Dampak Fitnah (3)

Dampak Fitnah (3)

Kisah Imam Ahmad rahimahullah ketika Menghadapi Fitnah

Perhatikanlah begitu menakjubkan sikap Imam Ahmad rahimahullah, sosok yang mendapatkan anugerah Allah berupa ketajaman pandangan jauh ke depan, beliau mampu melihat akibat buruk yang akan ditimbulkan dari sebuah fitnah. Pahami dan hayati kisah sang Imam tersebut, dan bayangkan bagaimanakah seandainya fitnah yang dihadapi oleh Imam Ahmad tersebut terjadi di tengah-tengah masyarakat kita?

Berikut kisah singkatnya, suatu saat sejumlah ulama Baghdad mendatangi Imam Ahmad rahimahullah di rumahnya. Ketika itu kaum muslimin sedang menghadapi fitnah munculnya pendapat dari penguasa yang menyatakan bahwa Alquran itu makhluk dan masalah lainnya. Mereka mengatakan kepada Imam Ahmad, “Wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), masalah ini sudah semakin membesar dan tersebar (luas), maka Imam Ahmad pun balik bertanya tentang maksud mereka,“Apa yang kalian inginkan?”
Kami ingin bermusyarah (dengan Anda) untuk menyatakan sikap politik bahwa kita tidak ridha dengan kepemimpinannya dan pemerintahannya” jawab mereka.

Lalu Imam Ahmad rahimahullah mendebat mereka sesaat lamanya dan beliaupun berkata,

عليكم بالنكرة بقلوبكم ولا تخلعوا يدا من طاعة ولا تشقوا عصا المسلمين ولا تسفكوا دماءكم ودماء المسلمين معكم، انظروا في عاقبة أمركم واصبروا حتى يستريح بر أو يستراح من فاجر

“Saudara-saudara wajib mengingkarinya dengan hati, namun janganlah kalian mencabut ketaatan kalian (kepada penguasa) dan janganlan kalian memecah belah barisan kaum muslimin. Janganlah pula kalian alirkan darah kalian dan darah kaum muslimin bersama kalian.  Perhatikanlah akibat (buruk) dari sikap kalian dan bersabarlah hingga orang yang baik dapat hidup tentram atau masyarakat merasa aman dari keburukan orang-orang yang jahat” (Diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Khallali dalam kitab As-Sunnah, no. 90).

Ajakan Imam Ahmad rahimahullah ini sesungguhnya didasarkan kepada pandangan beliau yang jauh terhadap akibat buruk yang dikhawatirkan menimpa pelakunya. Namun, sangat disayangkan bahwa mereka tidak menghiraukan nasehat sang Imam! Bahkan, mereka malah mengajak putra dari saudara laki-laki Imam Ahmad untuk ikut serta mengambil langkah politis tersebut. Bapaknyapun tidak tinggal diam, saudara Imam Ahmad itu melarang putranya untuk ikut serta dengan mengatakan, “Hati-hatilah, (jangan sampai) engkau menyertai mereka, karena sesungguhnya Imam Ahmad tidaklah melarang mereka kecuali agar mereka tidak terjatuh kedalam keburukan!” lalu iapun menyampaikan udzurnya.

Singkat cerita, mereka tetap mengambil langkah politis keluar dari ketaatan kepada penguasa tatkala itu, akibatnya apa yang dikhawatirkan oleh sang Imam pun terjadi, diantara mereka ada yang terbunuh, dan ada pula yang dipenjara, semua itu terjadi tanpa menghasilkan perbaikan apa-apa. Kisah ini membuktikan bahwa sikap berhati-hati, mempertimbangkan masak-masak akibat buruk sebuah masalah, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, termasuk sesuatu yang paling bermanfaat bagi seorang hamba, baik untuk dunianya maupun nasib di akhiratnya.

Nasehat Pakar Tafsir di Kalangan Sahabat, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tentang Sikap yang Benar dalam Menghadapi Fitnah

Seorang sahabat yang mulia, Ahli Tafsir Alquran, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mengucapkan ucapan emas,  sebagai nasehat bagi kita semua di dalam menghadapi fitnah.

Beliau berkata,

إنها ستكون أمور متشابهات: فعليكم بالتُّؤَدَة، فإنك أن تكون تابعا في الخير خيرً من أن تكون رأساً في الشر

“Sungguh kelak akan muncul perkara -perkara yang samar (fitnah), maka kalian harus bersikap tenang (tidak terburu-buru), karena sesungguhnya engkau menjadi seorang pengikut dalam kebaikan itu lebih baik daripada engkau menjadi pemimpin dalam keburukan” (Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannaf : 38343 dan Al-Baihaqi dalam kitab Asyu’ab: 9886).

[Bersambung]

[serialposts]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar