Hidup Tak Sekedar Hidup! (2)

Hidup Tak Sekedar Hidup! (2)


‘Ibadatullah adalah tujuan hidup kita

Beribadah kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam artikel bagian pertama, adalah tujuan hidup kita. Nah, tahukah Anda apakah ibadah itu?
Pengertian ibadah ditinjau dari jenis ibadah yang disyari’atkan oleh Allah Ta’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mendefinisikan ibadah dalam kitab beliau Al-‘Ubudiyyah, dengan mengatakan, “Ibadah adalah suatu kata yang mencakup setiap perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan, (baik) yang batin (hati), maupun yang lahir (anggota tubuh yang nampak).”
Kemudian beliau memberi contoh ibadah lahir, Maka sholat, zakat, puasa, haji, ucapan yang jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung tali silaturrahmi, memenuhi perjanjian, memerintahkan perkara yang ma’ruf dan melarang perkara yang mungkar, berjihad memerangi orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, budak dan kepada binatang, demikian pula berdo’a, berdzikir dan membaca Alquran, serta selainnya adalah bentuk-bentuk ibadah (lahir).
Beliaupun juga memberi contoh ibadah batin, Demikian pula mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut kepada-Nya, Inabah (kembali) kepada-Nya, ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya, sabar terhadap ketetapan-Nya,  mensyukuri nikmat-Nya, ridha terhadap keputusan taqdir-Nya, bertawakal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut terhadap adzab-Nya, serta selainnya dari bentuk-bentuk ibadah (batin) yang dipersembahkan kepada Allah.
Itulah definisi ibadah dan contoh-contohnya ditinjau dari jenis ibadah yang disyari’atkan oleh Allah Ta’ala.
Faedah:
Dari definisi di atas, terdapat beberapa faedah, diantaranya:
  1. Inti dari ibadah yang merupakan tujuan hidup kita adalah mencari sesuatu yang dicintai oleh Allah. Yaitu dengan mengucapkan atau melakukan sesuatu yang dicintai oleh Allah Ta’ala, baik dengan hati ataupun dengan anggota tubuh yang nampak. Dengan demikian, seorang muslim dan muslimah yang sadar akan tujuan hidupnya dan sadar untuk apa ia diciptakan di muka bumi ini akan berusaha agar setiap aktifitas kesehariannya dicintai oleh Allah Ta’ala, karena ia ingin setiap ucapan dan perbuatannya, baik yang batin maupun lahir itu bernilai ibadah. Seorang muslim dan muslimah yang sempurna keimanannya benar-benar ingin menghamba kepada Rabbnya, dengan menjadi sosok hamba yang dicintai-Nya dalam setiap keadaannya. Inilah prinsip hidup yang berkualitas tinggi dan mampu merombak pola pikir dan gaya hidup seorang manusia.
  2. Jenis ibadah yang disyari’atkan oleh Allah Ta’ala itu ada empat macam, yang dua macam termasuk ibadah batin dan dua macam lainnya termasuk ibadah lahir.
Ibadah batin terdiri dari dua macam, yaitu:
  1. Qaulul Qalbi (ucapan hati): Keyakinan dan pembenarannya.
  2. ‘Amalul Qalbi (amal hati): Gerakan hati yang membuahkan amal lahiriyah dan ucapan lisan, contohnnya adalah niat, ikhlas, tawakkal, takut, cinta, dan harap.
Ibadah lahiriyah terdiri dari dua macam juga, yaitu:
  1. Qoulul lisan (ucapan hati): ucapan Syahadatain, dll.
  2. ‘Amalul Jawarih (amal anggota tubuh yang nampak): shalat, puasa, zakat dan haji.
  1. Semua bentuk peribadatan yang lahir maupun yang batin haruslah dipersembahkan kepada Allah Ta’ala saja, karena Allah telah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya saja dan melarang kita dari menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dalam peribadatan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
    وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
    “Beribadahlah kepada Allah (saja) dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (An-Nisaa`:36).Maka barangsiapa yang menyembah Allah saja berarti ia seorang Ahli Tauhid dan sebaliknya barangsiapa yang menyembah selain Allah, maka ia musyrik (pelaku kesyirikan) dan kafir.
  2. Tauhid bisa terwujud dengan ibadah hati atau lahir yang dipersembahkan kepada Allah semata, sebagaimana syirik juga bisa terwujud dengan ibadah hati atau lahir yang dipersembahkan kepada selain Allah.
  3. Cukuplah seseorang dikatakan musyrik kafir jika ia mempersembahkan satu saja ibadah batin kepada selain Allah, sebagaimana cukup seseorang dikatakan musyrik kafir jika ia mempersembahkan satu saja ibadah lahir kepada selain Allah, sebagaimana Allah sebut status orang-orang yang beribadah kepada selain Allah sebagai orang-orang yang kafir dalam firman Allah Ta’ala berikut ini,
    وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
    Dan barangsiapa menyembah (beribadah kepada) tuhan yang lain di samping (beribadah kepada) Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang (perbuatannya) itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung” (QS. Al-Mukminuun: 117).
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar