Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih (3)

Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih (3)


Contoh Ayat yang Mutasyabihat

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ayat-ayat Alquran yang mutasyabihat itu adalah ayat-ayat yang maknanya samar bagi sebagian manusia, namun bagi ulama yang kokoh ilmunya, maka maknanya jelas.

Di antara contoh ayat-ayat yang mutasyabihat bagi sebagian orang adalah dua firman Allah Ta’ala berikut ini yang dianggap bahwa keduanya saling bertentangan. Tentunya ini adalah anggapan yang salah. Kedua ayat yang agung tersebut adalah sebagai berikut.

وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ

Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: ‘Ini adalah dari sisi Allah’ dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: ‘Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).’ Katakanlah: ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah’” (QS. An-Nisaa`: 78).

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana (keburukan) yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi” (QS. An-Nisaa`: 79).

Penjelasan:

Sebagian orang memahami bahwa kedua ayat ini terkesan saling bertentangan, hal ini dikarenakan sebagai berikut:

– Pada ayat pertama menunjukkan bahwa kebaikan maupun keburukan (bencana) semuanya dari sisi Allah Ta’ala.

– Adapun pada ayat yang kedua menunjukkan bahwa kebaikan itu  dari Allah, sedangkan keburukan yang menimpamu, maka dari dari dirimu sendiri.

Padahal kedua ayat yang agung ini tidaklah saling bertentangan,  berikut ini penjelasannya:

Kebaikan (hasanah) dan keburukan (sayyi`ah), semuanya dari sisi Allah Ta’alahal ini jika ditinjau dari sisi takdir. Adalah Allah yang menakdirkan keduanya terjadi. Namun, dikarenakan kebaikan itu terjadinya dengan sebab karunia Allah Ta’ala pada hamba-Nya, maka Allah Ta’ala menyandarkan kebaikan itu kepada diri-Nya,

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah”.

Sedangkan keburukan yang terkait dengan dosa atau musibah itu  akibat dari perbuatan hamba, maka Allah Ta’ala menyandarkan keburukan kepada makhluk:

 وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Dan apa saja bencana (keburukan) yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.”

Ayat ini selaras dengan firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syuuraa: 30)

Contoh ayat lainnya yang mutasyabihaat bagi sebagian orang, yaitu

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, ia tinggal lama di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (QS. An-Nisaa`: 93).

Sebagian orang memahami bahwa siksa bagi pembunuh seorang mukmin dengan sengaja adalah kekal di neraka, dan mereka berlakukan ayat ini pada seluruh pelaku dosa besar. Mereka berpaling dari ayat yang menunjukkan bahwa semua dosa yang di bawah tingkat kesyirikan besar itu bisa diampuni, jika Allah menghendakinya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (besar), dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah dosa (syirik besar) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisa` : 48).

[Bersambung]

Anda sedang membaca: ” Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih”, baca lebih lanjut dari artikel berseri ini:

  1. Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih (1)
  2. Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih (2)
  3. Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih (3)
  4. Alquran Al-Karim, Muhkam dan Mutasyabih (4)
***

Penulis:

Sumber muslim.or.id

Tidak ada komentar