DALIL
MACAM-MACAM
IBADAH
Muqoddimah
Definisi
Ibadah :
Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
di
dalam kitabnya Al-'Ubudiyyah,hal.4
:
اسم
جامع لكل ما يحبه الله و يرضاه من الأقوال
و الأعمال الباطنة و الظاهرة
Sebuah
nama yang mencakup seluruh perkara yang dicintai dan diridhoi oleh
Allah,baik berupa ucapan maupun perbuatan,yang batin (hati)
maupun
yang zhahir.
Faedah
:
Dari
definisi di atas dapat diambil faedah sebagai berikut :
1.
Inti ibadah adalah jika ada dalil yang menunjukkan bahwa suatu
perkara itu adalah perkara yang dicintai oleh Allah. Sedang sesuatu
perkara dapat dikategorikan sebagai perkara yang dicintai oleh
Allah,jika: diperintahkan perkara itu, pelakunya dipuji, pelakunya
diberi pahala atau perkara dan pelakunya dicintai oleh Allah Ta'ala.
2.
Macam-macam ibadah adalah :
a.
QaululQalbi
(ucapan hati) :
contohnya
adalah keyakinan
dan pembenarannya.
b.
AmalulQalbi
(amal
hati)
: contohnya
adalah Niat,Ikhlas,Tawakkal,Takut,Cinta,Harap,dan
segala yang berupa gerakan
hati yang membuahkan amal zhohir dan ucapan lisan.
c.
QoululLisan
(ucapan lisan): contohnya
adalah ucapan
Syahadatain,baca Al-Qur`an,berdzikir,dll.
d.
AmalulJawarih
(amal
anggota tubuh zhahir):
contohnya
adalah shalat,puasa,zakat,
haji,dll.
Dari
empat macam ibadah di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Ibadah
ditinjau dari zhahir atau batinnya terbagi menjadi dua, yaitu :
Ibadah zhahir (anggota tubuh zhahir) dan ibadah batin (hati).
Ibadah
ditinjau dari ucapan atau perbuatan, terbagi menjadi dua pula, yaitu
: Ibadah Qauliyyah (ucapan) dan Ibadah 'amaliyyah (perbuatan).
3.
Keempat macam ibadah tersebut, jika dilaksanakan dengan benar dan
dipersembahkan kepada Allah saja berarti tauhid, sedangkan jika
ibadah-ibadah tersebut dipersembahkan kepada selain Allah, maka
berarti itu adalah syirik,karena
definisi syirik dalam peribadatan (Uluhiyyah)
adalah
memalingkan
peribadatan kepada selain Allah.
4.
Karena
definisi syirik dalam peribadatan (Uluhiyyah)
adalah
memalingkan
peribadatan kepada selain Allah,
dan karena ibadah terbagi dua ibadah zhahir dan batin, maka syirik
juga ada yang zhahir dan yang batin,sehingga
seseorang bisa saja keluar dari agama Islam dengan syirik
batin,karena
ia telah memalingkan ibadah batin kepada selain Allah.
Kesimpulan
:
Seorang
muslim yang telah mendapatkan anugerah keimanan dan beragama Islam
kemudian tidak mensyukurinya sehingga tidak menjaga dan
meningkatkannya, maka sangat memungkinkan seorang muslim bisa murtad
dengan melakukan salahsatu dari bentuk pembatal keislamannya.
IBADAH
ADA YANG BERNILAI TAUHID DAN ADA YANG BERNILAI SYIRIK
وعرفه
الشيخ السعدي فقال:
"إن
حدّ الشرك الأكبر وتفسيره الذي يجمع
أنواعه وأفراده أن يصرف العبد نوعاً أو
فرداً من أفراد العبادة لغير الله، فكل
اعتقاد أو قول أو عمل ثبت أنه مأمور به من
الشارع فصرفه لله وحده توحيد وإيمان
وإخلاص، وصرفه لغيره شرك وكفر فعليك بهذا
الضابط للشرك الأكبر الذي لا يشذ عنه شيء"
(انظر
القول السديد [43]،
وانظر الحق الواضح المبين
1.
