Sesungguhnya setiap muslim adalah sosok insan yang semangat meraih kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan dirinya di dunia dan akhirat. Tidak mungkin hal di atas bisa terwujud dengan sempurna kecuali jika seorang muslim bercita-cita menjadi miftahul khair, kunci pembuka kebaikan bagi diri, keluarga, masyarakat, dan negaranya. Adapun orang yang keberadaannya tidak bermanfaat bagi dirinya, bahkan membahayakannya, merusak keluarga, dan menjadi beban buruk bagi masyarakat dan negaranya, tentulah hal ini jauh dari profil kehidupan seorang muslim yang bertakwa.
Sudah sewajarnya seorang muslim dengan keimanan kepada Rabbnya, bercita-cita menjadi miftahul khair, bukan miftahusy syarr, menjadi kunci pembuka pintu kebaikan, bukan menjadi kunci pembuka pintu keburukan, mengapa demikian? Singkat saja jawabannya “Ia ingin masuk Surga berjumpa dengan Rabbnya, tidak ingin masuk Neraka mendapatkan murka dan siksa Rabbnya”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
“Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi kunci-kunci pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan, namun, di antara mereka ada juga yang menjadi kunci-kunci pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan. Maka kehidupan baiklah bagi orang-orang yang Allah jadikan kunci kebaikan ada pada kedua tangannya. Dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan kunci keburukan ada pada kedua tangannya” (HR Ibnu Majah: 237, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah:194) [1].
Ketahuilah, tokoh utama yang berada di barisan terdepan pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah para da’i yang mengajak kepada sunnah (Al-Qur`an dan Al-Hadits dengan manhaj salaf), mereka Aimmatul Huda (tokoh pemberi petunjuk), pembela agama Islam, pembawa ilmu yang bermanfaat, mengajarkannya kepada manusia dan memberi contoh mereka bagaimana mengamalkannya. Mereka mengajak manusia menuju kepada Allah, menyembah-Nya saja, tidak menyekutukan-Nya hingga berjumpa dengan-Nya dan melihat wajah-Nya di Surga. Mereka mengajak manusia keluar dari kegelapan kepada cahaya, keluar dari kegelapan syirik menuju kepada cahaya tauhid, keluar dari kegelapan bid’ah menuju kepada cahaya sunnah, keluar dari kegelapan maksiat menuju kepada cahaya ketaatan, keluar dari kegelapan kebodohan menuju kepada cahaya ilmu, keluar dari kegelapan akhlak yang buruk menuju kepada cahaya akhlak yang baik, Mereka mencontoh panutannya, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman tentang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS. Ibrahim: 1).
Merekalah termasuk yang paling layak disebut sebagai miftahul khair, bahkan mereka tokoh-tokohnya yang berada di barisan terdepan. Mereka pilar negri ini, ujung tombak pencerdas bangsa, pahlawan tanpa tanda jasa. Tahukah Anda, sesungguhnya mereka itu PNS (Pahlawan Negri Sejati) walaupun tidak berstatus PNS (Pegawai Negri Sipil)?
Syaikh Ibnu Sa’di rahimahullah menjelaskan sifat-sifat pembuka pintu-pintu kebaikan, “Di antara sifat-sifat pembuka pintu-pintu kebaikan terpenting adalah mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan menyebarkannya karena hal itu adalah kunci semua kebaikan. Di antaranya pula amar ma’ruf nahi mungkar dengan lemah lembut, halus, sabar mengendalikan diri dan bijak. Demikian pula seseorang memberi contoh yang baik dan merintis amal baik lalu diikuti manusia -setiap orang yang memberi contoh amal yang baik lalu manusia mengikutinya- maka ia mendapatkan pahalanya ditambah dengan pahala orang yang mengamalkannya, sedangkan pahala mereka tidak dikurangi sedikitpun, sebagaimana orang yang memberi contoh keburukan, maka iapun mendapatkan dosanya ditambah dengan dosa orang yang melakukannya sampai hari Kiamat.
Di antaranya pula memberi nasihat yang bermanfaat dalam urusan agama maupun dunia karena sesungguhnya para penasihat adalah pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Selayaknyalah seorang hamba ketika bergaul, berinteraksi, dan bermu’amalah dengan masyarakat, menggunakan kesempatan untuk mengarahkan mereka agar menyibukkan diri dengan kebaikan, agar setiap perkumpulannya tidak kosong dari faedah atau tidak kosong dari meringankan keburukan dan menolaknya sesuai dengan kemampuan. Berapa banyak kebaikan-kebaikan dan pahala didapatkan oleh orang yang diberi taufik Allah dan berapa banyak berhasil tertolak keburukan-keburukan lewat perantaraannya.
Kunci untuk bisa memiliki sifat-sifat baik di atas adalah semangatnya seorang hamba dalam kebaikan dan dalam berbagi manfaat kepada manusia. Maka selama semangat dalam kebaikan terbayang-bayang di kedua matanya, diiringi dengan tekad kuat berbuat baik semaksimal mungkin, iapun memohon pertolongan kepada Allah dalam hal itu, dan melakukan sesuatu dengan cara yang benar serta sesuai kondisi, maka ia senantiasa melakukan kebaikan dan meraih pahala”.
Beliau rahimahullah juga menjelaskan tentang sifat-sifat orang-orang yang berstatus mejadi kunci pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan, “Kebalikan (sifat-sifat yang baik di atas) adalah tidak adanya keinginan seseorang dalam kebaikan, sehingga terluput kebaikan yang banyak (darinya). Jika sifat tersebut masih ditambah dengan enggan menasihati manusia, tidak memiliki keinginan bisa manfaat bagi manusia dalam berbagai hal, bahkan barangkali berniat buruk, yaitu membahayakan dan menipu mereka untuk tujuan pribadi atau aqidah yang rusak, maka berarti ia telah melakukan sebab yang terbesar untuk mendapatkan bahaya dan menghindarkan diri dari mendapatkan kebaikan-kebaikan. Orang yang seperti inilah yang cocok disebut sebagai kunci pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa dan keburukan amal kita”.(Ar-Riyadhun Nadhirah : 512-513, dinukil dari:http://aloloom.net/vb/showthread.php?t=14592).
Jelas bukan? Bahwa Para da’i sunnah adalah tokoh-tokoh pembuka pintu kebaikan dan jauh dari sifat-sifat pembuka pintu keburukan. Oleh karena itu mereka hakikatnya adalah aset negara yang perlu dijaga, negara diuntungkan dengan kiprah mereka, negara jadi maju, makmur, dan jaya karena masyarakat bertakwa lewat perjuangan dakwah mereka, biidznillah. Allah Ta’ala mengingatkan kita,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raaf: 96).
Selamat berjuang wahai pahlawan tanpa tanda jasa. Kami mendukung dan menjagamu.
—
Catatan Kaki
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Post a Comment