Penjelasan Kasyfus Syubuhat (2) : Pengenalan Dan Keistimewaan Kitab


Penjelasan Kasyfus Syubuhat (2) : Pengenalan Dan Keistimewaan Kitab


1. Penulis kitab Kasyfu Syubuhat

Beliau adalah salah satu Imam dakwah Tauhid, Syaikhul Islam Abu Ali, Muhammad At-Tamimi rahimahullah. Seorang ulama yang lahir di daerah Al-‘Uyainah KSA pada tahun 1115 H dan wafat di daerah Ad-Dir’iyyah KSA pada tahun1206 H, dengan umur 91 tahun.
Berkenaan dengan diri penulis kitab ini, Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah menyatakan bahwa beliau adalah sosok penasihat yang telah menasihati manusia dengan sebesar-besar nasihat, dengan menjelaskan tauhid dan memperingatkan (manusia) dari menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla (syirik) yang merupakan dosa dan keharaman yang terbesar. Beraneka ragam tulisan beliau -rahimahullah- tentang  penjelasan tauhid dan penetapannya serta memperingatkan (manusia) dari kesyirikan, menyatakan batilnya, menjelaskan bahaya dan kebatilan syubhat pelakunya.
Beliau menulis dalam masalah itu, berbagai karya tulis yang banyak, dalam rangka menasihati dan menjelaskan kepada manusia, sekaligus sebagai udzur (bahwa telah menunaikan kewajiban menegakkan hujjah di hadapan Allah) dan sebagai peringatan bagi manusia. Dengan demikian, beliau adalah sosok (ulama) penasihat, pengajar, pendidik, pengarah (kebaikan) sekaligus sosok (ulama) yang berpegang teguh dengan Kitabullah Jalla wa ‘Ala dan Sunnah Rasul-Nya shalawatullah wa salamuhu ‘alaihi1.

2. Karya ilmiah sang penulis

Syaikhul Islam, Muhammad At-Tamimi rahimahullah ini adalah seorang ulama yang luas ilmunya. Beliau bukan hanya menguasai ilmu-ilmu tentang Tauhid, namun beliau juga menguasai ilmu Fikih, Tafsir, Siroh dan yang lainnya, sebagaimana layaknya para ulama yang lainnya. Hal itu nampak dari karya tulis beliau yang banyak jumlahnya, dalam berbagai disiplin ilmu syari’at.
Berikut ini sebagian dari karya tulis beliau:
Kitabut Tauhid (ini adalah salah satu kitab beliau yang paling terkenal), Tsalatsatul Ushul, Al-Qowa’idul Arba’, Ushulul Iman, Masail Jahiliyyah, Al-Kabair, Mukhtashor Al-Inshof wasy Syarhul Kabir, Ahadits fil Fitan wal Hawadits, Ahkam Tamannil Maut, Adabul Masyi ilash Shalah, Ath-Thaharoh, Tafsir Ayat minal Qur`an Al-Karim, Syuruthush Sholah wa Arkanuha wa Wajibatuha, Fatawa wa Masail, Mabhatsul Ijtihad wal Khilaf, Fadhoil Al-Qur`an, Mukhtashor Shiroh Ar-Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam, Mukhtashor Zaadil Ma’aad dan masih banyak lagi tulisan ilmiah beliau yang lainnya.
Sekelumit latar belakang penulisan kitab ini
Ringkasnya Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alusy-Syaikh menjelaskan bahwa kitab ini ditulis sebagai jawaban bagi syubhat-syubhat yang dilontarkan di zaman beliau. Syubhat-syubhat tersebut disebarkan setelah sang penulis aktif mendakwahi masyarakat dengan mengenalkan hakikat Tauhid secara terperinci dan memperingatkan bentuk-bentuk kesyirikan dengan terperinci pula. Saat itu mulailah orang-orang yang mengaku-ngaku memahami Tauhid dengan baik mengumpulkan syubhat-syubhat dan menyebarkannya serta menuduh penulis telah mengkafirkan kaum muslimin secara serampangan, padahal faktanya tidaklah demikian. Akhirnya, penulis pun menjawab syubhat dan tuduhan itu dengan  menulis kitab Kasyfusy Syubuhat ini. Di awal kitab, beliau jelaskan hakikat agama yang dibawa oleh seluruh para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan apa yang didakwahkan oleh mereka. Demikian pula, beliau jelaskan hakikat agama kaum musyrikin dan kesyirikan mereka dan beliau pun membuktikan bahwa kaum musyrikin di zaman beliau hakikatnya mengikuti agama kaum musyrikin di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam2.
Karena demikian itu latar belakang penulisannya, maka benarlah apa yang disampaikan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad bahwa hakikatnya kitab ini melengkapi kitab-kitab beliau yang lainnya dalam masalah aqidah, karena beliau menuliskan di dalamnya perkara yang wajib diyakini oleh seorang hamba berdasarkan dalil Al-Qur`an dan Al-Hadits yang valid, sesuai dengan pemahaman para pendahulu yang salih dari kaum muslimin3.

