Hukum Membatalkan Niat Mengganti Hutang Puasa

Hukum Membatalkan Niat Mengganti Hutang Puasa


Alhamdulillah, kaum muslimin sudah menyelesaikan dua peribadatan besar yang merupakan syi’ar kaum muslimin, yaitu:
  1. Ibadah puasa di bulan Ramadhan, semoga Allah menerima ibadah puasa kaum muslimin dan muslimat semuanya, aamiin.
  2. Shalat Idul Fithri, seiring dengan masuknya bulan Syawal.
Bulan Syawal adalah bulan di mana kaum muslimin bergembira merayakan hari raya Idul Fithri. Bulan ini juga merupakan bulan awal untuk mengganti hutang puasa bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan. Dalam beberapa kondisi, ada beberapa orang yang berniat mengganti hutang puasa Ramadhan, namun sebelum terbit fajar, mendadak teringat bahwa hari itu ada aktifitas berat yang tidak bisa ditinggalkan, padahal ia ingin membatalkan niatnya. Apakah boleh membatalkan niat puasa pengganti tersebut? Bagaimana jika niat tersebut dibatalkan setelah fajar. Berikut ini penulis terjemahkan fatwa Islam Web tentang hal tersebut, silahkan disimak.
السؤال
نويت بعد صلاة العشاء صيام قضاء رمضان، ثم تراجعت قبل أذان الفجر بساعتين، وقررت أن أصومه في يوم آخر، فما الحكم في ذلك؟
Pertanyaan:
Setelah shalat Isya`, saya berniat mengganti hutang puasa Ramadhan, kemudian saya membatalkan niat tersebut, dua jam sebelum adzan Subuh dan saya memutuskan untuk membayar hutang puasa tersebut di hari yang lain. Bagaimanakah hukumnya?
الإجابــة
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله، وصحبه، أما بعد: فلا حرج عليك في التراجع عن نية قضاء الصوم قبل الفجر؛ لأنك لم تدخل في وقت الصوم بعد، والذي لا يجوز هو التراجع بعد طلوع الفجر، وانظر الفتوى رقم: 38442.
Jawaban:
Alhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi, amma ba’du, tidak mengapa bagi Anda membatalkan niat mengganti hutang puasa tersebut sebelum terbit fajar karena (dua sebab, pent.):
Pertama, anda belum memasuki waktu berpuasa. Adapun membatalkan niat mengganti hutang puasa Ramadhan yang tidak diperbolehkan adalah sesudah terbit fajar. Lihatlah fatwa no. 38442.
ولأنه إذا كان في الوقت متسع لقضاء ما عليك من رمضان، فإنه لا حرج في تأخيره؛ لحديث عائشة ـ رضي الله عنها ـ إن كان يكون عليّ الصوم من رمضان، فما أقضيه إلا في شعبان. متفق عليه.
Kedua, jika waktu untuk membayar hutang puasa Ramadhan Anda lapang, maka tidak mengapa diakhirkan pembayaran hutang tersebut. Hal ini berdasarkan hadits A’isyah radhiyallahu ‘anha, “Jika saya memiliki hutang puasa Ramadhan, maka tidaklah saya bayar hutang puasa tersebut kecuali di bulan Sya’ban”. (Muttafaqun ‘alaih).
ولكن المبادرة بالقضاء أولى على كل حال؛ إبراء للذمة، ومسارعة إلى الطاعة، وتجب عليك المبادرة إذا ضاق الوقت. والله أعلم
Namun bagimanapun juga, bersegera membayar hutang puasa (Ramadhan) tentu lebih baik, karena:
  1. Dalam rangka melepaskan tanggungan kewajiban.
  2. (Hal itu merupakan bentuk) bersegera dalam melakukan ketaatan.
Namun, jika telah sempit waktu membayar hutang puasa tersebut, maka Anda wajib bersegera membayarnya. Wallahu a’lam.
(Diambil dari web resmi Islam Web di : http://bit.ly/1ey93TP)
***
Penyusun : Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id

2 komentar:

  1. Bismillah. Afwan izin bertanya. Apakah hukum menunaikan nazar muqayyad yg ternyata keinginan duniawinya tidak terkabulkan? (Misalkan bernazar puasa jika lulus, namun ternyata tidak lulus) Apakah wajib ditunaikan? Jazakumullaahu khairan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bismillah, tidak wajib menunaikan nadzar jika syarat dalam nadzar belum terkabulkan, namun seandainya tetap dipenuhi nadzarnya meski belum terkabulkan syarat dalam nadzar tersebut, maka hukumnya boleh,hal ini sama seperti menunaikan tebusan melanggar sumpah, sebelum melanggarnya, ulama menjelaskan sebuah kaedah :
      أن تقديم الشيء على شرطه جائز
      "Mendahulukan sesuatu atas syaratnya boleh hukumnya" .

      Wallahu a'lam

      Hapus