IBADAH DOA
Dalil
dari Sunnah bahwa doa adalah ibadah
MATAN
Disebutkan
dalam hadits (tentang
dalil
do’a, pent.)
:
الدعاء
مخ العبادة
“Do’a
itu adalah intisari
ibadah”.
Penjelasan
:
Dari
ucapan sang penulis kitab Tsalatsatul
Ushul ,Syaikh
Muhammad At-Tamimi rahimahullahu
di
atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalil
dan Alasan Pendalilan :
Hadits
yang disebutkan penulis memang dho'if (lemah),
namun, sebagai
gantinya,
ada
sebuah hadits
shahih
yang tidak terdapat dalam matan dan disebutkan oleh para pensyarah
(penjelas) kitab Tsalatsatul
Ushul ini,
yaitu :
الدعاء
هو العبادة
“Do'a
adalah sesuatu yang sangat mendasar dalam
ibadah”.
Hadits
yang agung ini menunjukkan
bahwa do'a itu adalah ibadah, karena
hadits ini mengandung
:
1.
Penegasan
: yaitu
menguatkan makna bahwa do'a adalah sesuatu yang sangat
mendasar dan termasuk perkara yang terbesar dalam ibadah.
2.
Pembatasan
:
bahwa
seolah-olah hanya
do'a lah yang
menjadi kandungan
dari sebuah ibadah.
Ini
adalah gaya bahasa Arab (majas)
untuk
mengungkapkan betapa sangat besar kedudukan do'a sebagai sebuah
ibadah .
Dalil
dari Alquran
bahwa
doa adalah ibadah
Matan
“Dalil
doa adalah firman Alah Ta’ala
:
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ
“Dan
Tuhan kalian
berfirman : ‘Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku
kabulkan
bagi
kalian’. Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah
kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.”
(QS. Ghafir: 60).”
[Sampai
disini perkataan penulis rahimahullah]
PENJELASAN
Alasan
Pendalilan :
Dalam
QS. Ghafir:
60 ini
terdapat 4 alasan pendalilan bahwa doa adalah ibadah :
1.
Allah Ta'ala
memerintahkan
hamba-Nya untuk berdo'a:
ادْعُونِي
“Berdo’alah
kalian kepada-Ku”,
dan ini menunjukkan bahwa berdoa adalah perkara yang dicintai-Nya,
karena Allah Ta'ala
tidaklah
memerintahkan sesuatu kecuali mencintai sesuatu tersebut. Dan setiap
perkara yang dicintai-Nya berarti terpenuhi definisi ibadah yang
disebutkan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
ketika
mendefinisikan
ibadah dalam kitab beliau Al-'Ubudiyyah
:
الْعِبَادَةُ
هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ
اللَّهُ تَعَالَى وَيَرْضَاهُ مِنَ
الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ
وَالظَّاهِرَةِ.
Ibadah
adalah suatu istilah yang mencakup setiap perkara yang dicintai dan
diridhoi oleh Allah Ta'ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan,
(baik) yang batin (hati), maupun yang zhahir (anggota tubuh yang
nampak)..
Dengan
demikian, inti ibadah adalah perkara yang dicintai dan diridhoi oleh
Allah Ta'ala.
2.
Allah Ta'ala
menjanjikan
kepada hamba-Nya yang berdoa dengan ikhlas akan dikabulkan doanya,
Allah Ta'ala
berfirman
:
أَسْتَجِبْ
لَكُمْ
“...niscaya
akan Aku
kabulkan
bagi
kalian”.
Janji
Allah Ta’ala
ini menunjukkan bahwa Allah Ta'ala
meridhoi
dan mencintai perbuatan berdoakepada-Nya tersebut, dengan demikian
terpenuhilah kriteria ibadah.
3.
Allah Ta'ala
menamai
doa dengan ibadah, pada petikan firman-Nya :
إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
“Sesungguhnya,
orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku...”.
Hal
ini nampak dari konteks ayat ini dan sesuai dengan tafsir As-Sudi
yang dibawakan Imam Ath-Thabari rahimahullah
dalam
kitab Tafsir beliau,
عن
السديّ{
إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
}
قال:
عن
دعائي.
