Modal Dasar Berdoa pada Allah (2)


Agar Doa Dikabulkan Allah

Doa bukan hanya sekedar ucapan. Doa yang mustajab memiliki beberapa syarat dan adab yang agung. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang beberapa hal yang perlu dipenuhi apabila seorang hamba ingin dikabulkan doanya, beliau rahimahullah berkata,

وَإِذَا جمع مَعَ الدُّعَاءِ حُضُورَ الْقَلْبِ وَجَمْعِيَّتَهُ بِكُلِّيَّتِهِ عَلَى الْمَطْلُوبِ ، وَصَادَفَ وَقْتًا مِنْ أَوْقَاتِ الْإِجَابَةِ السِّتَّةِ ، وَهِيَ

“Apabila sebuah doa digabungkan dengan kehadiran dan kosentrasi hati secara totalitas terhadap perkara yang diharapkan, serta bertepatan dengan salah satu waktu dikabulkannya doa yang enam waktu, yaitu:

الثُّلُثُ الْأَخِيرُ مِنَ اللَّيْلِ ، وَعِنْدَ الْأَذَانِ ، وَبَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ، وَأَدْبَارُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ ، وَعِنْدَ صُعُودِ الْإِمَامِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى الْمِنْبَرِ حَتَّى تُقْضَى الصَّلَاةُ مِنْ ذَلِكَ الْيَوْمِ ، وَآخِرُ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

(1) Sepertiga malam terakhir,

(2) ketika adzan,

(3) antara adzan dan iqamah,

(4) di akhir setiap sholat wajib (sebelum salam),

(5) ketika imam naik mimbar pada hari Jumat hingga selesainya sholat (Jumat) hari itu.

(6) Akhir dari waktu (hari Jumat) setelah Ashar.

وَصَادَفَ خُشُوعًا فِي الْقَلْبِ، وَانْكِسَارًا بَيْنَ يَدَيِ الرَّبِّ، وَذُلًّا لَهُ، وَتَضَرُّعًا، وَرِقَّةً .

“dan bertepatan dengan kekhusyuan hati, merasa tak berdaya di hadapan Allah, merendahkan diri dan tunduk kepada-Nya, serta kelembutan hati.”

وَاسْتَقْبَلَ الدَّاعِي الْقِبْلَةَ

“Menghadapnya hamba yang berdoa ke arah Kiblat.”

وَكَانَ عَلَى طَهَارَةٍ

“Dan ia dalam keadaan suci.”

وَرَفَعَ يَدَيْهِ إِلَى اللَّهِ

“Iapun mengangkat kedua tangannya (memohon) kepada Allah.”

وَبَدَأَ بِحَمْدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ

“Dan memulai (doanya) dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya.”

ثُمَّ ثَنَّى بِالصَّلَاةِ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِهِ وَرَسُولِهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ia bershalawat dan salam untuk hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

ثُمَّ قَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَتِهِ التَّوْبَةَ وَالِاسْتِغْفَارَ

“Kemudian ia memulai dengan bertaubat dan beristighfar (kepada Allah) sebelum menyebutkan keperluan (lainnya).”

ثُمَّ دَخَلَ عَلَى اللَّهِ، وَأَلَحَّ عَلَيْهِ فِي الْمَسْأَلَةِ، وَتَمَلَّقَهُ وَدَعَاهُ رَغْبَةً وَرَهْبَةً.

“Mulailah ia menghadap kepada Allah, memelas dalam berdoa, dan merendahkan diri di hadapan-Nya, serta berdoa kepada-Nya dengan harap dan cemas.”

وَتَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَتَوْحِيدِهِ

“Ia pun bertawassul dengan nama dan sifat-Nya serta dengan mentauhidkan-Nya.”

وَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ دُعَائِهِ صَدَقَةً، فَإِنَّ هَذَا الدُّعَاءَ لَا يَكَادُ يُرَدُّ أَبَدًا، وَلَا سِيَّمَا إِنْ صَادَفَ الْأَدْعِيَةَ الَّتِي أَخْبَرَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهَا مَظَنَّةُ الْإِجَابَةِ، أَوْ أَنَّهَا مُتَضَمِّنَةٌ لِلِاسْمِ الْأَعْظَمِ.

“Ia pun mendahului doanya dengan bershadaqah, maka doa yang seperti ini tidak akan tertolak selamanya, terlebih lagi jika bertepatan dengan lafal-lafal doa yang Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memberitakan bahwa lafal-lafal tersebut berpotensi untuk dikabulkan atau lafal-lafal tersebut mengandung nama-Nya yang paling agung.”

Tidak ada komentar