Serial Indahnya Shalat (13) - Mutiara Isti‘adzah dalam Shalat (2)

Mutiara Isti‘adazah dalam Shalat (2)


Setan begitu semangat menjauhkan manusia dari Al-Qur`an

Ulama bersepakat bahwa membaca Al-Qur`an dengan mentadabburinya dan mengamalkannya adalah dzikir yang paling utama (afdhal), apalagi apabila hal itu dilakukan di dalam ibadah shalat yang merupakan rukun Islam terpenting setelah syahadatain, lebih-lebih lagi apabila yang akan dibaca adalah Ummul Qur`an(Induk Al-Qur`an), yaitu Al-Fatihah, karena mengandung makna-makna Al-Qur`an Al-Karim.

Oleh karena itulah membaca Al-Fatihah dalam shalat merupakan ibadah yang sangat agung, sehingga pantas apabila Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan dalam kitabnya Dzauqush Shalah, hal. 21, bahwa setan paling semangat menganggu orang yang membaca Al-Qur`an dalam shalat yang mana shalat merupakan ibadah yang paling mulia.

Setan ingin setiap orang yang shalat tidak bisa membaca Al-Fatihah dengan benar, atau tidak bisa mentadabburi maknanya dengan baik, maupun tidak bisa mengambil manfaat darinya.

Allah Ta‘ala mengetahui kesungguhan setan dalam mengganggu orang yang membaca Al-Qur`an dan kelemahan diri seorang hamba dalam menghadapi gangguan setan. Oleh karena itu, pantaslah apabila Allah Ta‘ala menyayangi hamba-Nya dengan memerintahkan kita untuk beristi‘adzah kepada-Nya ketika akan membaca Al-Qur`an, agar kekhusyu‘an hati dan badan kita selamat dari gangguan setan sehingga kita dapat membaca Al-Qur`an, mentadabburinya, dan mengambil manfaat darinya dengan baik. Hal ini merupakan sebab keberuntungan, dan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.

Penjelasan makna Isti‘adzah

Ikhtilaf ulama

Beragam pendapat ulama tentang lafal-lafal isti‘adzah disebabkan ayat-ayat tentang isti‘adzah juga tidak hanya satu macam saja.

Allah Ta‘ala berfirman,

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca Al-Qur`an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Q.S. An-Nahl: 98).

رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (Q.S. Ad-Dukhaan: 6).

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.” (Q.S. Al-A‘raaf: 200).

Berikut ini sebagian penjelasan makna lafal isti‘adzah, berikut ulama yang berpendapat dengannya dan dalil yang mendasarinya.

Lafal Pertama

أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

A‘uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

“Aku memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
Dalilnya:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca Al-Qur`an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (Q.S. An-Nahl: 98). Yang berpendapat demikian adalah Imam Syafi‘i, Imam Abu Hanifah, dan isti‘adzah yang dipilih pula oleh para Qurra`.1
Terdapat atsar dari Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu bahwa beliau pernah membaca lafal ini sebelum membaca Al-Fatihah dalam shalatnya. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (2455), Atsar ini shahih, semua perawinya tsiqah.2

[Bersambung]

***

Penulis : Ust. 
Sumber Muslim.or.id

Tidak ada komentar