FIQIH RAMADHAN (2)

 

FIQIH RAMADHAN (2)

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du :

SYARAT SAH BERPUASA : (ITNBBB)

1. Islam

2. Tamyiz

3. Niat

4. Berakal sehat

5. Bersih dari haid dan nifas

6. Berada dalam waktu sah untuk berpuasa

SYARAT WAJIB BERPUASA RAMADHAN : (IBBMMM)

1. Islam

2. Berakal sehat

3. Baligh

4. Mampu secara fisik (tidak sakit, dan bukan lanjut usia) atau secara Syar'i (tidak sedang haidh dan nifas)

5. Mukim (tidak sedang safar)

6. Masuk waktu Ramadhan (untuk puasa Ramadhan)

RUKUN PUASA

Menahan diri dari pembatal-pembatal puasa sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.

KAEDAH PEMBATAL PUASA

Secara umum puasa itu batal jika tidak ada salah satu syarat sah atau rukun puasa.


PEMBATAL-PEMBATAL PUASA : (MMHNMHG)

1. Makan dan minum dengan sengaja, dan perkara yang semakna dengannya, contoh : infus makanan. Suntikan nutrisi (infus elektrolit, glukosa) dan menerima donor darah, yang bisa menggantikan makanan dan minuman. Suntikan semacam ini membatalkan puasa karena dinilai seperti makan atau minum.

- Suntikan selain nutrisi, seperti: suntik obat atau pengambilan sampel darah, vaksin. Suntikan semacam ini tidak membatalkan dan tidak memengaruhi puasa, karena tidak menimbulkan energi dan tidak mengeyangkan, baik suntikan ini diberikan di lengan atau di pembuluh.

Hanya saja, jika memungkinkan, sebaiknya suntikan ini dilakukan di malam hari, dan itu lebih baik, sebagai bentuk kehati-hatian ketika puasa.

(Taubat, wajib imsak,Qodho`)

Catatan : Memberikan darah : tidak batal, menerimanya : batal, dan tes lab darah itu tidak batal.

2. Muntah dengan sengaja.

(Taubat, wajib imsak,Qodho`)

3. Hubungan badan.

(Taubat, wajib imsak,Qodho`, dan Kaffaroh : Merdekakan budak mukmin, jika tak mampu puasa 2 bulan berturut-turut, jika tak mampu memberi makan 60 orang miskin sebesar sekitar 1,5 kilo makanan pokok)

4. Niat membatalkan puasa. 

(Taubat, wajib imsak,Qodho`)

5. Murtad. 

(Taubat, wajib imsak,Qodho`)

6. Haidh dan nifas.

(Qodho`)

7. Gila. (Qodho`)

Catatan :

·     Syarat pembatal untuk no. 1-4 : Sengaja, ingat, mengetahui hukum Syar'i bahwa hal itu haram.

Kalau seseorang menduga dg dugaan kuat telah terbenam matahari atau belum terbit fajar,lalu dia makan, ternyata salah dugaannya, maka menurut pendapat yang terkuat puasanya tidak batal berdasarkan Qs. Al-Baqarah: 286, 187.

Tapi kalau ragu, maka kembalikan kepada kaedah

 اليقين لا يزال بالشك : kalau ttg sahur, maka sah puasanya. Sedangkan ttg buka, maka tidak sah puasanya.

·     Orang yang pingsan puasanya tetap sah jika sesaat saja dia sadar.

·     Anak kecil jika baligh, kafir ketika masuk Islam, dan orang gila ketika normal, dan baru tahu Ramadhan di tengah siang = wajib imsak dengan niat puasa Ramadhan (selama terpenuhi syarat wajib dan syarat sah yg lainnya, karena terpenuhi syarat taklif : Islam, baligh dan berakal sehat) dan tidak wajib mengqodho`

·     Wanita haidh/nifas ketika suci, musafir ketika mukim, orang sakit ketika sembuh, tidak wajib imsak (karena berudzur Syar'i, dan wajib qodho`, shg tak berguna imsak. Barangsiapa boleh berbuka di awal hari, maka ia boleh berbuka di akhir hari), dan bagi mereka tidak wajib menghormati Ramadhan dengan imsak, karena boleh berbuka dengan udzur Syar'i, namun wajib qodho`.

·     Wanita yg sedang puasa lalu haid, tidak wajib imsak, krn buka dengan udzur Syar'I, menurut pendapat terkuat.

·     Orang yg safar, maka haram mengambil rukhshoh safar (qoshor dan buka puasa) kecuali jika telah meninggalkan perumahan lingkungannya berpisah dengan desanya, maka tidak boleh kalau sekedar berencana/berniat safar, lalu berbuka sebelum meninggalkan perumahan lingkungannya berpisah dengan desanya. Wajibnya baginya berniat puasa malamnya sebelum safar. Karena tidaklah dinamakan safar, kecuali sampai meninggalkan perumahan lingkungannya berpisah dengan desanya dan tidak sedang di rumah, sedangkan dalam ayat Alquran rukhshoh berbuka itu untuk yang sedang safar.

Jika ia makan ketika di rumah belum meninggalkan perumahan lingkungannya berpisah dengan desanya, maka berdosa dan wajib mengqodho`.

Namun pendapat terkuat adalah boleh buka jika telah siap safar tinggal naik kendaraan untuk berangkat, sbgmn perbuatan Anas, bahwa beliau bertekad kuat safar dan telah persiapan safar dan telah pakai pakaian safar, beliau makan sebelum safar, dan menyatakan bahwa itu sunnah.

·   Orang kafir asli dan orang murtad saat masuk Islam, tidak ada kewajiban mengqodho' puasa yang ditinggalkan  pada masa murtadnya, dan wajib mengqodho' seluruh puasa yang wajib baginya sebelum murtad[1].

·      kalau orang murtad ditengah berpuasa Ramadhan, lalu masuk Islam, maka wajib mengqodho' puasa yang ditinggalkannya di hari itu[2],  dan wajib mengqodho' seluruh puasa yang wajib baginya sebelum murtad, namun tidak ada kewajiban mengqodho' puasa yang ditinggalkan  pada masa murtadnya.


(Diringkas dari Shahih Fiqih Sunnah dan lainnya)

(Bersambung, in sya Allah)



Tidak ada komentar