Allāh Ta’ālā berfirman,
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ ۖ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allāh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Mā`idah: 34).
Ayat ini menjelaskan tentang perampok dan hukum baginya ketika mereka bertaubat sebelum tertangkap. Di dalam ayat ini terdapat penyebutan dua nama Allāh, yaitu Al-Gafūr (Yang Maha Pengampun) dan Ar-Raḥīm (Yang Maha Penyayang). Al-Gafūr menunjukkan bahwa Allāh mengampuni dosa mereka yang bertaubat, tentulah ini mendorong para pelaku perampokan untuk bertaubat kepada Allāh. Sedangkan Ar-Raḥīm menunjukkan bahwa Allāh menyayangi mereka dengan menggugurkan hukuman ḥadd bagi para perampok, dan inipun mendorong para pelaku perampokan semakin mencintai Allāh dan bersemangat untuk ta’at kepada-Nya.
Demikian besar pengaruh nama dan sifat Allāh terhadap ketakwaan seorang hamba, bagaimana tidak, bukankah mengenal Ar-Rabb dengan cara mengetahui nama, sifat, dan perbuatan-Nya merupakan salah satu tujuan penciptaan makhluk? Sebagaimana disebutkan dalam firman Allāh Ta’ālā,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allāh-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allāh berlaku padanya, agar kalian mengetahui bahwasanya Allāh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allāh ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu” (QS.Aṭ-Ṭalāq: 12).
Terkadang di dalam Al-Qur`ān, Allāh Ta’ālā menyeru orang-orang yang beriman untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan cara menjelaskan bahwa Allāh-lah satu-satunya Tuhan yang menjadi tujuan seluruh hamba-Nya dalam kembali (inābah), memohon perlindungan, pertolongan, dan petunjuk dalam setiap keadaan. Allāh juga menjelaskan bahwa hal itu adalah pokok dari kebahagiaan dan kebaikan hamba-Nya serta menjelaskan bahwa jika seorang tidak dilindungi oleh Allāh, maka akan diombang-ambingkan oleh musuhnya dan setan, hingga orang tersebut terluput dari berbagai macam manfa’at dan terjatuh kedalam lubah bahaya dan kerugian.
Apabila di dalam hati orang yang beriman memiliki keyakinan bahwa Allāh-lah satu-satunya Tuhan yang menjadi tujuan seluruh hamba-Nya dalam kembali (inābah), memohon perlindungan, pertolongan, dan petunjuk dalam setiap keadaan, maka ia akan menngesakan Allāh dalam peribadatan, semangat mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Metode Qur`ānī ini disebutkan dalam Al-Qur`ān dengan berbagai ungkapan dan bentuk penjelasan. Allāh Ta’ālā berfirman,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ
يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Allāh adalah Penolong orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, penolong-penolong mereka ialah sesembahan mereka (selain Allāh), yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 257).
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allāh-lah Penolong orang-orang yang beriman, Dia-lah yang menolong mereka dan memberi hidayah taufik kepada mereka, oleh karena itulah mereka mendekatkan diri mereka kepada-Nya, memohon kepada-Nya, serta melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Post a Comment