Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (10)

Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (10)


Penggabungan antara dorongan (targīb) dan ancaman (tarhīb) sangatlah berguna mendorong seorang hamba untuk meraih janji dan pahala. Selain itu, juga berguna mendorong mereka untuk menjauhi ancaman dari Allāh. Hendaknya seorang hamba menempuh perjalanan menuju Allāh dengan memperhatikan dorongan dan ancaman sebagai dua hal yang beriringan tanpa menambah ataupun mengurangi.
Hal ini karena memperhatikan sisi dorongan dan janji semata akan merasa aman dari makar Allāh dan siksa-Nya. Hal ini sebagaimana orang yang sedang melakukan maksiat lalu ditegur, lalu ia beralasan, bahwa Allāh Maha Pengampun. Orang tersebut melupakan sisi ancaman.
Sedangkan yang hanya memperhatikan sisi ancaman dan siksa saja, maka ia akan berputus asa dari rahmat Allāh dan ampunan-Nya. Padahal yang tertuntut dalam syari’at Islam adalah menggabungkan antara targīb dan tarhīb, serta harap dan takut.
Itulah isi Al-Qur’ān Al-Karīm, di dalamnya tidak hanya terdapat penyebutan kabar gembira, janji, dorongan, pahala, dan surga namun juga terdapat penyebutan peringatan, ancaman, siksa dan neraka.

Metode Qur`ānī yang Paling Agung dan Paling Bermanfa’at Adalah Penyebutan Nama-Nama Allāh yang Terindah dan Sifat-Sifat-Nya yang Termulia

Terkadang di dalam Al-Qur`ān, Allāh Ta‘ālā menyeru orang-orang yang beriman agar mereka berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan cara mengingatkan mereka kepada Rabb mereka, menyebutkan nama dan sifat-Nya serta hak-Nya yang agung atas hamba-hamba-Nya.
Ketahuilah bahwa metode Qur’ānī ini adalah metode yang paling agung dan paling bermanfa’at. Betapa tidak, seorang yang beriman kepada Allāh, ketika disebutkan tentang Rabb-nya, nama dan sifat-Nya, maka bertambah cinta, takut dan harap kepada-Nya, sehingga dengan tiga amalan penggerak hati ini terdoronglah ia dengan kuat untuk beribadah kepada-Nya dan mengesakan-Nya.
Seluruh peribadatan adalah bentuk syukur kepada Allāh, pengagungan terhadap-Nya, bentuk kecintaan dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan,
فكلما كان العلم به أتم كانت محبته أكمل
“Semakin sempurna ilmu tentang Allāh ,maka kecintaan terhadap-Nya pun semakin sempurna”.
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Madarijus Salikin hal. 420 menjelaskan,
أكمَل الناس عبوديَّةً المتعبِّد بجميع الأسماء والصِّفات التي يطَّلِع عليها البشَر، فلا تحجبه عبوديَّةُ اسمٍ عن عبودية اسمٍ آخَر
“Manusia yang paling sempurna peribadatannya adalah orang yang beribadah dengan melaksanakan tuntutan peribadatan yang terkandung dalam nama dan sifat Allāh yang diketahui oleh manusia, maka tidaklah peribadatan yang tertuntut dari nama Allāh yang satu, menghalangi peribadatan yang tertuntut dari nama Allāh yang lainnya”.
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa seseorang tidaklah terhalangi dari melaksanakan tuntutan peribadatan dari nama Al-alīm Ar-Raḥīm hanya karena ia melaksanakan tuntutan peribadatan dari nama Al-Qodīr. Sesungguhnya kedua peribadatan tersebut tidak saling bertentangan.
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar