Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Insiden yang menimpa jama’ah haji kita di Mina, yang terjadi pada hari Kamis, 10 Dzul Hijjah 1436 H (24/9), pagi hari sekitar pukul 08.00 waktu setempat, satu sisi memang sebuah kesedihan yang mendalam di hati kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.
Namun, sesungguhnya, dari sisi yang lain mengandung mutiara-mutiara hikmah dan ibrah yang banyak.
Berikut ini, sebuah nasehat yang penyusun ambil dari ceramah Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullah dengan beberapa perubahan dan tambahan.
Muqaddimah
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى الله وسلم عليه و على آله و أصحابه أجمعين،
Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang husna dan sifat-sifat-Nya yang ulya, agar menerima ibadah haji dan amal shaleh kita semuanya.
Dan agar Dia Ta’ala mengembalikan kita ke keluarga kita dalam keadaan telah diampuni dosa-dosa kita, diangkat derajat kita oleh-Nya, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa JallaMaha Luas Karunia-Nya.
Dia Tabaraka wa Ta’ala Maha Mendengar do’a hamba-hamba-Nya.
Para pembaca yang budiman, Anda semua telah mengetahui, apa yang terjadi beberapa waktu lalu (saat Idul Adha). Berupa insiden yang besar, musibah yang dahsyat dan tragedi yang mengerikan, yang menorehkan kesedihan yang mendalam di jiwa-jiwa kita!
Hingga kebahagiaan kaum muslimin dalam merayakan hari raya Idul Adha pada hari ini diretakkan dengan kejutan tragedi yang dahsyat dan luar biasa ini, yang menimpa sebagian kaum muslimin di kota yang diberkahi ini, pada hari yang agung ini, (bahkan) hari yang paling mulia ini.
Banyak ulama menyebutkan hari ini sebagai hari yang paling mulia sepanjang tahun. Berkaitan dengan insiden ini, saya mencoba untuk merenung sejenak, dengan mengambil beberapa pelajaran yang selayaknya kita hadirkan dalam hati kita dalam mensikapi kejadian ini.
Beberapa pelajaran berharga yang bisa dipetik
1. Senantiasa bersiap-siaplah menghadapi kematian, kematian bisa tiba setiap saat dan di setiap tempat!
Saudara-saudara kita yang menjadi korban tragedi ini, mereka sedang melaksanakan serangkaian peribadatan yang agung. Mereka memiliki banyak urusan dan kepentingan dalam menjalani proses ibadah haji tersebut.
Pada hari ini, mereka berencana menyempurnakan lempar jamrah, menyembelih hewan (al-hadyu) sampai menyempurnakan ibadah haji lalu pulang ke negerinya masing-masing.
Namun, mereka tidak mengetahui bahwa kematian telah menunggu mereka di tengah perjalanan, sebelum mereka menyelesaikan ibadah haji mereka.
Subhaanallaah…! Langkah-langkah kaki yang mereka lakukan, tidak ada satupun diantara mereka yang mengetahui bahwa ternyata setelah beberapa langkah lagi, ajal menjemput mereka! Beberapa saat setelah langkah-langkah itu, mereka harus meninggalkan kehidupan mereka di dunia ini!
Dari sini lah, kita mengambil pelajaran yang sangat berharga, bahwa seharusnya kita mempersiapkan diri setiap saat dalam menghadapi kematian, yang datangnya tidak disangka-sangka! Tidak ada satu pun diantara kita yang mengetahui kapan ajal akan datang.
Wallahi, Anda tidak akan tahu dimanakah Anda akan meninggal dunia dan kapan Anda akan meninggal dunia.
Bisa jadi Anda meninggal dalam perjalanan, yang dalam perjalanan itu, Anda telah merencanakan berbagai macam aktivitas, namun ternyata, tidak ada penghalang antara dirimu dan ajal kecuali beberapa menit saja, setelah Anda memulai perjalanan tersebut!
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim” (QS Ali ‘Imran : 102).
Maksudnya: jadilah Anda sebagai seorang hamba yang senantiasa ta’at kepada Allah Ta’ala hingga, jangan sampai ajal menemui Anda, melainkan Anda sedang berada dalam keadaan yang baik dan husnul khatimah.
