📜 KHUTHBAH JUM'AT : HIKMAH PUASA RAMADHAN
Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du :
Khutbhah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما مزيدا ،
أَمَّا بَعْدُ:
أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله تعالى ؛ فإن تقوى الله جل وعلا خير زاد ،
قال الله تبارك وتعالى:
{وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ}[البقرة:197]
I. Allah adalah Al-Hakiim (Yang Maha Menentukan Hukum dan
Bijaksana) dan pengaruhnya pada syari’at-Nya.
Diantara nama-nama Allah yang terindah (Asma’ul Husna) adalah
Al-Hakiim Yang Maha Menentukan Hukum dan
Bijaksana)
Hanya Allah-lah semata Sang Penentu
hukum (baik hukum Syari’at Islam, hukum taqdir, maupun hukum balasan didunia
maupun akherat), dan hukum-hukum-Nya pada puncak kebijaksanaan, kesempurnaan
dan keindahannya.
Tidaklah Allah mensyari’atkan suatu
hukum syari’at kecuali pasti ada hikmah yang sempurna didalamnya, terkadang
kita tahu, namun banyak yang kita tidak tahu. Termasuk syari’at puasa Ramadhan
yang sebentar lagi kita akan jalani, in sya Allah.
II. Dalil hikmah puasa
Setidaknya ada dua dalil hikmah puasa,
Dalil Pertama :
Allah Ta'ala berfirman,
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan)
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (Al-Baqarah : 183).
Dalam ayat yang agung ini, Allah Ta'ala telah
kabarkan hikmah yang agung dari kewajiban berpuasa Ramadhan, berupa diraihnya
ketakwaan, sedangkan takwa adalah melakukan ketaatan dan meninggalkan
kemaksiatan.
Puasa adalah
sarana untuk merealisasikan taqwa, sedangkan taqwa adalah melaksanakan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Puasa termasuk
sebab yang terbesar seseorang bisa melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya.
Puasa Ramadhan
adalah madrasah imaniyyah agar seorang hamba mudah melaksanakan perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya, mudah bertaqwa kepada Allah semata.
Kesimpulan :
1. Hikmah puasa
adalah diraihnya ketaqwaan.
2. Puasa itu
bagian keimanan, oleh karena itu yang diseru melaksanakannya adalah orang-orang
yang beriman.
3. Puasa
Ramadhan itu diwajibkan bagi kita, sebagaimana puasa juga diwajibkan bagi
umat-umat sebelum ummat Islam, karena puasa termasuk Syari'at dan perintah yang
bermanfaat bagi makhluk di setiap zaman. Jadi janganlah seseorang merasa
berat berpuasa, karena itu bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia dengan bertaqwa
dan di akherat dengan masuk Surga terhindar dari siksa.
Dalil Kedua :
Hadits dari riwayat Al-Bukhari, bahwa sesungguhnya
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
(
مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dan
perbuatan yang haram, maka Allah tidak menginginkan (baca: tidak memberi
pahala) aktifitas meninggalkan makan dan minum yang dilakukannya (puasanya)”. (HR. Al-Bukhari).
Kesimpulan
:
1.
Hikmah puasa itu untuk meraih taqwa, dengan menghindari ucapan & perbuatan haram yang berarti
menunaikan kewajiban.
2.
Puasa yang sesugguhnya itu bukan sekedar
meninggalkan makan dan minum, namun puasa yang hakiki adalah puasa
yang berbuah taqwa, yaitu menghindari ucapan & perbuatan haram dan larangan Allah
lainnya, serta menunaikan kewajiban dan perintah Allah lainnya.
3.
Setiap dosa dan maksiat itu berdampak buruk pada puasa seseorang, semakin
banyak seseorang menghindari maksiat, maka semakin bagus kualitas puasanya.
Begitu pula sebaliknya, semakin seseorang banyak melakukan maksiat, semakin
menurun pahala puasa seseorang.
III. Berbagai
bentuk ketaqwaan yang merupakan hikmah puasa Ramadhan
Ulama rahimahumullah
telah menyebutkan berbagai macam hikmah puasa Ramadhan, dan semuanya
kembali kepada perkara ketaqwaan kepada-Nya semata.
Seseorang jika benar-benar berpuasa dengan ikhlas dan sesuai dengan
Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka akan menghasilkan
berbagai bentuk ketaqwaan :
1. Puasa yang hakiki melahirkan berbagai bentuk pelaksanaan perintah Allah
dan berbagai bentuk menjauhi larangan-Nya, seperti : bertauhid,
shalat berjama;ah lima waktu, menunaikan zakat, sedekah, baca Alquran, berbakti
kepada orangtua, meninggalkan ghibah, meninggalkan mencari nafkah dengan cara
haram, dll.
2. Kesucian jiwa dan kebersihannya karena orang yang
berpuasa dengan izin Allah, mampu mengendalikan hawa nafsu dan menundukan
syahwatnya.
3. Mensterilkan dari akhlak yang buruk dan akhlak yang hina.
4. Orang yang
berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah Ta'ala,
meski sendirian, sehingga tidak berani makan minum dan hubungan suami istri di
siang Ramadhan, karena meyakini Allah melihatnya dan mengetahui perbuatannya.
5. Ibadah puasa
hakekatnya merupakan bentuk tarbiyyah (pendidikan) sosial kemasyarakatan,
mendidik pelakunya menjadi insan
yang peka terhadap masyarakatnya
dan bentuk
tarbiyyah tersebut berupa:
a) Memperkuat
kasih sayang dan semangat tolong menolong dalam kebaikan diantara kaum Muslimin, antara si kaya dengan
si miskin, karena si kaya merasakan sebagian kesulitan si miskin berupa rasa
lapar saat berpuasa, sehingga si kaya bersedekah, memberi makan buka puasa dan
berzakat di bulan Ramadhan.
b) Memupuk
persatuan diantara kaum Muslimin,
karena mengawali puasa Ramadhan dan mengakhirinya secara bersama-sama, sahur dan buka pun pada waktu yang bersamaan.
c) Mengajarkan kesamaan kedudukan antara si
kaya dan si miskin, pejabat dan rakyat, bangsawan bernasab tinggi dan rakyat yang tak bernasab tinggi, tidak ada yang
membedakan diantara mereka kecuali ketakwaannya.
Semoga Allah Ta’ala menyampaikan umur kita sehingga kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan dan menganugerahkan kepada kita kemampuan beribadah dengan ikhlas dan sesuai Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Khuthbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي هَدَانَا للإيمان
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللّهُ،
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، لا رب لنا سواه ولا نعبد إلا
إياه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ومصطفاه، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن
والاه، وسلَّم تسليماً كثيراً، أما بعد،
أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله تعالى ، فقد قال الله تبارك وتعالى:
{يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ{
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, itulah tadi beberapa
hikmah disyari’atkannya berpuasa Ramadhan, dan sebenarnya masih banyak hikmah-hikmah
yang lainnya, dan hikmah-hikmah tersebut terisyaratkan dalam firman Allah,
{وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Dan berpuasa
lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.[Al-Baqarah: 184].
Ayat di atas
mengisyaratkan kepada faedah-faedah puasa yang banyak, baik faedah Diniyyah (Agama)
maupun Ijtima'iyyah (sosial kemasyarakatan).
Jadi, sosok
insan yang berpuasa dengan puasa hakiki dan sempurna akan menghasilkan berbagai bentuk
ketakwaan, namun sebaliknya, jika puasa seseorang tidak membuahkan berbagai
bentuk ketakwaan maka curigailah puasanya tersebut! Bukan mustahil yang
didapatkannya adalah haus dan lapar saja!
Secara lahiriyyah ia berpuasa, namun hakekatnya ia tidak berpuasa,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
رب صائم حظه من
صيامه الجوع والعطش
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani berkata:
“Hasan Shahih.”
Wallahu a’lam bish shawab.
الحمد لله رب العالمين ، اللهم صل و سلم على رسول الله،
{رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
{رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ولإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ و لا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ}
{رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن
لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ}
{رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ
تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
{ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ}
{رَبَّنَا
هَب لنا مِن أزواجنا وذُرياتنا قُرَّةَ أعيُنٍ واجعلنا للمُتقينَ إمَامًا}
اللَّهُمَ حَبَّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي
قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
اللهم إنا نسألك
الجنة، وما قرب إليها من قول أو عمل، ونعوذ بك من النار وما قرب إليها من قول أو
عمل.
اللهم
أعز الإسلام والمسلمين، وأذلَّ الشِّرك والمشركين، ودمِّر أعداء الدين، اللهم آمنا
في أوطاننا، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا
{رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد و آخر دعوانا أن
الحمد لله ربّ العالمين
Post a Comment