Janganlah
meremehkan amalan sesederhana apapun!
Dalam
As-Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah,
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda
:
لا
تَحْقِرَنَّ شيئًا مِنَ المعروفِ أنْ
تَأْتِيَهُ ؛ ولَوْ أنْ تَهِبَ صِلَةَ
الحَبْلِ ، ولَوْ أنْ تُفْرِغَ من دَلْوِكَ
في إِناءِ المُسْتَسْقِي ، ولَوْ أنْ
تَلْقَى أَخَاكَ المُسْلِمَ ووَجْهُكَ
بَسْطٌ إليهِ ، ولَوْ أنْ تُؤْنِسَ
الوَحْشَانِ بِنَفْسِكَ ، ولَوْ أنْ
تَهِبَ الشَّسْعَ
Janganlah
sekali-kali anda meremehkan satupun kebaikan yang anda lakukan,
meskipun sekedar anda memberi seutas
tali (kepada saudaramu, untuk menimba air atau mengikat barangnya,
misalnya), begitu pula walaupun sekedar anda menuangkan air dari
timbamu ke wadah orang yang mencari air, atau meskipun sekedar anda
menjumpai saudaramu muslim dengan berwajah ceria kepadanya, atau
meskipun
sekedar anda bersikap akrab dan menghibur orang yang menyendiri
(karena sedih atau takut), serta meskipun sekedar anda memberi tali
sandal (kepada saudaramu)!
Penjelasan
:
Sesederhana
apapun suatu ucapan ataupun perbuatan, jika dilakukan dengan ikhlas
dan sesuai tuntunan Rasulullah
shallallahu
'alaihi wa sallam dengan
semata-mata ingin diridhoi dan dicintai Allah, ingin surga-Nya, maka
amalan sederhana itu hakekatnya besar di sisi Allah!
Pengaruh
amal sederhana jika dilakukan dengan ikhlas
Terkadang
sebagian orang lupa bahwa satu kalimat sederhana
-
entah itu kalimat yang menunjukkan kepada kebaikan, atau suatu ucapan
yang melarang dari kemungkaran, bahkan meski hanya sekedar ucapan
penyemangat yang mendorong saudaranya untuk mengerjakan suatu amal
kebaikan - bisa berpengaruh besar di masa akan datang, karena Allah
Ta'ala
menerima ucapan tersebut, dan memberkahinya dengan kebaikan yang
melimpah pada ucapan yang ikhlas dan mutaba'ah diucapkan
tersebut!
Beberapa
pengaruh
ucapan sederhana ini sebagai contohnya!
1.
Sebab Imam Al-Bukhori menulis kitab Shahihnya
Anda
tahu kan
kitab Shahihihul
Bukhari, yang
disebut-sebut ulama sebagai kitab yang paling shahih setelah Alquran
Al-Karim? Yah, ada suatu rahasia indah di balik tertulisnya kitab
besar ini!
Jangan
kaget
ya, jika ternyata sebab ditulisnya kitab besar ini adalah sebuah
ucapan sederhana yang diucapkan oleh guru Imam Al-Bukhari, yaitu
Ishaq bin Rahawaih rahimahumallah,
sang guru berkata kepada muridnya :
“Duhai,
seandainya anda secara ringkas mengumpulkan hadits-hadits yang shahih
dari Sunnah
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam
dalam sebuah buku (kitab)!”
Imam
Al-Bukharipun menyatakan :
“Kalimat itu begitu
menyentuh hatiku! Lalu akupun memulai mengumpulkan
(hadits-hadits yang shahih tersebut) dalam ِkitab
Al-Jami'
Ash-Shahih (Shahihul
Bukhari)”.
[Tadribur Rawi, As-Suyuthi, 1/92]
Sehingga jadilah buku itu
sebuah kitab yang menjadi kitab yang paling shahih setelah
Kitabullah!
2.
Sebab Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi menekuni ilmu Hadits
Bukankah para pembaca tahu
tentang sosok imam ahli Hadits yang terkenal, Al-Hafizh Adz-Dzahabi
rahimahullah,
yang memiliki banyak karya ilmiah yang bisa kita nikmati sampai di
zaman kita ini?
Tahukah
anda penyebab beliau menekuni ilmu Hadits?
Sebabnya
sederhana sekali!
Al-Hafizh
Adz-Dzahabi rahimahullah
menuturkan tentang gurunya, yaitu Al-Barzali rahimahullah
:
هو
الذي حبّب إليّ طلب الحديث، فإنه رأى خطي،
فقال: خطّك
يشبه خط المحدثين!
فأثّر
قوله فيّ
“Beliaulah
yang mendorongku menyukai menekuni ilmu Hadits!
Karena
(suatu saat) beliau melihat tulisan tanganku, lalu berkatalah beliau
(kepadaku) : 'Tulisanmu
mirip tulisan seorang Ahli Hadits!',
ucapan ituupun berpengaruh kepada hatiku!” [Al-Muhadzdzab fi
ikhtishar As-Sunnan Al-Kubra lil Baihaqi, 1/118].
Sehingga
beliaupun mulai menekuni ilmu Hadits hingga menjadi Ahli Hadits yang
ilmunya bermanfaat besar bagi kaum muslimin!
Oleh
karena itu saudaraku, tidak selayaknya kita sebagai seorang muslim
meremehkan kebaikan apapun juga, meski hanya sekedar senyuman, share
sebuah kalimat nasehat, hadiah sederhana, menyingkirkan gangguan,
memperantarai dalam kebaikan, menunaikan hajat saudaranya meski
keperluan sepele, menyelesaikan satu masalah, ataupun sekedar memberi
kabar gembira meski via hp, semoga dengannya Allah menjadi ridho
terhadap kita, menerima amal kita, mensyukuri apa yang kita lakukan,
mengganjarnya dengan ganjaran yang besar, dan memberkahinya dengan
keberkahan yang melimpah sampaipun kita telah meninggal dunia!
Bagaimana
ulama memandang suatu amal?
Para
ulama terbiasa memandang hakekat suatu amal, dan tidak terjebak
dengan prestasi zahir
semata!
Hal
itu nampak dalam ucapan-ucapan serta sikap-sikap mereka.
Berikut
ini beberapa contohnya :
Berkata
Ibnu Rajab rahimahullah
:
رب
قائم حظه من قيامه السهر، كم من قائم محروم
و من نائم مرحوم، هذا نام و قلبه ذاكر و
هذا قام و قلبه فاجر
“Bisa jadi orang yang
shalat malam, namun hanya mendapatkan begadang saja (tidak dapat
pahala).
(Ingatlah)berapa banyak
orang yang shalat malam, namun tidak dirahmati (oleh
Allah), sedangkan urang
yang tidur (tidak
sholat malam), justru dirahmati (oleh
Allah).
Rahasianya adalah orang
yang ke-2 memang zohirnya
(nampaknya) tidur (tidak
sholat malam), namun hatinya ingat Allah
(bertakwa), adapun orang yang pertama memang zohirnya
shalat malam, namun sayangnya hatinya rusak
(menyimpan banyak
maksiat)
”
Beliau
juga berkata :
كم
من مستغفر ممقوت و ساكت مرحوم ، هذا استغفر
و قلبه فاجر و هذا سكت و قلبه ذاكر
“(Ingatlah)berapa
banyak orang yang lisannya istighfar, namun dibenci (oleh
Allah),sedangkan orang yang lisannya diam (tidak istighfar), malah
justru dirahmati.
Rahasianya
adalah orang yang lisannya istighfar, hatinya rusak (menyimpan banyak
maksiat), adapun orang yang lisannya diam (tidak istighfar), namun
hatinya ingat Allah (bertakwa)” [Lathoiful Ma'arif, Ibnu Rajab
rahimahullah].
Semoga Allah
mengampuni dosa kita semua dan menerima amal kita semua, serta
menjaga keimanan kita sampai akhir hayat.
الحمد
لله الذي بنعمته تتم الصالحات
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Post a Comment