2. Kesenangan duniawi itu tidak langgeng!
Diantara pelajaran besar yang bisa kita ambil dari insiden yang memilukan ini adalah kehidupan dunia ini tidaklah satu warna, ada suka dan ada pula duka.
Perhatikanlah! Kegembiraan kaum muslimin pada hari ini, yaitu pada hari Idul Adha, merupakan kegembiraan yang sangat besar. Namun ditengah-tengah kegembiraan tersebut, mereka dikejutkan dengan peristiwa dahsyat yang mengejutkan dunia.
Sehingga dalam sekejap saja, kegembiraan yang sangat besar tersebut, berubah menjadi duka cita yang memilukan!
Dengan demikian, kehidupan dunia itu tidak berjalan mulus dengan satu warna dan kehidupan dunia itu tidaklah langgeng!
و ما مُلئ بيت فَرحة إلا و مُلئ تَرحة، و ما مُلئ حَبرة إلا و ملئ عَبرة
Tidaklah suatu rumah dipenuhi kegembiraan melainkan (suatu saat) akan dipenuhi dengan kesedihan,
(Demikian pula) tidaklah suatu rumah dipenuhi kegembiraan melainkan (suatu saat) akan dipenuhi mata yang berkaca-kaca (karena sedih).
Maka, janganlah seseorang tertipu dengan kesenangan duniawi dan perhiasannya, karena kesenangan duniawi tidak murni dan tercampur!
Satu-satunya kenikmatan dan kegembiraan yang murni dan tidak tercampur dengan kesedihan dan gundah gulana sedikitpun adalah kebahagiaan masuk Surga dan keberuntungan mendapatkan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Sikap berhati-hati, tidaklah bermanfa’at untuk menolak taqdir!
Hadits hasan yang dikeluarkan oleh Al-Hakim dan selainnya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا يُغْني حَذَرٌ مِنْ قَدَر
“Sikap berhati-hati, tidaklah bermanfa’at untuk menghindari (menolak) taqdir”
Jasa KSA sangat besar!
Betapa banyak usaha-usaha besar yang sudah dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi (KSA) dan fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan oleh KSA -baik sebelum, di tengah-tengah maupun sesudah pelaksanaan ibadah haji- untuk melayani para jama’ah haji dari seluruh dunia dan untuk menjaga keselamatan serta keamanan mereka.
Wallahi, ini adalah jasa-jasa yang besar KSA dalam penyelenggaraan haji, yang wajib kita syukuri.
Namun, taqdir tetaplah taqdir, tidak bisa ditolak!
Walaupun usaha-usaha untuk melayani para jama’ah haji dari seluruh dunia dan untuk menjaga keselamatan serta keamanan mereka sudah demikian besarnya, namun sebagaimana sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas,
لا يُغْني حَذَرٌ مِنْ قَدَر
Sikap berhati-hati, tidaklah bermanfa’at untuk menghindari (menolak) taqdir.
Usaha manusia apapun tidak akan berpengaruh, jika Allah tidak menghendaki usaha tersebut berpengaruh. Dan kadangkala Allah tidak menghendaki suatu usaha berpengaruh, karena adanya hikmah Allah yang besar dibalik itu semua.
Sikap yang benar terhadap taqdir dan usaha
Sikap yang benar sebagai hamba Allah adalah :
- Meyakini bahwa taqdir tetaplah taqdir, tidak bisa ditolak.
- Namun, bukan berarti pasrah, tidak melakukan usaha dan tidak mengambil sebab sama sekali! Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah untuk mendapatkan perkara yang bermanfaat bagi Anda. Mohonlah pada Allah, jangan Anda lemah” (HR. Muslim) .
- Akan tetapi, jika telah terjadi ketetapan Allah (taqdir) yang bertentangan dengan usaha manusia, maka tidaklah diingkari usaha yang selama ini sudah diambil dengan baik, tidak dilupakan, tidak dicela ataupun tidak diremehkannya.
Karena, tidak ada jaminan semua usaha yang dilakukan oleh manusia, pasti berhasil sesuai dengan keinginannya.
Dan tugas manusia adalah hanyalah berusaha dan bukan memutuskan hasilnya.
Sekali lagi, terkadang, Allah Ta’ala menghendaki sebagian usaha manusia gagal berpengaruh sesuai dengan harapan, walaupun usaha tersebut sudah demikian baiknya.
Sebagaimana Allah Ta’ala mentaqdirkan musibah besar terjadi dalam tragedi di Mina tersebut, padahal usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi (KSA) selama ini demikian bagusnya.
Maka kewajiban kita semua adalah bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Hendaklah kita tetap mengingat keutamaan dan kebaikan pihak yang telah berjasa besar kepada kita dan menjauhkan diri kita dari melontarkan ucapan dusta, tuduhan yang tidak berdasar, apalagi ditambah melupakan jasa-jasa baik yang sudah diperbuat selama ini.
Dengan prinsip demikian, seseorang mudah bersyukur kepada Allah lalu menghargai usaha pihak yang selama ini telah berjasa dan berterimakasih kepadanya serta tidak mudah melupakan jasa tersebut.
4. Kaum muslimin ibarat satu tubuh dan ibarat sebuah bangunan.
Dua pelajaran besar ini, selayaknya kita hadirkan dalam hati kita, ketika menghadapi peristiwa ini.
Berikut ini dua pelajaran tersebut:
Ibarat satu tubuh, seorang muslim ikut senang tatkala saudaranya senang dan ikut sedih tatkala saudaranya sedih.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal cinta, kasih sayang dan tolong-menolong mereka, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lainnya ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad, lafazh ini adalah lafazh Muslim).
Kebahagiaan seorang muslim adalah kebahagiaan bagi kaum muslimin yang lainnya.
Kesedihan mereka adalah kesedihan bagi kaum muslimin yang lainnya.
Oleh karena itu, tragedi yang menimpa sebagian jama’ah haji ini, sesungguhnya musibah yang dirasakan pula oleh kaum muslimin secara keseluruhan.
Ibarat sebuah bangunan, seorang muslim saling bantu-membantu dengan saudaranya dalam kebaikan.
Faedah di atas, didapatkan dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
“Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.” Kemudian beliau menjalin jari-jemarinya“ (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan kejadian ini, seperti apa yang dilakukan oleh beberapa saudara-saudara kita yang berbaik hati dengan mengunjungi beberapa rumah sakit, tempat korban dirawat.
Mereka tidak pergi kesana, melainkan untuk menjenguk para korban, menghibur mereka dan membantu mereka.
Kalau untuk urusan mendo’akan, jangan ditanyakan! Karena setiap muslim yang baik tentunya semangat mendo’akan saudara-saudaranya yang tertimpa musibah besar seperti ini, dalam shalat-shalatnya, mengkhususkan do’a kepada Allah untuk mereka.
Bagi korban yang meninggal dunia, kita do’akan agar mendapatkan rahmat dan ampunan Allah sehingga terbebas dari api Neraka.
Bagi korban yang sakit, kita do’akan agar segera sembuh, sehingga bisa beribadah kepada Allah dan beraktifitas yang bermanfa’at seperti semula.
Hal ini menunjukkan bahwa ikatan hati mereka, satu sama lainnya, adalah ikatan iman dan tauhid, ikatan Laa ilaaha illallaah! Bukan ikatan fanatis kesukuan, sebangsa dan setanah air!
Allah Ta’ala berfirman,
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ}
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara”. (QS.Al-Hujuraat: 10).
5. Janganlah jadikan dunia sebagai sebesar-besar tujuan (perhatian) dan puncak ilmu Anda.
Diantara do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai sebesar-besar tujuan (perhatian) dan puncak ilmu kami” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam do’a di atas terdapat dorongan bagi kita supaya :
- Memohon kepada Allah agar tidak menjadikan pencarian harta dan kedudukan sebagai sebesar-besar tujuan, perhatian ataupun sebesar-besar kesedihan kita. Akan tetapi, justru kita memohon kepada Allah agar menjadikan amal Akherat dan pahalanya sebagai sebesar-besar tujuan yang kita cari dan sebesar-besar perhatian kita, ataupun menjadi sebesar-besar kesedihan kita, jika amal tersebut terluput dari dari kita!
- Memohon kepada Allah agar tidak menjadikan kita sebagai orang yang hanya mengetahui dan hanya memikirkan perkara dunia saja.
Akan tetapi, justru kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang suka memikirkan perkara-perkara Akherat dan mengetahui ilmu-ilmu tentang Allah, hari Akhir dan ilmu tentang Syari’at-Nya.
Jika prinsip hidup kita seperti itu, maka ketika kita sewaktu-waktu meninggal dunia, di saat sedang beraktifitas dalam keseharian kita, maka in sya Allah, kita akan mendapatkan husnul khatimah, karena kita telah berusaha senantiasa ingat Allah Ta’ala, dengan menjadikan Dia Ta’ala sebagai sebesar-besar perhatian, tujuan dan ilmu kita!
Perhatikanlah, bagaimana saudara-saudara kita, para jama’ah haji yang menjadi korban tragedi ini, mereka memiliki banyak rencana, aktifitas, pikiran dan perhatian. Namun, belum sempat mereka menyelesaikan semua rencana dan aktifitas tersebut, tiba-tiba ajal menjemput mereka. Semoga Allah menerima mereka dan memasukkan mereka kedalam Surga-Nya.
6. Semoga Allah menerima mereka sebagai syuhada`
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam bersabda :
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ : الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang-orang yang meninggal syahid itu ada lima macam: (1) Orang yang meninggal karena sakit tha’un, (2) orang yang meninggal karena sakit perut, (3) orang yang meninggal karena tenggelam, (4) orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan, dan (5) orang yang meninggal saat berjihad di jalan Allah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah memandang bahwa kematian saudara-saudara kita para jama’ah haji yang meninggal dunia dalam insiden tersebut,termasuk dalam kategori mati syahid dari beberapa sisi kesyahidan, yaitu:
- Mereka sedang menunaikan haji. Sedangkan ibadah haji dalam sebuah hadits termasuk kedalam fi sabiilillah. Berarti mereka termasuk kedalam makna sabda Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam di atas :
الشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang meninggal saat berjihad di jalan Allah”.
Mereka termasuk kedalam makna sabda Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam di atas :
صَاحِبُ الْهَدْمِ
“Orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan”
Mereka termasuk kedalam makna sabda Rasulullah shallallahu ‘laihi wa sallam di atas :
الْمَبْطُونُ
“Orang yang meninggal karena sakit perut”
Penutup
Renungan ibrah dan hikmah dalam peristiwa ini, jangan hanya sebatas untuk wawasan saja. Dan janganlah menjadikan peristiwa ini sebagai bahan obrolan semata dan asal shareberita saja! Namun yang diharapkan adalah kita bisa memiliki sikap batin, lisan dan anggota tubuh yg benar dan bermanfa’at dalam menghadapi peristiwa ini.
Penyusun tutup tulisan ini dengan nasehat yang indah dari Syaikh Ali Hasan hafizhahullah, beliau berucap:
“Upaya besar yang telah dilakukan Kerajaan Saudi Arabia dalam mensukseskan penyelenggaraan haji dan menjaga keselamatan jamaah haji, merupakan upaya nyata yang tidak bisa dipungkiri meskipun oleh orang-orang yang kerjaannya suka mengingkari !
Mega pengaturan jalan-jalan menuju Jamarat yang mengagumkan, baik jalan masuk maupun jalan keluar, merupakan suatu hal yang diakui oleh siapa saja yang adil dalam menilai.
Meskipun demikian, ketetapan dan takdir Allah Ta’ala, tidak bisa ditolak meskipun oleh pihak yang paling semangat (berupaya) dan pihak yang telah mengerahkan segenap daya upaya!
Dan tidaklah kita berucap kecuali ucapan yang diridhoi oleh Rabb kita. Tragedi Mina -pada hari ini, yang terjadi karena berdesakannya jamaah haji dan menyebabkan korban meninggal serta ratusan yang terluka – tidaklah kita mengucapkan melainkan ucapan: Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah, dan Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Raaji’uun”.
***
____
Catatan kaki
Post a Comment