Ringkasan Dalil Kitab Tauhid Bab ke-13 : Termasuk kesyirikan adalah ibadah memohon perlindungan (isti'adzah) kepada selain Allah



BAB KE- 13

من الشرك الاستعاذة بغير الله

Termasuk kesyirikan adalah ibadah memohon perlindungan (isti'adzah) kepada selain Allah”


Isti'adzah

Isti'adzah adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak disukai.

Dengan demikian isti'adzah termasuk kedalam pembahasan permintaan, maka perincian hukum isti'adzah yang ditujukan kepada selain Allah adalah sebagaimana perincian hukum permintaan.


Persamaan Istighatsah, Isti'anah dan Isti'adzah

Sebagaimana kita telah ketahui dari penjelasan sebelumnya bahwa:

-Isti'adzah adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak disukai.

- Isti'anah adalah meminta pertolongan dalam rangka mendapatkan manfa'at atau terhindar dari bahaya (mudhorot).

- Istighatsah adalah meminta dibebaskan dari kesulitan,derita, bahaya atau musibah berat yang sedang menimpa.


Perbedaan antara Istighatsah dengan Isti'adzah

- Istighatsah adalah meminta dibebaskan dari kesulitan,derita, bahaya atau musibah berat yang sedang menimpa. Jadi, istighatsah terkait dengan musibah yang sedang terjadi atau sedang menimpa.

-Adapun isti'adzah adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak disukai. Karena sifatnya adalah meminta perlindungan dan penjagaan, maka isti'adzah adalah terkait dengan suatu bahaya atau mudhorot yang dikhawatirkan akan menimpa.


Ketiga-tiganya termasuk perminta'an


Oleh karena itulah, ketiga-tiganya sama-sama mengandung permintaan, sehingga jika permintaan-permintaan tersebut dilakukan dalam bentuk ibadah, maka ketiga ibadah tersebut hakekatnya adalah ibadah do'a yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta'ala.


Macam-macam Isti'adzah

1. Isti'adzah yang bernilai Tauhid

Isti'adzah yang bernilai tauhid adalah isti'adzah kepada Allah Ta'ala semata, yaitu sebuah isti'adzah jenis ibadah yang mengandung kesempurnaan sikap membutuhkan kepada Allah Ta'ala, berlindung kepada-Nya, meyakini bahwa hanya Allah Ta'ala yang mampu memberi kecukupan, dan meyakini kesempurnaan penjagaan-Nya dari segala sesuatu, baik pada masa sekarang maupun akan datang, baik dalam perkara kecil maupun besar, baik terkait dengan bahaya yang diakibatkan oleh manusia maupun selainnya.

Isti'adzah jenis ini tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta'ala dan hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta'ala semata

Contohnya :

Ucapan seseorang :

أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2)

"(1)... Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, (2) dari kejahatan makhluk-Nya”. [QS. Al-Falaq: 1-2].


Termasuk kedalam jenis isti'adzah kepada Allah Ta'ala adalah isti'adzah kepada Allah Ta'ala dengan sifat-Nya, seperti : seseorang berlindung kepada Allah Ta'ala dengan firman-Nya, keagungan-Nya, keperkasaan-Nya , atau semisalnya.


Contohnya:

Ucapan seperti yang terdapat dalam hadits berikut ini :


أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَق

Aku berlindung (kepada Allah) dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya” [H.R Muslim].


2. Isti'adzah yang bernilai syirik

Isti'adzah kepada selain Allah Ta'ala termasuk syirik akbar jika ditujukan kepada :

1). Makhluk yang mati (baik nabi, wali, kiayi atau selain mereka)

Contohnya:

Seseorang yang meminta perlindungan kepada wali yang sudah meninggal dunia dari ancaman wabah penyakit ganas yang banyak menyerang penduduk desa tetangga.


2). Makhluk yang ghoib (tidak bisa komunikasi antara yang meminta dan yang dimintai).

Contohnya:

Seseorang yang meminta perlindungan kepada jin penunggu rumahnya dari serangan sihir.

Termasuk bentuk kesyirikan ini adalah apa yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin-jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” [QS. Al-Jin : 6].



3) Makhluk hidup, tidak ghoib (hadir di tempat atau bisa berkomunikasi), namun isi permintaannya dalam perkara yang di luar kemampuan makhluk.

Contohnya:

Seseorang yang meminta perlindungan kepada kyiai yang dianggap sakti yang masih hidup dan hadir di tempat agar tidak terkena bencana tsunami.

Perbuatan-perbuatan tersebut di atas termasuk syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, alasannya adalah orang yang meminta perlindungan tersebut tidak mungkin melakukannya kecuali dia meyakini bahwa ketiga golongan orang yang dimintai perlindungan itu mempunyai kemampuan tersembunyi dalam mengatur alam sebagaimana Allah Ta'ala, dan inilah inti kesyirikan, karena hakekat kesyirikan adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya.



Dalam bab ini terdapat 2 dalil, yaitu:

  1. QS. Al Jin: 6

Alasan pendalilan ada dua sisi :

Dalam ayat yang agung ini Allah kabarkan bahwa orang yang memohon perlindungan (isti'adzah) kepada selain Allah, maka akan bertambah dosanya, berarti sebaliknya jika memohon perlindungan kepada Allah saja itu adalah keta'atan atau ibadah, apalagi pada ayat ke-2 disebutkan bahwa sekelompok jin mukmin menyatakan tidak mau melakukan kesyirikan, sehingga kesimpulan dari kedua ayat tersebut bahwa dosa memohon perlindungan kepada selain Allah itu adalah dosa syirik, karena mempersembahkan ibadah isti'adzah kepada selain Allah.


2. Hadits Khaulah binti Hakim (HR. Muslim)


Alasan pendalilannya :

Kesepakatan ulama (ijma') Ahlus Sunnah bahwa hadits ini menunjukkan ibadah isti'adzah kepada selain Allah itu syirik, karena dalam hadits ini, tidaklah seseorang diperintahkan untuk isti'adzah dengan kalimat-Nya kepada Allah, kecuali kalimat-Nya tersebut bukan makhluk dan inilah ibadah tauhid, sehingga sebaliknya jika ibadah isti'adzah ditujukan kepada selain Allah itulah ibadah yang syirik.


Dan bila ijma’ telah diputuskan secara permanen atas suatu hukum, maka tidak boleh bagi siapapun keluar dari keputusan Ijma’ tersebut, karena mustahil semua ulama umat Islam sepakat berada di atas kesesatan.

Karena dalam sebuah hadits, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أُمَّتِي لاَ تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلاَلَةٍ

Sesungguhnya umatku tidak akan sepakat di atas kesesatan”.

[Shahîh, diriwayatkan Ibnu Majah ]. 

Wallahu a'lam

 

Tidak ada komentar