Sekilas Pandang Tentang Kitab Al-Qawa’idul Arba’

Sekilas Pandang Tentang Kitab Al-Qawa’idul Arba’


Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Berikut ini, sekilas penjelasan tentang kitab Al-Qowa’idul Arba’ yang terjemahannya bisa dilihat di artikel iniDan in sya Allah akan penyusun sampaikan syarah (penjelasan)nya pada beberapa artikel setelah tulisan ini.
Penyusun akan utarakan penjelasan singkat tentang kitab ini sesuai dengan urutan pemaparan berikut ini:
  1. Judul.
  2. Penulis.
  3. Disiplin ilmu.
  4. Kedudukan kitab ini.
  5. Dampak buruk bagi yang menyelisihi salahsatu dari kaedah yang empat ini.
  6. Buah positif bagi yang memahami empat kaedah ini dan mengamalkannya dengan baik.
  7. Hukum mengetahui kaedah-kaedah dasar dalam bertauhid adalah wajib.
  8. Bab-bab dalam kitab ini.
Berikut ini keterangan lebih lanjut,

1. Judul

Judul kitab ini adalah
القواعد الأربع
Empat Kaedah-Kaedah Dasar dalam Islam”
Penjelasan
Kalimat dalam judul di atas tersusun dari dua kata, yaitu : Al-Qowa’id dan Al-Arba’.
Al-Qowa’id adalah bentuk jamak dari kata Al-Qo’idah. Sedangkan makna Al-Qo’idah, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah, “Al-Qo’idah yaitu sebuah dasar yang bercabang darinya permasalahan atau cabang yang banyak“. Beliau juga menjelaskan bahwa tema kitab ini dengan pernyataannya, “Kandungan (kitab) Al-Qawa’id Al-Arba’ah yang disebutkan oleh Sang Syaikh (penulis) ini adalah mempelajari tentang tauhid dan syirik” 1.
Dengan demikian, sesungguhnya kitab Al-Qawa’id Al-Arba’ah ini berisikan dasar-dasar agama Islam, berupa aqidah yang benar, yaitu: bagaimana mengeesakan Allah Ta’la (tauhid) yang bersih dari kesyirikan. Dan, perlu diketahui bahwa penyebutan angka pada judul disini, bukanlah dimaksudkan untuk membatasi,namun agar lebih mudah diingat dan diperhatikan.

2. Penulis

Imam dakwah Tauhid, Syaikhul Islam Muhammad At-Tamimi rahimahullah (wafat th.1206 H).
Berkenaan dengan diri penulis kitab ini, Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah menyatakan,
“Beliau adalah sosok penasehat yang telah menasehati manusia dengan sebesar-besar nasehat, dengan menjelaskan tauhid -yang untuk tujuan bertauhidlah manusia diciptakan dan untuk merealisasikan tauhidlah mereka diadakan- dan memperingatkan (manusia) dari menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla (syirik) yang merupakan dosa dan keharaman terbesar.
Beraneka ragam tulisan beliau -rahimahullah- tentang penjelasan tauhid dan penetapannya serta memperingatkan (manusia) dari kesyirikan, menyatakan batilnya, menjelaskan bahyanya dan kebatilan syubhat pelakunya.
Beliau menulis dalam masalah itu, berbagai karya tulis yang banyak, dalam rangka menasehati dan menjelaskan kepada manusia, sekaligus sebagai udzur (bahwa telah menunaikan kewajiban menegakkan hujjah di hadapan Allah) dan sebagai peringatan bagi manusia.
Dengan demikian, beliau adalah sosok (ulama) penasehat, pengajar, pendidik, pengarah (kebaikan) sekaligus sosok (ulama) yang berpegang teguh dengan Kitabullah Jalla wa ‘Aladan Sunnah Rasul-Nya shalawatullah wa salamuhu ‘alaihi. “2.

3. Disiplin Ilmu

Disiplin Ilmu yang sedang dibahas dalam kitab ini adalah Tauhidul Uluhiyyah, karena dibahas didalamnya pengenalan tentang tauhid dalam peribadatan dan pengetahuan tentang lawannya, yaitu: syirik dalam peribadatan.

4. Kedudukan Kitab Ini

Kitab ini memiliki kedudukan yang tinggi, karena:
a) Sumber pengambilan kempat kaedah ini.
Empat kaedah dalam kitab ini,diambil dari Alquran dan As-Sunnah dengan manhaj Salafus Shaleh kemudian diambil pula dari fakta sejarah muysrikin di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b) Mengajarkan ilmu yang fardhu ‘ain
Penjelasan lebih lanjut, terdapat dalam poin berikutnya.

