4. Tata cara mempelajari disiplin ilmu Tauhid dan kaitannya dengan isi kitab ini
Sesungguhnya untuk mempelajari ilmu yang paling agung, yaitu Tauhidullah sehingga benar keyakinan kita, selamat dari kesyirikan, dan segala bentuk syubhat memerlukan tiga unsur dasar. Tiga hal inilah yang terdapat dalam kitab Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah, Kasyfusy Syubuhat. Tiga unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut.
Penetapan Tauhid dengan benar
Jika kita perhatikan kitab Kasyfusy Syubuhat, tidaklah sang penulis menyebutkan syubhat-syubhat kaum musyrikin dan membantahnya secara detail kecuali dijelaskan terlebih dahulu dasar dan rukun yang kokoh berupa penetapan Tauhid dengan benar, sehingga pembahasan selanjutnya terkait dengan bantahan syubhat bisa dikembalikan kepada dasar yang kokoh ini.
Oleh karena itulah, di awal kitab, beliau jelaskan makna Tauhid yang benar dan hakikat agama yang dibawa oleh seluruh Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan apa yang didakwahkan oleh mereka.
Penjelasan yang benar tentang lawan dari Tauhid, yaitu syirik
Seseorang yang ingin benar-benar memahami Tauhid dengan baik, pastilah membutuhkan mengenal kesyirikan, karena syirik adalah lawan dari Tauhid. Tidak mungkin didapatkan pengetahuan tentang Tauhidullah dengan benar dan sempurna tanpa mengenal lawannya.
Oleh karena itulah, sang penulis di dalam kitab ini, sesudah menyebutkan penetapan Tauhid dengan benar, lalu menyebutkan hakikat kesyirikan, beliau jelaskan hakikat agama kaum musyrikin dan kesyirikan mereka dan beliau pun membuktikan bahwa kaum musyrikin di zaman beliau mengikuti agama kaum musyrikin di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua itu dijelaskan sebelum menyebutkan syubhat-syubhat kaum musyrikin dan membantahnya secara detail.
Mengenal syubhat-syubhat yang pokok dan populer di kalangan kaum musyrikin
Ulama menjelaskan bahwa dua induk fitnah dan penyakit hati seorang hamba adalah fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Siapapun yang ingin konsisten meniti jalan Allah yang lurus di dunia ini, pastilah tidak pernah merasa aman dan dari tipu daya setan berupa syubhat dan syahwat. Terlebih lagi jika seorang hamba Allah tersebut berusaha memahami dan mengamalkan dengan sempurna sesuatu terbesar dalam kehidupan beragamanya, yaitu: Tauhid, maka tentunya syetan paling bersemangat mengerahkan segala cara untuk menyerangnya, dengan fitnah syubhat maupun fitnah syahwat.
Oleh karena itulah, dalam kitab Kasyfusy Syubuhat, setelah penulis memberikan penjelasan dasar di sepertiga awal dalam kitab ini, berupa:
- Penjelasan kaidah-kaidah dasar bertauhid tentang penetapan Tauhid dan penjelasan hakikat syirik,
- Penjelasan keadaan kaum musyrikin baik di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun di zaman penulis disertai dengan pembuktian bahwa kaum musyrikin di zaman beliau hakikatnya mengikuti agama kaum musyrikin di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
- Penjelasan kaidah membantah syubhat secara global sebelum terperinci, barulah beliau masuk kedalam pembahasan tiga syubhat terbesar di kalangan kaum musyrikin dan bantahannya, kemudian dilanjutkan sekitar 14 syubhat lainnya dan bantahannya.
Demikianlah selayaknya seorang da’i yang mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah, hendaknya sadar bahwa potensi besar ujian yang menghadangnya ketika ia menjelaskan hakikat Tauhid dengan rinci adalah bermunculannya berbagai macam penolakan dan syubhat. Oleh karena itulah, di antara masyayikh ada yang menyatakan bahwa kitab Kasyfusy Syubuhat ini ditulis setelah tersebarnya kitab beliau yang terkenal dengan nama Kitabut Tauhid, yang isinya adalah dakwah Tauhid secara terperinci, disamping dakwah Tauhid secara global juga pada 6 bab pendahuluan.
Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kitab Kasyfusy Syubuhat ini kedudukannya bagaikan kelanjutan dan penyempurna dari kitab Tauhid, karena ketika seorang Ahli Tauhid mempelajari Tauhid dengan terperinci, setan dari kalangan jin atau manusia tidaklah tinggal diam, di antara mereka akan berusaha memberikan syubhat, sehingga saat itulah Ahli Tauhid tersebut sangat membutuhkan materi dari kitab Kasyfusy Syubuhat, setelah pertolongan dari Allah.
Kesimpulan
Demi tercapainya tiga unsur dasar inilah, penulis menulis kitab Kasfusy Syubuhat dan beranjak dari ketiga tujuan mendasar ini pulalah dapat dipahami urgensi mempelajari kitab Kasyfusy Syubuhat ini.
5. Kandungan kitab ini
Berikut ini penyusun akan menuliskan kandungan kitab ini secara keseluruhan dalam bentuk global, dengan maksud memberikan gambaran awal tentang apa kandungan kitab yang sangat bermanfaat ini. Sehingga diharapkan nantinya dapat membantu para pembaca memahami matan dan syarah (penjelasan) kitab ini, khususnya bagi saudara-saudaraku yang mendapatkan kesempatan emas dari Rabb kita Azza wa Jalla untuk mempelajari kitab ini lebih lanjut.
Penjelasan yang penyusun akan paparkan di sini diolah dari beberapa kitab, di antaranya:
- Kitab At-Taudhihat Al-kasyifat ‘ala Kasyfisy Syubuhat, karya Syaikh Muhammad bin Abdullah Al-Habdan.
- Kitab Kasyfusy Syubuhat bi thariqah muyassaroh, Ahmad bin Abbas.
- Syarhu Kasyfisy Syubuhat, karya Syaikh Shaleh Alusy Syaikh.
- Matan Kasyfusy Syubuhat yang diterbitkan oleh Wizarotusy Syu`un Al-Islamiyyah wal Auqof wad Da’wah wal Irsyad (Kementrian Urusan Islam, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan) KSA.
Tiga bagian besar
Secara umum, kitab ini terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:
- At-Tamhid (Pembukaan)
- Maudhu’ul kitab (Pembahasan inti kitab ini)
- Al-Khatimah (Penutup)
Adapun perincian ketiga bagian besar kitab ini adalah sebagai berikut,
1. At-Tamhid (Pembukaan)
Bagian pembukaan ini memuat sebanyak empat belas halaman, dimulai dari ucapan penulis rahimahullah dalam matan Kasyfusy Syubuhat, hal. 1 :
بسم الله الرحمن الرحيم
“Dengan menyebut setiap nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Sampai ucapan beliau pada hal. 14:
قال بعض المفسرين : هذه الآية عامة في كل حجة يأتي بها أهل الباطل إلى يوم القيامة
“Berkata sebagian Ahli Tafsir, “Ayat ini umum mencakup setiap hujah (alasan) yang dibawa oleh ahli batil (musyrikin dan yang semisal mereka, pent.) sampai hari Kiamat.”
Fungsi Pembukaan
Pembukaan di sini kedudukannya sebagai pengantar, persiapan dan dasar untuk sampai kepada pembahasan utama, berupa syubuhat dan bantahannya. Pembukaan ini berisikan dalil-dalil dasar dan kaidah-kaidah asasi untuk membantah orang-orang musyrik. Isi dari pendahuluan di sini terdiri dari dua belas hal yang sangat vital, terdiri dari kaidah, prinsip, ataupun perkara yang mendasar. Hal ini sangatlah bermanfaat sebagai bekal membentengi diri bagi Ahli Tauhid dari syubhat.
Kaidah-kaidah atau perkara dasar yang terdapat di dalam bagian pembukaan
Berikut ini kaidah-kaidah atau perkara dasar yang sangat penting tersebut.
- Definisi Tauhid
- Definisi Ibadah
- Bersikap melampui batas terhadap orang salih (ghuluw) adalah sebab kesyirikan, bahkan kesyirikan pertama kali terjadi disebabkan ghuluw ini.
- Kaum musyrikin di zaman kita lebih sesat dari musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari tinjauan tertentu.
- Syirik besar adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah dan membatalkan keislaman seorang hamba. Adapun kaidah atau perkara dasar yang ke-6 s/d 11 memuat ciri khas musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
- Mereka mengimani Tauhidur Rububiyyah, namun hal itu tidaklah memasukkan mereka kedalam agama Islam.
- Mereka mengenal Allah ‘Azza wa Jalla dan melakukan peribadatan kepada-Nya, namun sayangnya, mereka mencampurinya dengan kesyirikan terhadap Allah.
- Mereka mengetahui makna kalimat Tauhid Laa ilaaha illallahu.
- Mereka menolak Tauhidul Uluhiyyah dan mengingkari kalimat Tauhid.
- Sesembahan mereka beraneka ragam dan bukan hanya patung.
- Mereka meyakini bahwa malaikat, nabi dan wali Allah memiliki kedudukan khusus di sisi Allah, sehingga mereka jadikan perantara antara mereka dengan Allah dalam beribadah dan ini adalah kesyirikan. Mereka tidaklah menyembah malaikat, nabi dan wali Allah kecuali untuk tujuan meminta syafa’at kepada mereka dan mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) dan ini adalah kesyirikan juga. Bagian pembukaan ini ditutup dengan satu kaidah yang agung, sekaligus sebagai kaidah ke-12, yaitu:
- Tidaklah kaum musyrikin membawa hujah dan syubhat yang batil kecuali di dalam Al-Qur`an pasti ada koreksi dan penjelasan tentang kesalahan tersebut.
Maksud dan inti dari bagian pembukaan ini:
Di antara inti dan maksud terbesar dari bagian pembukaan ini adalah penulis hendak mengantarkan pembaca kepada kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kaum musyrikin di zaman kita, bahkan dari tinjauan tertentu, kaum musyrikin di zaman kita lebih sesat dari kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dari itu, setelah mendapatkan penjelasan yang tertera di bagian pembukaan ini, jika kaum musyrikin di zaman kita benar-benar menginginkan kebenaran, mereka akan menerima Islam, agama Tauhid ini. Namun, jika mereka menolak Tauhid, maka mereka akan berusaha mencari-cari pembenaran kesyirikan mereka dengan mengutarakan alasan dan syubhat guna membedakan antara diri mereka dengan kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam rangka menghindar dari tuduhan bahwa diri mereka telah melakukan kesyirikan. Oleh karena itulah, bagian selanjutnya adalah bagian inti kitab ini, yaitu menyebutkan syubhat kaum musyrikin yang tidak terima dan protes ketika diri mereka dikatakan telah melakukan kesyirikan, diikuti dengan koreksi.
2. Maudhu’ul kitab (Pembahasan inti kitab ini)
Bagian “Pembahasan inti” kitab ini terdiri dari 39 halaman, dimulai dari ucapan penulis rahimahullah dalam matan Kasyfusy Syubuhat, hal. 15:
و أنا أذكر لك أشياء مما ذكر الله في كتابه جوابا…
“Dan saya akan menyebutkan kepadamu beberapa perkara yang Allah sebutkan dalam Kitab-Nya sebagai jawaban…”
sampai ucapan penulis pada hal. 53:
فأين هذا من استغاثة العبادة و الشرك ولو كانوا يفقهون؟
“Betapa jauh perbedaan antara hal ini dengan istighatsah ibadah (yang dipersembahkan kepada selain Allah, pent.) dan kesyirikan, jika mereka benar-benar orang-orang yang mengerti?”
Pembahasan inti kitab ini berisikan “syubhat dan koreksinya”, sedangkan penulis dalam membahasnya menempuh dua metode:
- Koreksi global (Ijmali). Koreksi jenis ini berfungsi sebagai bekal bagi Ahli Tauhid, khususnya Ahli Tauhid yang tidak mampu membantah syubhat dengan mendalam dan detail, dalam upaya membentengi dirinya dari serangan syubhat, dengan berpegang teguh kepada dalil-dalil yang muhkamat (jelas maknanya). Jadi, koreksi global ini fungsinya lebih kepada fungsi pertahanan aqidah.
- Koreksi rinci (Tafshili). Koreksi jenis ini berfungsi sebagai koreksi yang menghancurkan dan mengikis syubhat dari akarnya. Oleh karena itu, koreksi jenis ini adalah koreksi yang biasanya disampaikan oleh para ulama rahimahumullah.
Perlu diketahui, bahwa di dalam kitab Kasyfusy Syubuhat ini terdapat empat belas koreksi rinci kepada kaum musyrikin yang menyebarkan syubhat-syubhat mereka. Di antara keempat belas koreksi rinci tersebut, terdapat tiga syubhat terbesar dibandingkan syubhat-syubhat yang selanjutnya, disertai pula koreksinya. Syubhat-syubhat tersebut adalah alasan yang dianggap paling kuat oleh kaum musyrikin sebagai legitimasi kesyirikan mereka. Jika seorang Ahli Tauhid telah mampu mengoreksi syubhat terbesar kaum musyrikin tersebut, maka mengoreksi syubhat-syubhat selanjutnya menjadi lebih mudah, biidznillah.
Syubhat paling besar menurut kaum musyrikin dan koreksi rincinya
- Pemahaman mereka yang salah tentang meminta syafa’at, sehingga mengakibatkan mereka terjatuh dalam kesyirikan. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah terhadap ayat Al-Qur`an tentang larangan beribadah kepada selain Allah atau ayat tentang sifat kaum musyrikin bahwa mereka beribadah kepada selain Allah. Penulis meluruskannya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang karakteristik peribadatan yang dilakukan oleh kaum musyrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penulis meluruskannya dengan satu koreksi.
Sebelas syubhat selebihnya dan koreksi rincinya
- Pemahaman mereka yang salah tentang ibadah, sehingga mereka terjatuh dalam kesyirikan. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
- Kerancuan mereka dalam memahami Syafa’at Syar’iyyah dan syafa’at syirik, termasuk kesalahan memahami syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penulis meluruskannya dengan tiga koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang do’a, sehingga mereka terjatuh kedalam kesyirikan dengan memohon perlindungan kepada orang-orang shalih. Penulis meluruskannya dengan satu koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang cakupan syirik. Penulis meluruskannya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang cakupan kekafiran. Dan penulis membantahnya dengan empat koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang kedudukan wali di sisi Allah. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang perkara yang membatalkan keislaman seorang hamba. Penulis membantahnya dengan sembilan koreksi, mengingat demikian bahayanya fitnah syubhat yang satu ini.
- Pemahaman mereka yang salah tentang kisah para sahabat Nabi Muhammad dan Nabi Musa ‘alaihimash shalatu was salam. Penulis membantahnya dengan tiga koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang definisi orang yang beragama Islam. Penulis membantahnya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang istighatsah. Penulis membantahnya dengan dua koreksi.
- Pemahaman mereka yang salah tentang kisah malaikat Jibril ‘alaihis salam ketika menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pada saat beliau menghadapi musibah. Penulis membantahnya dengan satu koreksi.
3. Al-Khatimah (Penutup)
Bagian penutup ini dimuat sebanyak empat halaman, dimulai dari ucapan penulis rahimahullah dalam matan Kasyfusy Syubuhat, hal. 54:
و لنختم الكلام إن شاء الله تعالى بمسألة عظيمة
“Insyaallah Ta’ala, kami tutup risalah ini dengan suatu masalah besar.”
Sampai ucapan beliau pada hal. 57:
و صلى الله على نبينا محمد و آله وصحبه و سلم
“Semoga pujian Allah di sisi malaikat muqorrabin (sholawat) serta keselamatan tercurahkan bagi Nabi kita Muhammad, pengikut beliau, dan para sahabat beliau.”
Kandungan Penutup
Pada bagian penutup kitab Kasyfusy Syubuhat ini, walaupun sudah diawali dengan kalimat “Insyaallah Ta’ala, kita tutup risalah ini…”, namun jika kita melihat petikan selanjutnya dari kalimat matan ini, yaitu:
لا خلاف أن التوحيد لابد أن يكون بالقلب و اللسان و العمل
“Tidak ada perselisihan pendapat (diantara ulama, pent.) bahwa Tauhid wajiblah diwujudkan dengan hati, lisan, dan amal”, dan ucapan penulis selanjutnya yang menunjukkan adanya syubhat yang perlu dibantah,
و نحن نفهم هذا و نشهد أنه الحق ولكنا لا نقدر أن نفعله
“…dan kami memahami hal ini, kami pun juga mempersaksikan bahwasanya hal ini adalah sebuah kebenaran, namun kami tidak mampu melakukannya…”.
Kalimat-kalimat tersebut adalah sebuah isyarat dari penulis rahimahullah kepada sebuah kaidah yang berfungsi sebagai koreksi terhadap syubhat besar dalam masalah ini.
Alasan dikhususkannya pembahasan kaidah dan syubhat tersebut secara tersendiri di bagian penutup
Jika kita mengamati ucapan penulis rahimahullah di baris-baris awal alinea pertama di bagian penutup ini, maka kita bisa menyimpulkan bahwa alasan dikhususkannya pembahasan kaidah dan syubhat tersebut secara tersendiri adalah:
- Karena besar dan pentingnya kaidah ini. Hal ini nampak dari ucapan penulis rahimahullah:ولكن نفرد لها الكلام لعظم شأنها
“Namun, kami khususkan masalah (kaedah) ini menjadi pembahasan tersendiri karena besar (penting)nya masalah ini.”
- Karena banyaknya kesalahan yang terjadi dalam masalah ini, dengan adanya syubhat yang membahayakan aqidah kaum muslimin di zaman penulis rahimahullah. Hal ini nampak dari ucapan penulis rahimahullah : لكثرة الغلط فيها
“Namun, karena banyaknya kesalahan (yang terjadi) dalam masalah ini.”
Fungsi bagian Penutup
Dengan penjelasan di atas, maka kita dapat simpulkan bahwa fungsi dituliskannya bagian penutup oleh penulis rahimahullah adalah sebagai peringatan atas pelanggaran terhadap Tauhid yang banyak terjadi dalam masalah ini, sekaligus ajakan untuk bertauhid dengan baik dan benar. Karena di dalam penutup ini, penulis menjelaskan wajibnya mengamalkan Tauhid, baik secara batin dan lahir, sehingga hal ini menjadi koreksi yang jelas bagi orang yang mengetahui Tauhid namun meninggalkannya dengan alasan-alasan yang mengada-ada. Demikian pula, di bagian penutup ini terdapat bantahan bagi murji`ah yang menyatkan bahwa iman hanya terdiri dari keyakinan dan ucapan, tanpa disertai perbuatan.
Perbedaan antara syubhat yang disebutkan pada bagian penutup ini dengan syubhat-syubhat sebelumnya
Dalam Syarhu Kasyfisy Syubuhat, Syaikh Sholeh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa perbedaan antara syubhat yang disebutkan pada bagian penutup ini dengan syubhat-syubhat sebelumnya adalah:
*) Bahwa syubhat-syubhat yang disebutkan sebelum penutup ini, lebih terkait dengan syubhat yang sifatnya meracuni pengetahuan Tauhid seorang hamba. Adapun syubhat yang disebutkan pada bagian penutup ini, lebih terkait dengan syubhat yang meracuni pengamalan Tauhid seorang hamba.
Dengan demikian, seseorang yang mempelajari kitab Kasyfusy Syubuhat ini diharapkan bisa terbentengi aqidahnya dari syubhat yang menyerang ilmu dan amalnya di dalam mentauhidkan Allah Ta’ala.
Bertawakal dan berdo’alah hanya kepada Allah semata!
Sebagai penutup resensi kitab Kasyfusy Syubuhat ini, penyusun hendak mengingatkan, bahwasanya keselamatan diri kita dalam beragama Islam adalah karena Allah berkenan memberi hidayah kepada kita, sehingga kita bisa selamat dari berbagai macam kegelapan syubhat. Ingatlah pula, bahwa semua kebaikan yang ada pada kita, tentulah terjadinya dengan izin Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” ((QS. Ibraahiim: 1).
Oleh karena itu, mari kita sandarkan hati kita kepada Allah, bertawakal, dan berdo’a hanya kepada Allah semata, sembari berusaha keras untuk menuntut ilmu Syar’i dan mengamalkannya dengan cara yang telah dicontohkan oleh para pendahulu kita dari kalangan orang-orang salih, yaitu para sahabat nabi, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang menempuh jalan yang sama dengan mereka. Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menguhkan Tauhid di hati kita dan menjaga hati kita dari pengaruh buruk setiap syubhat. Innahu Waliyyu dzalika wal Qoodir ‘alaihi.
***
____
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
Post a Comment