3. Keistimewaan kitab ini

Kasyfusy Syubuhat, sebuah kitab yang membahas disiplin ilmu Tauhidul Uluhiyyah ini telah banyak mendapatkan pujian dari para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, meskipun isinya tidak lebih dari 60 halaman, namun kitab ini benar-benar mengandung keistimewaan yang banyak, sehingga pantaslah semenjak meninggalnya beliau pada  tahun 1206 H sampai masa kita sekarang ini (tahun 1437 H), kitab “kecil” ini telah berumur lebih dari 230 tahun, namun masih saja dipelajari oleh kaum muslimin turun temurun dari generasi ke generasi sampai sekarang.
Berikut ini sebagian keistimewaan kitab Kasyfu Syubuhat. Pertama, terdapat penjelasan berbagai macam syubhat pokok dalam masalah aqidah yang samar di pandangan banyak manusia.
Tentunya, bukan berarti kitab ini mencakup seluruh syubhat keyakinan yang ada di tengah-tengah manusia, tidak. Karena, karakteristik syubhat itu tidak ada batasan yang mampu diketahui oleh manusia.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah :
فإِنَّ الشُّبُهات العَقلِيَّة المُعارِضة لنُصوصِ الأَنبِياء ليسَ لهَا حَدٌّ تقِفُ علَيه
“Syubhat-syubhat akal yang bertentangan dengan dalil-dalil yang dibawa para Nabi itu, tidaklah ada batasannya yang sanggup diketahui (oleh manusia)”4
Oleh karena itu, selayaknya bagi setiap da’i yang mendakwahkan Tauhid, ia mengetahui syubhat-syubhat kaumnya, setelah ia mempelajari Tauhid dengan baik, sehingga mampu menjelaskan kebatilan syubhat-syubhat tersebut kepada umat Islam ini.
Adapun orang yang tidak mapan pemahamannya terhadap Tauhid dan syirik, maka ia tidaklah disarankan mengenal syubhat-syubhat kaumnya.
Kedua, syubhat-syubhat yang disebutkan dalam kitab ini adalah syubhat yang banyak tersebar di masyarakat dari dulu sampai sekarang dan berasal dari kaum musyrikin. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menuturkan
“ثُمَّ عامَّةُ هذِه الشُّبهاتِ – الَّتِي يُسمُّونَها دلائِلَ – إنَّما تقَلَّدُوا أكثَرَها عَن طاغُوتٍ مِن طَواغِيت المُشرِكينَ”
“Kemudian secara umum, syubhat-syubhat ini -yang mereka namai dengan sebutan “dalail”- mayoritasnya, hanyalah mereka warisi (turun temurun) dengan cara mengekor kepada thogut-thogut musyrikin5
Faedah
Ibnul Qoyyim menjelaskan tentang sebab-sebab lahirnya suatu fitnah syubhat:
وهذِه الفِتنَةُ تَنشَأُ تارَةً مِن فَهمٍ فاسِدٍ، وتارَةً مِن نَقلٍ كاذِبٍ، وتارَةً مِن حقٍّ ثابِتٍ خفِيٍّ علَى الرَّجُل فلَم يَظفَر بِه، وتارَةً مِن غرَضٍ فاسِدٍ وهوًى مُتَّبَعٍ، فهِي مِن عمًى فِي البَصِيرة، وفسَادٍ في الإِرادَة
“Fitnah syubhat ini, terkadang tumbuh dari pemahaman yang rusak, penukilan yang dusta, sebuah kesamaran kebenaran yang ada pada diri seseorang, sehingga ia tidak mampu memahaminya dengan baik, (terkadang fitnah itu juga tumbuh dari) tujuan yang buruk, serta hawa nafsu yang diikuti. Jadi karakteristik fitnah syubhat itu membutakan pandangan (hati) dan merusak kehendak (baik)”6.
Ketiga, sang penulis mendapatkan taufik dari Allah, sehingga mampu membantah setiap syubhat dan mendasari bantahannya dengan dalil-dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang valid dengan pemahaman orang-orang salih yang telah mendahului kita. Upaya beliau untuk selalu menyampaikan permasalahan ilmiah dengan dalil-dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang valid dengan pemahaman orang-orang salih terdahulu ini nampak pula dalam karya-karya tulis beliau yang lainnya, seperti kitab Tauhid dan Tslatsatul Ushul.  Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad menjelaskan tentang kitab ini bahwa Kitab beliau ini merupakan penyempurna kitab-kitab beliau yang lainnya dalam masalah aqidah, yang beliau jelaskan di dalamnya sesuatu yang wajib diyakini, sesuai dengan dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dengan kitab ini, sesungguhnya beliau telah menjawab syubhat-syubhat yang mencemari aqidah, menjelaskan kebatilannya, dan menjelaskan penyimpangan syubhat-syubhat tersebut dari kebenaran dan petunjuk yang dipegang kuat oleh pendahulu umat ini7.
Keempatkitab ini mengandung kaidah-kaidah dasar yang dibutuhkan seorang Ahli Tauhid dalam menghadapi syubhat-syubhat besar di pandangan kaum musyrikin dan bagaimana cara meluruskan pemahaman mereka dengan baik.
Kelimabahasa sang penulis yang mudah dipahami, padahal isinya adalah permasalahan ilmiah yang tingkat kesulitannya tinggi, namun dengan taufik Allah, melalui pemilihan bahasa yang sederhana, penulis berhasil menjelaskan masalah yang rumit menjadi mudah dan gamblang. Bahasa yang mudah ini menjadi ciri khas beliau dalam kitab-kitab beliau yang lainnya, seperti Tslatsatul Ushul, Ushulus Sittah dan yang lainnya.
Keenampujian dan rekomendasi ilmiah dari para ulama terhadap kitab ini, diantaranya adalah:
Syaikh Sulaiman bin Suhman menjelaskan keutamaan kitab ini. Beliau menerangkan bahwakitab ini adalah kitab yang besar manfaatnya, padahal tipis halamannya, mulia kadarnya, melalui kitab ini, binasa musuh-musuh Allah, sedangkan wali-wali Allah bisa mengambil manfaat darinya. Maka jadilah kitab ini sebagai rambu petunjuk yang diikuti oleh para ahli tauhid8.
Syaikh Abdur Razzaq Al-‘Afifi pernah mengutarakan penilaiannya terhadap kitab ini. Beliau menerangkan bahwa kasyfusy Syubuhat adalah sebuah risalah yang tipis, namun termasuk kitab yang paling sulit dari kitab-kitab karya Syaikh Muhammad9.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan bahwa penulis dalam kitab ini menyebutkan sekian belas syubhat ahli syirik, lalu membantahnya dengan jawaban yang didukung dalil serta diiringi dengan makna yang mudah dipahami dan ungkapan yang gamblang10.
***
(bersambung)
____
  1. Syarhur Risalah Al-Qowa’id Al-Arba’, Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr, hal.3. ↩
  2.  Lihat Syarah Kasyfusy Syubuhat, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alusy-Syaikh, dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  3. Manhaj Syaikhul Islam Muhamad bin Abdil Wahhab fit Ta`lif, Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad, dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  4.  Ash-Shawaiqul Mursalah: 2/422, dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  5.  Al-Majmu‘: 5/18,  dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  6. Ighotsatul Lahfan, hal. 2/887-888,  dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  7. Manhaj Syaikhul Islam Muhamad bin Abdil Wahhab fit Ta`lif, Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad, dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  8. Adh-Dhiya` Asy-Syariq, hal. 39, dinukil dari : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  9. Syarhu Kasyfusy Syubuhat, http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
  10. Syarhu Kasyfusy Syubuhat, Syaikh Al-‘Utsaimin, hal. 15, http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=6447 ↩
***
[serialposts]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar