Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ
(20) dan Manaah yang ketiga (terakhir) lagi hina (sebagai anak perempuan Allah)?
Terdapat dua tafsiran untuk memaknai الْأُخْرَىٰ dalam QS. An-Najm: 20, yaitu:
1. Al-Ukhra dengan makna “hina atau rendah”, sehingga terjemah ayatnya yaitu:
وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ
(20) dan Manah yang ketiga (terakhir) lagi hina (sebagai anak perempuan Allah)?
Makna Al-Ukhra dengan makna rendah ini juga terdapat dalam firman Allah Ta’ala,
وَقَالَتْ أُولَاهُمْ لِأُخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ
(39) Dan berkata tokoh-tokoh mereka kepada orang-orang lemah (pengikut) di antara mereka, ‘Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami (dengan diringankan azabnya), maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan” (QS. Al-A’raaf: 39).
Kata Ukhra di sini dimaknai sebagai orang-orang lemah, strata sosial yang rendah dan statusnya sebagai pengikut.
2. Al-Ukhra dengan makna “selain(nya)”, maka terjemah ayatnya sebagai berikut.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ
(20) dan Manaah yang ketiga, selain (kedua)nya (sebagai anak perempuan Allah)?
Makna Ukkhra seperti ini adalah salah satu bentuk gaya bahasa Arab untuk menyertakan sesuatu yang memiliki kesamaan dengan beberapa perkara yang telah disertakan sebelumnya. Apabila bangsa Arab mengabarkan sesuatu yang berbilang, tapi salah satu dari perkara yang berbilang tersebut disangka oleh sebagian orang tidak termasuk kedalam bagiannya, karena dianggap tidak sebanding dengan dengan perkara selainnya atau tidak sepadan dengan kebesaran selainnya, maka dalam bahasa Arab diungkapkan dengan menyebutkan sesuatu yang disangka salah tersebut dan menegaskannya dengan kata aakhor atau ukhroo, sebagai penutup dalam penyebutan beberapa perkara yang berbilang tersebut.
Contohnya,
وفلانٌ هو الآخَر
“Sedangkan si anu itu juga orang lain (selain orang-orang yang telah disebutkan, pent.) yang termasuk (kedalam orang-orang tersebut)”.
Perlu diketahui, di antara suku-suku bangsa Arab, para penyembah manaah itu jumlahnya banyak, maka dalam ayat yang agung ini diingatkanlah para penyembah manaah, bahwa jumlah mereka yang banyak tidak menyebabkan diistimewakan dan dibedakannya manaah dari kedua sesembahan selainnya, karena semuanya sama, semua sesembahan itu sama-sama sesembahan selain Allah yang batil. Berarti konteks ayat kesembilan belas dan kedua puluh ini adalah menyatakan kehinaan, keburukan dan salahnya keyakinan mereka dan sesembahan mereka tersebut dan menetapkan bahwa ketiga berhala dan patung itu adalah sesembahan-sesembahan yang batil.
Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,
أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَىٰ
(21) Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?
Ayat di atas punya dua tafsiran, yaitu:
1. Tafsiran pertama:
Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyebutkan tafsiran yang pertama, yaitu:
أي : أتجعلون له ولدا، وتجعلون ولده أنثى، وتختارون لأنفسكم الذكور
“Maksudnya, ‘Apakah kalian menganggap Allah memiliki anak, dan kalian menetapkan anak Allah itu perempuan, sedangkan kalian memilih untuk diri kalian anak laki-laki?’”.
[Bersambung]
***
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Post a Comment