Modal Dasar Berdoa pada Allah (1)

Pentingnya Berdoa kepada Allah Ta’ala Semata

Doa adalah ibadah yang sangat agung. Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya dan mengancam orang-orang yang sombong yang tak mau berdoa kepada-Nya dalam firman-Nya,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.’ Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).

Dalam sebuah hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدعاء هو العبادة

“Do’a adalah sesuatu yang sangat mendasar dalam ibadah.”

Hadits yang shahih ini menunjukkan bahwa do’a itu adalah ibadah.

Kapan Pengaruh Doa Tidak Terasa?

Sesungguhnya doa merupakan salah satu sebab terkuat untuk mendapatkan perkara-perkara yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan menghindari perkara yang dimurkai oleh-Nya. Namun, terkadang pengaruh doa tidak dapat dirasakan, atau lemah faidahnya, bahkan bisa jadi tidak ada sama sekali. Doa yang tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan bisa disebabkan beberapa perkara berikut ini, di antaranya:

– Kekurangan yang ada pada isi doa itu sendiri, seperti isi doa yang tidak dicintai oleh Allah Ta’ala karena mengandung kezaliman.

– Kelemahan hati dan tidak menghadapnya hati kepada Allah ketika berdoa.

– Didapatkannya penghalang dikabulkannya doa berupa memakan makanan yang haram, karat dosa dalam hati, dan kelalaian yang mendominasi hati.

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dalam Musnadnya dari hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

القلوبُ أوعية وبعضُها أوعى من بعض، فإذا سألتُم الله عز وجلَّ- يا أيها الناسُ-فاسألوه وأنتم موقنون بالإجابة؛ فإنَّ الله لا يستجيبُ لعبدٍ دعاه عن ظهر قلبٍ غافلٍ

“Hati manusia itu ibarat bejana, sebagian hati manusia lebih  banyak, lebih kuat dan lebih cepat (dalam menerima sesuatu) dari sebagian hati yang lainnya. Maka -wahai manusia, jika kalian memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka mohonlah kepada Allah dan kalian meyakini akan dikabulkan doa tersebut, karena sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa seorang hamba dengan hati yang lalai.

Makna hadits ini shahih, karena seorang muslim saat berdoa haruslah hadir hatinya, tidak lalai, dan yakin bahwa doanya akan dikabulkan. Oleh karena itu, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawabul Al-Kafi nya memasukkan kelalaian hati dan ketidakhadirannya sebagai salah satu penghalang dikabulkannya doa dengan berdalil hadits yang disebutkan di atas.

Tidak ada komentar