yang telah mengajarkan Al-Qur`an.
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Surat yang mulia dan agung ini dibuka dengan penyebutan nama Allah “Ar-Rahman” yang menunjukkan kepada luasnya rahmat-Nya keumuman cakupan ihsan-Nya, dan banyaknya kebaikan-Nya, serta luasnya karunia-Nya. Kemudian Allah menyebutkan sesuatu yang menunjukkan rahmat-Nya dan pengaruhnya yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya berupa kenikmatan diniyyah (agama) maupun dunyawiyyah [dan kenikmatan akhirat, lalu setiap kali menyebutkan suatu jenis dan macam dari nikmat-Nya, Allah ingatkan manusia dan jin untuk bersyukur kepada-Nya, sembari berfirman {فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ }(maka nikmat Tuhan kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan?)
“Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa Dia {عَلَّمَ الْقُرْآنَ}, yaitu mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya lafadz-lafadz Al-Qur`an dan makna-maknanya serta memudahkan bagi hamba-hamba-Nya. Ini adalah anugerah dan rahmat terbesar yang Allah rahmati hamba-hamba-Nya dengannya, yang mana Dia turunkan kepada mereka Al-Qur`an dalam bahasa Arab dengan lafadz terindah dan makna terjelas, mengandung setiap kebaikan dan melarang dari setiap keburukan” (Tafsir Syaikh As-Sa’di, hal.985).
Perhatikanlah! Dalam Surat ini, ketika Allah menyebutkan berbagai macam kenikmatan, baik kenikmatan agama, dunia maupun akhirat, Allah dahulukan penyebutan kenikmatan agama berupa pengajaran Al-Qur`an, hal ini sangat layak sekali karena memang pengajaran Al-Qur`an adalah sebuah kenikmatan yang terbesar melebihi seluruh kenikmatan-kenikmatan duniawi.
Lebih tegas lagi ,Allah berfirman tentang kedudukan nikmat yang diperoleh oleh seorang hamba berupa faham Al-Qur`an dan mampu mengamalkannya,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Yunus: 58).
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Oleh karena itu Allah Ta’ala memerintahkan untuk bergembira dengan kenikmatan itu (Al-Qur`an). Dia berfirman {{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ yang dimaksud (dengan karunia Allah disini) adalah Al-Qur`an yang ia merupakan kenikmatan dan anugerah terbesar serta karunia yang Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya. Sedangkan rahmat-Nya adalah agama Islam, iman, beribadah kepada Allah, mencintai, dan mengenal-Nya.
{فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ} (Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan) maksudnya (apa yang mereka kumpulkan) berupa perhiasan dunia dan kelezatannya. Maka kenikmatan agama Islam yang berhubungan erat dengan kebahagiaan dunia akhirat tidaklah bisa ditandingi dengan kenikmatan dunia dan seluruh isinya yang sebentar lagi akan sirna dan hilang” (Tafsir Syaikh As-Sa’di,hal. 411).
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya tentang kisah Umar radhiallahu ‘anhu : “Ketika datang harta pajak bumi yang ditarik dari orang kafir (kharaj) dari daerah Irak di hadapan Umar radhiallahu ‘anhu, keluarlah Umar bersama dengan budak yang dimerdekakan, pengiring beliau. Mulailah umar menghitung unta pembawa pajak tersebut, ternyata didapatkan jumlahnya kali ini lebih banyak, kemudian Umar mengucapkan, “Alhamdulillah Ta’ala”. Pengiringnya pun menimpali: “Ini -demi Allah- adalah termasuk karunia Allah dan rahmat-Nya”, lalu Umar pun berkata, ”Engkau keliru, bukan ini hakekitnya karunia Allah dan rahmat-Nya (yang terbesar), adapun (karunia Allah dan rahmat-Nya yang terbesar) adalah yang disebutkan oleh Allah Ta’ala {قل بفضل الله وبرحمته} sampai akhir Ayat. Sedangkan (harta pajak) ini adalah termasuk perbendaharaan dunia yang mereka kumpulkan (seperti yang disebutkan dalam Ayat)” (Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, jilid.3 hal.82).
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa sesorang yang membaca Al-Qur`an, memahami dan mengamalkan kandungannya serta mendakwahkannya hakikatnya lebih baik dari dunia dan isinya. Maka barangsiapa yang mengutamakan dunia, dan hanya memberikan perhatian yang sedikit terhadap Al-Qur`an maka sesunnguhnya telah menyelisihi tuntutan Ayat di atas dan merugi dengan kerugian yang besar.
Allah Ta’ala berfirman tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (Ibrahim:1).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada Rasul-Nya,Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk menyampaikan manfa’at kepada makhluk,mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan,kekufuran,akhlak yang buruk dan berbagai macam kemaksiatan kepada cahaya ilmu,iman dan akhlak yang baik.
Firman Allah :{ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ } ,yang artinya: “dengan izin Tuhan mereka”,maksudnya: tidaklah mereka mendapatkan tujuan yang dicintai oleh Allah,melainkan dengan kehendak dan pertolongan dari Allah,maka di sini terdapat dorongan bagi hamba untuk memohon pertolongan kepada Tuhan mereka. Kemudian Allah menjelaskan tentang cahaya yang ditunjukkan kepada mereka dalam Al-Qur`an, dengan berfirman {إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ}, yang artinya “(yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”, maksudnya yang mengantarkan kepada-Nya dan kepada tempat yang dimuliakan-Nya yang mencakup atas ilmu yang benar dan pengamalannya. Dalam penyebutan {العزيز الحميد} setelah penyebutan jalan yang mengantarkan kepada-Nya, terdapat isyarat kepada orang yang menitinya, bahwa ia adalah orang yang mulia dengan pengaruh kemuliaan Allah, lagi kuat walaupun tidak ada penolong kecuali Allah. Dan terpuji dalam urusan-urusannya lagi memperoleh akibat yang baik” (Tafsir As-Sa’di, hal. 478).
Dari penjelasan di atas, sangatlah jelas bahwa barangsiapa yang ingin keluar dari dosa-dosa, ingin keluar dari kekurangan dan kelemahannya, maka perbanyaklah mempelajari Al-Qur`an dan mengamalkannya, bukannya justru menyedikitkan hal itu, sembari sibuk dengan urusan-urusan dunia dan memperbanyaknya sehingga sampai mengutamakannya melebihi Al-Qur`an. Dari sini nampak sekali kerugian yang sangat besar ada di hadapan orang yang terlena dengan layar sentuhnya sementara jarang menyentuh mushafnya (mushaf Al-Qur`an).
Walaupun di dalam praktiknya, semua bentuk pelaksanaan ajaran agama Islam disesuaikan dengan kemampuan, bertakwalah semaksimal kemampuan kalian! Allah Maha Mengetahui siapa diantara kita yang telah bersunguh-sunguh bertakwa kepada Allah Ta’ala!
Demikianlah, sebagian saja dari keutamaan-keutamaan Al-Qur`an yang bisa kami sampaikan, semoga nasehat ini bermanfa’at besar bagi Penulis pribadi dan keluarga, serta bagi Anda semua. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk Ahli Al-Qur`an, Amiin.
—
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Post a Comment