5. Hukum mempelajari kandungan kitab ini

Mempelajari kitab ini -dalam batasan paling minimal yang menjadi syarat kesahan Islam seseorang- hukumnya wajib,bahkan lebih wajib daripada mengetahui tentang perkara-perkara yang mendasar sholat,puasa dan zakat,karena sholat,puasa ,zakat dan yang semisalnya.
Karena ibadah-ibadah tersebut tidak akan sah jika ada kesyirikan besar pada diri pelakunya.
Faedah
Ulama dari dulu telah menjelaskan tentang adanya jenis ilmu yang hukum mempelajarinya fardhu ‘ain,hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah). Hadits ini dihasankan oleh As-Suyuthi, Adz-Dzahabi dan disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam sShahih Ibnu Majah.
Dan juga berdasarkan kaedah :
ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
Suatu perkara yang sebuah kewajiban tidak bisa terlaksana kecuali dengannya,maka hukum perkara tersebut juga wajib”.
Definisi ilmu fardhu ‘ain
Ulama Lajnah Daimah KSA menjelaskan tentang maksud ilmu fardhu ‘ain, yaitu: ilmu yang menyebabkan sahnya aqidah dan ibadah seseorang dan tidak boleh seseorang tidak tahu tentang ilmu tersebut 3.
Atau dengan kata lain ilmu yang jika tidak dipelajari oleh seseorang menyebabkannya terjatuh ke dalam dosa, baik dalam bentuk meninggalkan kewajiban maupun dengan melakukan larangan yang haram dilakukan4.
Contoh ilmu fardhu ‘ain :
Mengetahui tauhid dan syirik, pokok-pokok keimanan dan Rukun Islam,bersuci dari hadats besar,cara berwudhu` yang sah,semua itu dalam batasan yang paling minimal dalam kesahan pelaksanaan sebuah kewajiban.

6. Dampak buruk bagi yang menyelisihi salah satu dari kaedah yang empat ini.

Ketika seseorang menyelisihi salah satu dari kaedah yang empat ini,maka akan terjatuh kedalam keragu-raguan dan kerancuan aqidah yang besar dalam mengenal siapakah muwahhidun (orang-orang yang mentauhidkan Allah) dan siapakah musyrikun (orang-orang yang menyekutukan Allah)serta tidak mampu membedakan dua kelompok tersebut.
Bahkan sangat memungkinkan dia melakukan kesyirikan yang sama persis dengan kesyirikan orang-orang musyrik yang diperangi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. A’adzanallahu minasy syirki kullihi.

7. Buah positif bagi yang memahami empat kaedah ini dan mengamalkannya dengan baik.

Jika seseorang telah memahami kaedah-kaedah ini dengan baik, maka akan mudah baginya mengetahui tauhid yang Allah mengutus para Rasul-Nya ‘alaihimush shalatu was salamdengannya dan yang menjadi tujuan diturunkannya Kitab-Kitab-Nya.
Disamping itu ia juga mudah mengetahui syrik yang Allah peringatkan makhluk-Nya darinya dan Dia jelaskan bahayanya serta kerugian bagi orang yang melakukannya di dunia maupun di akherat. In sya Allah.

8. Bab-bab dalam kitab ini

Secara global kitab ini berisikan pengenalan tentang kaedah-kaedah dasar untuk memahami tauhid dan syirik, pengetahuan tentang ahlu syirik dan hukum atasnya.
Kitab ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
Bab Pertama:
Muqoddimah:
Syarat kesahan sebuah ibadah.
Bab Kedua :
Kaidah Pertama : Penetapan tauhid Rububiyyah mengharuskan penetapan tauhid Uluhiyyah (ibadah).
Bab ketiga:
Kaidah Kedua : Kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidaklah menyekutukan Allah dalam Rububiyyah-Nya, namun, mereka menyekutukan Allah dalam Uluhiyyah-Nya (Ibadah).
Bab keempat:
Kaidah Ketiga : Inti kesyirikan dalam masalah Uluhiyyah itu semuanya sama, namun sesembahan-sesembahan musyrikin berbeda-beda.
Bab kelima:
Kaidah Keempat : Penetapan bahwa kesyirikan yang dilakukan kaum musyrikin zaman sekarang lebih parah daripada kesyirikan yang dilakukan kaum musyrikin zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,ditinjau dari sisi tertentu.

Ringkasan global kitab Al-Qawa’idul Arba’

Secara global kitab ini berisikan pengenalan tentang kaedah-kaedah dasar untuk memahami tauhid dan syirik, pengetahuan tentang ahlu syirik dan hukum atasnya.
Kitab ini terdiri dari 5 bab, satu bab tentang muqoddimah, sedangkan keempat bab lainnya tentang empat kaidah dalam bertauhid, berikut ini ringkasan global bab-bab tersebut beserta faedah ataupun fungsi mempelajari setiap bab tersebut.
Kitab ini terdiri dari 5 bab,yaitu:
BAB PERTAMA:
Muqoddimah
Syarat kesahan sebuah ibadah”.
Muqoddimah ini mengandung :
Pujian kepada Allah Ta’ala, do’a, penjelasan tentang makna Al-Hanifiyyah, agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan syarat sahnya sebuah ibadah. Inti muqoddimah ini ada pada penjelasan tentang Al-Haniifiyyah (tauhid) dan syarat sahnya sebuah ibadah.
Fungsi kaedah ini :
Pendasaran aqidah yang lurus bagi seorang muslim,karena dengan mengetahui Al-Haniifiyyah (tauhid) dan syarat sahnya sebuah ibadah dengan baik,seorang muslim diharapkan memiliki keyakinan yang benar tentang ibadah dan tauhid, mengagungkan tauhid dengan sebenar-benar pengagungan serta takut terhadap kesyirikan dengan sebenar-benar rasa takut.
BAB KEDUA :
Kaidah Pertama :
Penetapan Tauhid Rububiyyah mengharuskan kepada penetapan Tauhid Uluhiyyah (Ibadah)”.
Didalam bab ini terdapat penjelasan bahwa penetapan Tauhid Rububiyyah tidak cukup bagi kesahan Islam seseorang, haruslah diiringi dengan penetapan Tauhid Uluhiyyah, yang mengandung penetapan Tauhid Al-Asma` wa Shifat.
Fungsi kaedah ini :
Untuk menjaga kesahan Islam seseorang dan menghancurkan pokok keyakinan batil yang ada pada da’i penyeru kesyirikan serta keyakinan batil yang ada pada ulama ahlul kalam yang meyakini bahwa tauhid itu adalah sebatas Tauhid Rububiyyah.
BAB KETIGA :
Kaidah Kedua :
Kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidaklah menyekutukan Allah dalam Rububiyyah-Nya, namun, mereka menyekutukan Allah dalam Uluhiyyah-Nya (Ibadah).
Didalam bab ini terdapat penjelasan tentang batilnya salah satu alasan pokok kaum musyrikin zaman sekarang dalam menyembah selain Allah, dan bahwa alasan mereka sama persis dengan alasan kaum musyrikin pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Fungsi kaedah ini :
Menghancurkan syubhat besar kaum musyrikin,berupa menjadikan antara mereka dengan Allah perantara dalam beribadah. Dengan hancurnya syubhat tersebut, diharapkan mereka mudah menerima tauhid yang benar dan mudah mengenal hakekat syirik.
BAB KEEMPAT:
Kaidah Ketiga :
Inti kesyirikan dalam masalah Uluhiyyah itu semuanya sama, namun sesembahan-sesembahan musyrikin berbeda-beda”.
Didalam bab ini terdapat penetapan bahwa inti kesyirikan dalam masalah Uluhiyyah itu semuanya sama, yaitu: memalingkan peribadatan kepada selain Allah.
Hanya saja, sesembahan-sesembahan kaum musyrikin itu berbeda-beda, ada orang-orang sholeh, malaikat, bulan, matahari, pohon dan ada pula yang lainnya.
Fungsi kaedah ini :
Seorang muslim mampu memahami bahwa fenomena yang dilakukan oleh sebagian orang zaman ini,berupa penyembahan terhadap orang-orang sholeh,hakekatnya tidak ada bedanya dengan penyembahan kepada matahari ,pohon dan batu di zaman dulu,karena semuanya sama-sama syiriknya.
BAB KELIMA :
Kaidah Keempat :
Penetapan bahwa kesyirikan yang dilakukan kaum musyrikin zaman sekarang lebih parah daripada kesyirikan yang dilakukan kaum musyrikin pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,ditinjau dari sisi tertentu”.
Fungsi kaedah ini :
Menggugah kesadaran banyak orang, bahwa walaupun suatu zaman sudah modern, namun ketika seseorang tidak berilmu tentang kesyrikan dengan benar atau ilmunya sangat kurang atau kurang diingatkan kembali akan bahayanya kesyirikan, maka sangat memungkinkan terjatuh ke dalam kesyirikan.
Bahkan, bisa jadi kesyirikan yang dilakukannya lebih parah daripada kesyirikan yang dilakukan kaum musyrikin yang dihadapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu.
Maka, tidak ada jaminan bagi suatu negeri yang berteknologi tinggi dan bagi negara yang maju, bahwa negara tersebut pasti penduduknya selamat dari kesyirikan!
Karena kemuliaan suatu negara itu adalah ketika penduduknya mengetahui dengan baik ajaran agama Islam dan mengamalkannya.
Sedangkan ajaran agama Islam teragung dan asas perbaikan masyarakat terbesar adalah tauhid!
Dengan demikian, pelajaran tauhid relevan dikaji di sepanjang zaman dan di semua tempat!
[Nantikan penjelasan (syarah) Al-Qowa’idul Arba’, in sya Allah]
***
  1. Syarhul Qawa’id Al-Arba‘, Syaikh Shaleh Al-Fauzan, hal. 5 ↩
  2. Syarhur Risalah Al-Qowa’id Al-Arba’, Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr, hal.3 ↩
  3. Lihat: http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=3&View=Page&PageNo=1&PageID=4335&languagename= ↩
  4. Tentang ilmu fardhu ‘ain, silahkan baca selengkapnya di https://muslim.or.id/24642-skala-prioritas-dalam-belajar-agama-islam-1-ilmu-fardhu-ain.html ↩
____

[serialposts]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar