Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (5)

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (5)


2. Tafsiran kedua

“Apakah kalian menganggap al-laata, al-uzza, dan manaah itu sesembahan-sesembahan perempuan dan kalian tetapkan sesembahan-sesembahan permpuan tersebut sebagai sekutu-sekutu Allah Ta’ala yang layak untuk disembah, padahal biasanya kalian merendahkan perempuan dan kalian malu jika memiliki anak perempuan”1.

Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,

تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ

(22) Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

Maksudnya adalah itu merupakan pembagian yang zalim dan batil. Bagaimana bisa kalian membagi untuk Rabb kalian dengan model pembagian yang kalau seandainya pembagian seperti itu diterapkan di antara makhluk saja, akan terhitung sebagai bentuk kecurangan, ketidakadilan, kebatilan dan kedunguan. Bahkan sebenarnya kalian pun juga tidak mau mendapatkan pembagian anak perempuan, tapi kalian tetapkan anak perempuan itu untuk Allah Ta’ala.

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

(23) Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Kemudian Allah berfirman mengingkari mereka terkait dengan bid’ah yang mereka ada-adakan dan perbuat, berupa kedustaan, mengada-ada dan kekufuran, dalam bentuk menyembah patung dan berhala serta menyebut patung dan berhala tersebut sebagai “sesembahan-sesembahan”, (maka Allah pun mengingkari mereka)

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya”
maksudnya (penamaan itu hanyalah) dari diri kalian sendiri,

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ

“Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya,”
maksudnya: (tidak menurunkan) hujjah (yang benar sedikit pun),

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ

“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”

Maksudnya: mereka tidak memiliki landasan (yang benar) kecuali sebatas berbaik sangka kepada bapak-bapak (pendahulu) mereka yang meniti jalan kebatilan sebelum mereka. 
Seandainya tidak demikian, tentulah penamaan itu dikarenakan mereka mengikuti nafsu mengejar kepemimpinan (kekuasaan) dan mengagungkan bapak-bapak mereka terdahulu.

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

“dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka,”

Maksudnya: Allah telah mengutus kepada mereka para rasul yang membawa kebenaran yang terang dan hujjah yang tegas, namun kendati demikian, mereka tidaklah mengikuti petunjuk (Allah) yang sampai kepada mereka dan mereka pun tidak mau tunduk melaksanakannya.

Penutup

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa faidah sebagai berikut:
  1. Kesalahan musyrikin yang disebutkan dalam Surat An-Najm: 19-23 ini ada tiga, yaitu:
    1. Mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak mampu menimpakan mudharat (bahaya).
    2. Mereka memberi nama dan sifat kepada tiga sesembahan tersebut dengan nama yang diambil dari nama Allah.
    3. Mereka anggap ketiga sesembahan tersebut sebagai anak-anak perempuan Allah.
  1. Di antara jurus kaum musyrikin dalam melegalkan kesyirikan mereka adalah memberi nama dan sifat kepada sesembahan-sesembahan mereka dengan nama dan sifat yang mengandung kesan indah dan mengandung kekhususan Ilahiyyah.
  1. Inti kesyirikan mereka adalah bahwa mereka meyakini akan memperoleh barakah dari al-laatta, al-uzza, dan manaah (tabarruk) dengan mengagungkan, berharap, dan mempersembahkan ritual ibadah kepada sesembahan-sesembahan tersebut.         
  1. Barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada kuburan yang dikeramatkan, maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada al-laatta, barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada pohon yang dikeramatkan,  maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada al-uzza, barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada batu yang dikeramatkan (patung), maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada manaah.
[Selesai]

  1. Ringkasan Taisiirul Aziziil Hamiid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah, hal. 178 ↩
***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Sumber : Muslim.or.id

Tidak ada komentar