Ringkasan Dalil Kitab Tauhid Bab ke-14 : Termasuk kesyirikan adalah ibadah memohon kepada selain Allah agar dihilangkan musibah, atau berdoa kepada selain Allah

 



Dalil Bab ke- 14:

من الشرك أن يستغيث بغير الله أو يدعو غيره

Termasuk kesyirikan adalah ibadah memohon kepada selain Allah agar dihilangkan musibah, atau berdoa kepada selain Allah”


Definisi Istighatsah adalah meminta dibebaskan dari kesulitan,derita, bahaya atau musibah berat yang sedang menimpa.


Macam-macam Istighatsah

1. Istighatsah yang bernilai Tauhid

Istighatsah yang bernilai tauhid adalah istighotsah kepada Allah Ta'ala semata, yaitu sebuah istighatsah jenis ibadah yang mengandung kesempurnaan sikap membutuhkan kepada Allah Ta'ala, meyakini bahwa hanya Allah Ta'ala sajalah yang mampu memberi manfa'at dan menolak mudhorot, dan meyakini bahwa hanya Allah Ta'ala yang mampu memberi kecukupan.



2. Istighatsah yang bernilai syirik

Istighatsah kepada selain Allah Ta'ala termasuk syirik akbar jika ditujukan kepada makhluk yang mati (baik nabi, wali, kiayi atau selain mereka), atau makhluk yang ghoib (tidak bisa komunikasi antara yang meminta dan yang dimintai), atau makhluk hidup, tidak ghoib (hadir di tempat atau bisa berkomunikasi), namun isi permintaannya dalam perkara yang di luar kemampuan makhluk.

Penjelasannya adalah sebagaimana penjelasan yang telah disebutkan di dalam bab isti'adzah.


Contohnya :

Jika seseorang mengalami kesempitan rezeki yang sangat dan kebangkrutan usaha yang menguras habis hartanya secara mendadak, lalu ia meyakini bahwa hal ini disebabkan kakeknya yang telah meninggal murka kepadanya, karena sudah lama ia merasa tidak menziarahi kuburnya yang selama ini dikeramatkan manusia.


Maka iapun bersimpuh, menangis dan menghiba di hadapan pusara kakeknya untuk meminta ma'af kepadanya, serta memohon agar kakeknya menghilangkan musibah tersebut, sehingga diharapkan usahanya kembali lancar dan rezekinya lapang!


Contoh lainnya:

Apabila seseorang ditimpa musibah kecelakaan yang parah sampai dalam keadaan koma di ICU, kemudian keluarganyapun teringat jika selama ini merasa kurang merawat dan memberi sesajen untuk pusaka keris yang diyakini bertuah warisan kakeknya itu.


Mereka meyakini bahwa musibah tersebut disebabkan sikap mereka yang kurang menunaikan hak arwah yang menitis di dalam keris yang dikeramatkan tersebut!

Sehingga demi kesembuhan orang yang terkena musibah tersebut, keluarganyapun melakukan upacara ritual pemberian sesajen untuk pusaka keris itu, sembari berkomat-kamit beristighotsah kepada arwah yang menitis di dalam keris itu!


Contoh berikutnya :

Seorang dukun pijat praktisi pengobatan yang kerap disebut-sebut sebagai pengobatan alternatif itu, ketika menerapi pasiennya yang terkena penyakit kanker, ia melakukan ritual pijat berupa:

menghentak-hentakkan kaki ke lantai tiga kali sambil berkomat-kamit :

Wahai jin laki-laki dan jin perempuan! Hilangkanlah derita dan penyakit orang ini dan jauhkanlah penyakitnya darinya sejauh jarak antara timur dan barat!”, seraya mengayunkan tangannya yang sedang memijat ke arah timur dan ke arah barat, memperagakan seolah-olah sedang membuang penyakit pasiennya sambil meniupkan udara dengan suara keras dari mulutnya, “Wuh, wuh!!”.


Ingatlah sobat, bahwa perbuatan-perbuatan tersebut di atas termasuk syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, karena pelakunya telah menyekutukan Allah Ta'ala dengan arwah, mayit dan jin itu!

Hakekatnya pelakunya telah meyakini arwah, mayit dan jin itu memiliki sebagian kekhususan Rububiyyah yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Allah Ta'ala


Dalam bab ke- 14 terdapat 5 dalil, namun dalil terakhir dho'if, yaitu:

1. QS. Yunus: 106-107


Firman Allah ini menunjukkan syiriknya berdoa dan beristighatsah kepada selain Allah.


Ketahuilah, bahwa tujuan musyrik mencari / menyimpan sesuatu yang dikeramatkan dan yang menjadi sesembahannya , baik berupa manusia yang diyakini suci, sakti, batu, pohon, keris dll adalah agar sesembahan tersebut melindunginya atau menolongnya mendapatkan manfa'aat atau menghindari mudorot, sehingga mereka istighatsah, isti'anah atau isti'adzah kepada sesembahan tersebut.

Maka Allah memutuskan ketergantungan hati mereka kepada sesembahan tersebut dengan menjelaskan bahwa satu-satunya yang mampu memberi manfa'at dan menolak mudhorot hakekatnya Allah Ta'ala.

Adapun selain-Nya, hakekatnya kalaupun mampu memberi atau menolak sesuatu yang sifatnya berada di dalam kemampuan makhluk, itupun dengan seizin Allah dan dibawah pengaturan-Nya,jadi sekedar sebab saja, dan bisa saja tidak berpengaruh apa-apa sebab tersebut.


2. QS. Al- Ankabut: 17

Apa keterkaitan istighotsah dan do'a dengan masalah rezeki?

Bahwa perkara yang termasuk paling banyak menjadi isi do'a dan istighotsah manusia adalah masalah rezeki (uang, pangan, jabatan, kerjaan), karena itu termasuk sebab terbesar kehidupan, dan didalam ayat ini terdapat perintah mentauhidkan Allah dalam memohon rezeki kepada-Nya.

Sehingga orang yang beribadah istighotsah kepada selain Allah agar hilang musibah seretnya rezeqi darinya, maka berarti tidak mentauhidkan Allah, ia telah melakukan syirik.


3. QS. Al- Ahqaf: 5-6

Ayat ini sangat jelas menunjukkan judul, karena konteksnya tentang do'a yang terlarang.

Pada ayat ke-5, Allah mensifati orang yang berdo'a kepada selain Allah sebagai orang yang beribadah kepada selain Allah dan ia divonis orang yang paling sesat. 
Sedangkan pada ayat ke-6, Allah mensifati orang yang berdoa kepada selain Allah dengan status beribadah kepada selain Allah, dan ini adalah kesyirikan.

4. QS. An-Naml: 62

Penegasan bahwa hakekatnya yang mampu menghilangkan mudharat hanya Allah, lalu diringi pertanyaan pengingkaran apakah ada sesembahan yang haq selain Allah, berarti tidak boleh beristighatsah kepada selain Allah karena selain Allah tidak mampu menghilangkan mudharat, barangsiapa beribadah istighatsah kepada selain Allah, maka berarti menyembah selain Allah.


5. HR. Imam At-Thabrani ( dho'if )

Wallahu a'lam




Tidak ada komentar