Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du:
Al-Qur`an Al-Karim diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara bertahap dalam dua puluh tiga tahun, dan mayoritasnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan masa tersebut di Mekkah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Dan Al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” (Q.S. Al-Israa`:106).
Oleh karena itu ulama rahimahumullah ta’ala membagi Al-Qur`an menjadi dua macam, yaitu ayat-ayat makkiyyah dan ayat-ayat madaniyyah.
Ayat Makkiyyah
Syaikh Muhammad Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah menjelaskan Ayat Makkiyyah adalah
ما نزل على النبي صلى الله عليه و سلم قبل هجرته إلى المدينة
Ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke Madinah.
Ayat Madaniyyah
Ayat Madaniyyah, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, yaitu
ما نزل على النبي صلى الله عليه و سلم بعد هجرته إلى المدينة
“Ayat yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau hijrah ke Madinah.”
Dengan demikian, maka firman Allah Ta’ala,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagi kalian” (Q.S. Al-Maaidah: 3).
termasuk jenis madaniyyah, karena ayat tersebut diturunkan di masa haji wada’ di Arafah.
Sebagaimana hal ini disampaikan oleh ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dalam Shahihul Bukhari tentang ayat di atas,
قد عرفنا ذلك اليوم والمكان الذي نزلت فيه على النبي صلى الله عليه وسلم وهو قائم بعرفة يوم جمعة
“Kami telah mengetahui hari dan tempat yang padanya diturunkan ayat tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan (pada saat itu) beliau berada di Arafah di hari Jum’at.”
Perbedaan Ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
Perbedaan keduanya akan nampak jelas jika dilihat dari dua sisi tinjauan, yaitu:
(A) Ditinjau dari sisi metode penyampaian dan gaya bahasa
- Ayat-ayat Makkiyyah: tegas metode penyampaiannya, dan kuat seruannya
Metode penyampaian pada mayoritas ayat-ayat makkiyyah itu tegas, dan seruannya juga kuat, karena kebanyakan orang-orang yang diseru dengan ayat-ayat makkiyyah ini adalah tipe orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan sombong, maka tentunya tidak layak bagi mereka melainkan dengan metode penyampaian dan seruannya yang kuat.
Misalnya saja, ayat-ayat makkiyyah yang terdapat dalam surat Al-Muddatsir dan surat Al-Qamar.
Contoh ayat-ayat Makkiyyah ditinjau dari sisi ketegasan metode penyampaiannya, dan kekuatan seruannya
Perhatikanlah surat Al-Qamar yang Makkiyyah berikut ini.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
(1) “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.”
وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ
(2) “Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus.”
وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
(3) “Dan mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.”
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الْأَنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ
(4) “Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat pencegahan (dari kekafiran).”
حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ ۖ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ
(5) “Itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka).”
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ ۘ يَوْمَ يَدْعُ الدَّاعِ إِلَىٰ شَيْءٍ نُكُرٍ
(6) “Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari Pembalasan),”
خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ
(7) “Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.”
مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ ۖ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَٰذَا يَوْمٌ عَسِرٌ
(8) “Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, ‘Ini adalah hari yang berat.’”
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا عَبْدَنَا وَقَالُوا مَجْنُونٌ وَازْدُجِرَ
(9) “Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, ‘Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).’”
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
(10) “Maka dia mengadu kepada Tuhannya, ‘bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).’”
Ayat-ayat Madaniyyah: lembut metode penyampaiannya dan mudah seruannya!
Sedangkan ayat-ayat madaniyyah, maka kebanyakan metode penyampaian di dalam ayat-ayat tersebut adalah lembut dan seruannya mudah, karena kebanyakan orang-orang yang diseru dengan ayat-ayat madaniyyah adalah tipe orang-orang yang tunduk dan menerima kebenaran. Silakan baca surat Al-Maidah.
Contoh ayat-ayat Madaniyyah ditinjau dari sisi kelembutan metode penyampaiannya dan kemudahan seruannya!
Perhatikanlah surat Al-Maidah berikut ini,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ
(1) “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagi kalian binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepada kalian. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kalian sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
(2) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadya, dan binatang-binatang qalaaid, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhan mereka dan apabila kalian telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah kalian berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (kalian) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kalian dari Masjidil Haram mendorong kalian berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
[Bersambung]
***
Post a Comment