Nasehat salah satu Khalifah Rasyidun, ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tentang Hal-Hal yang Dibutuhkan Seorang Muslim dalam Menghadapi Fitnah
Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam kitabnya Al-Adab Al-Mufrad dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
لا تكونوا عُجُلاً مَذَايِيعَ بُذُرًا: فإن من ورائكم بلاءً مبرِّحاً أو مُكْلِحاً، وأمور مُتَماحِلَةً رُدُحاً
“Janganlah kalian suka terburu-buru, mudah menyebarkan dan memperbesar fitnah serta suka membuka rahasia lagi tidak pandai menjaga lisan, karena di belakang kalian terdapat musibah yang sangat buruk atau tidak disukai, dan perkara-perkara yang membinasakan lagi fitnah-fitnah yang besar” (Al-Adab Al-Mufrad (327), berkata Al-Albani (Hadis ini) sahih).
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu melarang tiga perkara, yaitu:
- Melarang kita menjadi orang yang ‘ujul, yaitu bersikap suka terburu-buru dalam memutuskan perkara, berucap maupun bertindak. Hendaklah kita menjadi orang yang tenang, berhati-hati dan teliti memandang suatu permasalahan dan dampak-dampak yang ditimbulkannya, serta baik dan buruknya. Dengan demikian, diharapkan seseorang melangkah dengan pertimbangan yang benar-benar matang.
- Melarang kita menjadi orang yang madzayi’, yaitu tipe penyebar fitnah atau orang yang memperbesar api fitnah, baik dengan ucapan maupun tindakannya. Dengan tersebarnya fitnah, maka daerah yang terkena fitnah menjadi lebih luas dan dengan diperbesar api fitnah akan terjadi keburukan dan bahaya yang lebih besar, meskipun daerah yang tidak terkena fitnah tidaklah bertambah luas.
- Melarang kita menjadi orang yang budzur, yaitu suka membuka rahasia lagi tidak pandai menjaga lisan. Merupakan perkara yang dimaklumi bersama, bahwa di saat api fitnah bergejolak, satu kalimat saja yang terucapkan -padahal semestinya satu kalimat tersebut disimpan demi mencegah bahaya dan dampak buruk yang besar- terbukti bisa menyebabkan darah kaum muslimin mengalir dan merusak harta dan kehormatan mereka. Bahkan bisa saja timbul bahaya yang lebih besar dari itu semua, yaitu bahaya dan musibah yang menimpa agama seorang muslim.
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan pada serial sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa pembahasan mengenai “Dampak-dampak negatif fitnah” ini merupakan pembahasan yang sangat penting, karena merupakan penjagaan seseorang dari segala keburukan, baik keburukan di dunia, terlebih lagi keburukan di akhirat.
Seseorang yang memahami dampak-dampak negatif fitnah, bahayanya dan pengaruh buruknya, diharapkan akan waspada, berhati-hati dan menjaga diri dari segala keburukan. Ia bukan hanya selamat dari keburukan ketika fitnah itu datang, bahkan jauh-jauh hari sebelum fitnah itu menyerang, iapun akan diberi taufik oleh Allah untuk menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang dicintai oleh-Nya, sehingga bisa jadi hal itu menjadi sebab yang besar bagi dirinya untuk menjadi sosok pembuka pintu kebaikan bagi orang lain saat fitnah datang menyerang.
Sesungguhnya dampak-dampak negatif fitnah, bahayanya dan pengaruh buruknya itu banyak jumlahnya, namun Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah akan menulis sebagiannya saja dengan harapan Allah menjadikan hal itu bisa bermanfaat luas bagi kaum muslimin.
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
Post a Comment