“(Diriwayatkan)
dari As-Sudi tentang
{
إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
},
beliau berkata: (Sesungguhnya, orang-orang yang sombong) dari
berdoakepada-Ku”
4.
Pada petikan firman Allah Ta'ala
:
سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“...akan
masuk neraka dalam keadaan hina dina”.
Allah
Ta'ala
mengancam
orang yang sombong dan enggan berdoa kepada-Nya akan dimasukkan
neraka dalam keadaan hina dina. Hal ini menunjukkan bahwa doa adalah
perbuatan yang diperintahkan dan dicintai-Nya, sehingga doa
digolongkan kedalam ibadah, karena terpenuhi kriterianya.
Catatan
:
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
menjelaskan bahwa hakekatnya QS. Ghaafir: 60 ini mengandung do'a
masalah (berdo'a) maupun do'a ibadah (beribadah selain berdo'a)
sekaligus, beliau mengatakan :
ومن
ذلك قوله تعالى :
{وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}
غافر/60
،
فالدُّعاء يتضمن النّوعين ، وهو في دعاء
العبادة أظهر ؛ ولهذا أعقبه {إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي}
الآية
، ويفسَّر الدُّعاء في الآية بهذا وهذا
.
“Diantaranya
adalah firman Allah Ta'ala
:
{وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ},
do'a (yang dimaksud disini) mengandung dua macam do'a sekaligus, dan
lebih kuat jika dibawakan kepada makna do'a ibadah, oleh karena itu
Allah iringi setelahnya dengan :
{إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي}
sampai
akhir ayat. Jadi, do'a pada ayat ini ditafsirkan dengan ini (do'a
masalah) maupun dengan itu (do'a ibadah)”.
Ibnul
Qoyyim rahimahullah
mengatakan
:
والدعاء
نوعان:
دعاء
عبادة،
و دعاء مسألة، و العابد داع كما أن السائل
داع، وبهما فسر قوله تعالى:
{وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ
لَكُمْ}غافر:
الآية
60،
قيل:
أطيعوني
أثبكم، و قيل:
سلوني
أعطكم
“Do'a
itu ada dua macam, yaitu : do'a masalah dan do'a ibadah. Orang
yang beribadah hakekatnya berdo'a (memohon pahala) sebagaimana orang
yang memohon hakekatnya juga berdo'a.
Dengan
kedua macam do'a inilah ditafsirkan firman-Nya Ta'ala
:
{وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}
(Ayat
ini) ada yang menafsirkan : “Ta'atlah kepada-Ku, niscaya Aku beri
kalian pahala” dan ada pula yang menafsirkan : “Berdo'alah
kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan permintaan kalian”.
QS.
Ghaafir: 60 adalah dalil umum
Dengan
demikian, hakekatnya QS. Ghaafir: 60 merupakan jenis dalil umum,
namun tidak masalah dibawakan untuk pendalilan tentang pembuktian
do'a merupakan ibadah secara khusus dan cara pendalilan dengan metode
:
“Kandungan
dalil lebih umum dari kesimpulan yang diambil atau kesimpulan yang
diambil hanyalah sebagian dari kandungan dalil” ini telah dikenal
oleh para Sahabat radhiyallahu
'anhum dan
orang-orang yang mengikuti mereka, khususnya masalah Tauhid.
Pengkabulan
ada 2 macam
Selanjutnya,
jika makna do'a yang terkandung dalam QS. Ghaafir: 60 itu mencakup
dua macam do'a sekaligus, maka pengkabulan dan ancaman dalam ayat
tersebut pun juga mencakup kedua macam do'a.
Pengkabulan
dalam petikan firman Allah :
أَسْتَجِبْ
لَكُمْ
“...niscaya
akan Aku kabulkan
bagi
kalian”,
mencakup :
Pengkabulan
terhadap do'a masalah, baik dengan diberi apa yang diminta, ditunda
sebagai simpanan kebaikan di akherat atau dihilangkan keburukan yang
penghilangan keburukan tersebut sepadan dengan kebaikan yang
diminta.
Pengkabulan
terhadap do'a ibadah, dengan diterima ibadah tersebut dan diberi
pahala pelakunya.
Hal
inilah yang ditunjukkan oleh ucapan Ibnul Qoyyim di atas.
Ancaman
dalam ayat ini
Demikian
pula ancaman yang terdapat dalam ayat ini,
إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Sesungguhnya,
orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku pasti akan masuk
neraka dalam keadaan hina dina.”
mencakup
ancaman bagi orang yang meninggalkan do'a masalah dan juga ancaman
bagi orang yang meninggalkan do'a ibadah kepada Allah Ta'ala.
Macam-macam
Doa
Do'a
di dalam terminologi disiplin ilmu tauhid terbagi dua macam, yaitu :
do'a ibadah dan do'a mas`alah.
1.
Do'a ibadah
adalah seseorang beribadah kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dalam rangka mendapatkan
pahala dari-Nya dan takut terhadap siksa-Nya. Do'a ibadah ini,
tidaklah boleh dipersembahkan kepada selain Allah dan apabila
dipersembahkan kepada selain Allah, maka syirik akbar.
2.
Do'a mas`alah
adalah permintaan kebutuhan.
Apabila
do'a mas`alah ini berasal dari hamba ditujukan kepada Allah, maka
termasuk ibadah, karena mengandung sikap butuh kepada Allah dan
mengandung pula keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
dan Maha Luas Pemberian dan Rahmat-Nya.
Macam-macam
Permintaan
Adapun
perincian hukum permintaan dan macam-macamnya adalah sebagai berikut
:
1.
Permintaan yang syirik akbar
Permintaan
yang ditujukan kepada selain Allah itu menjadi syirik akbar apabila :
Isi
permintaan tersebut berupa perkara yang tidak mampu memenuhinya
kecuali Allah, sama saja makhluk yang dimintai itu hidup, mati
(mayyit), makhluk hidup hadir maupun ghoib (tidak hadir dan secara
bukti ilmiah atau hukum sebab tidak bisa dihubungi).
Makhluk
yang dimintai adalah makhluk mati atau makhluk hidup namun ghoib,
sama saja isi permintaannya perkara yang makhluk mampu atau tidak
mampu memenuhinya, karena orang yang mati atau makhluq hidup yang
gaib tidak memungkinkan untuk bisa memenuhi permintaan apapun, maka
meminta kepada kedua makhluk tersebut menunjukkan orang yang
meminta itu meyakini bahwa makhluq yang mati atau makhluk hidup yang
gaib tersebut memiliki kekhususan atau kemampuan sebagaimana Allah.
2.
Permintaan yang bukan syirik
2.
IBADAH KHAUF (TAKUT)
MATAN
Dalil
ibadah Khauf (takut) adalah firman
Allah
Ta’ala
:
إِنَّمَا
ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ
أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ
وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“ Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kalian)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), oleh karena itu
janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kalian benar-benar orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran: 175).
PENJELASAN
Jenis
ibadah Khauf
QS.
Ali
Imran: 175 ini merupakan dalil bahwa diantara jenis Khauf (takut) ada
yang tergolong ibadah.
Dan
ibadah takut tersebut tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Barangsiapa
yang takut kepada selain Allah dengan jenis takut yang ibadah
tersebut, maka berarti ia telah menyembah selain-Nya, karena telah
mempersembahkan ibadah takut kepada selain-Nya.
Alasan
Pendalilan :
Ada
dua alasan pendalilan dalam ayat tersebut untuk menunjukkan bahwa
diantara jenis Khauf (takut) ada yang tergolong ibadah, yaitu :
1.
Dalam petikan firman Allah : {فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ},
Allah
Ta'ala
memerintahkan
hamba-Nya untuk takut kepada-Nya dan melarang hamba-Nya dari takut
kepada wali-wali setan (makhluk), hal ini menunjukkan bahwa takut
adalah ibadah, karena Allah Ta'ala
memerintahkannya
dan tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali Allah mencintainya.
Dan setiap perkara yang dicintai Allah, maka perkara itu adalah
ibadah.
2.
Sedangkan dalam firman Allah :
{إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ},
Allah
Ta'ala
menjadikan
takut sebagai syarat keimanan.
Tentu
tidaklah suatu perkara dijadikan syarat syahnya keimanan seseorang
melainkan perkara tersebut adalah ibadah.
Dan
jika seorang hamba takut kepada selain Allah dengan jenis takut yang
ibadah ini, maka ia bukanlah orang yang beriman, karena ia telah
memalingkan peribadatan takut kepada selain Allah.
Jenis-jenis
ibadah takut
I.
Khauf (Takut) :
Khauf
(takut) yang jenis ibadah berciri khas sebagai berikut :
-Rasa
takut yang disertai pengagungan dan perendahan diri yang sempurna
terhadap sesuatu yang ditakuti, sebagaimana layaknya mengagungkan
sesembahan dan merendahkan diri kepadanya.
-
Rasa takut yang mendorong pelakunya untuk taat mutlak kepada sesuatu
yang ditakuti, sebagaimana seorang muslim takut kepada Allah.
(melakukan apapun yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apapun yang
dilarang-Nya).
-Bahaya
yang ditakutkan adalah perkara yang hanya Allah yang mampu
menimpakannya, seperti menimpakan musibah tanpa sebab yang jelas,
tiba-tiba mati, tiba-tiba jatuh miskin dan yang semisalnya.
-
Pelakunya bertaqarrub (mendekatkan diri) dan beribadah dengan rasa
takut tersebut kepada sesuatu yang ditakutinya.
Maka
rasa takut yang jenis ibadah ini, akan bernilai :
1.
Tauhid,
apabila
hanya
dipersembahkan kepada Allah Ta'ala
semata,
maksudnya seorang hamba hanya takut kepada Allah dengan jenis takut
yang ibadah ini, karena Allah lah Yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu, Dia lah yang memuliakan sebagian hamba yang dikehendaki-Nya,
menghinakan sebagian hamba lain yang dikehendaki-Nya dan memberi
anugerah kepada siapa yang dikehendaki-Nya serta mencegah pemberian
dari siapa yang dikehendaki-Nya. Di tangan-Nya lah manfa'at dan
mudhorot (bahaya).
Dalil
ibadah Khauf (takut) yang bernilai tauhid ini terdapat dalam firman
Allah
Ta’ala
:
إِنَّمَا
ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ
أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ
وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“ Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kalian)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), oleh karena itu
janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kalian benar-benar orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran: 175).
Dalam
ayat ini Allah
Ta'ala
memerintahkan
hamba-Nya untuk takut kepada-Nya dan melarang hamba-Nya dari takut
kepada wali-wali setan (makhluk).
2.
Syirik
akbar (besar), apabila
dipersembahkan kepada selain Allah, maksudnya seorang takut kepada
selain Allah dengan jenis takut yang ibadah tersebut dan hal ini
mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Inilah
rasa takut yang ada pada hati kaum musyrikin, penyembah kuburan dan
yang semisalnya kepada berhala, patung, wali, ruh orang sholeh yang
telah meninggal dunia, mayit, jin dan selainnya dari sesembahan
selain Allah.
Kaum
musyrikin tersebut merasa takut kalau sesembahan-sesembahan selain
Allah tersebut menimpakan bahaya tanpa sebab yang jelas kepada mereka
persis sebagaimana Allah menimpakan bahaya kepada hamba-Nya, ketika
mereka merasa kurang menghormati, kurang dalam memberi sesajen/tumbal
dan kurang memenuhi hak sesembahan selain Allah tersebut.
Atau
ketika mereka terkena musibah besar secara mendadak, kematian, jatuh
sakit, kecelakaan dan musibah lainnya, serta merta mereka
menyimpulkan bahwa musibah itu dikarenakan kemarahan wali, ruh orang
sholeh yang telah meninggal dunia, mayit, jin tersebut, karena selama
ini kurang menghormati sesembahan selain Allah tersebut, sehingga
merekapun takut kepada sesembahan-sesembahan tersebut sebagaimana
takutnya mereka kepada Allah Ta'ala.
Padahal
sesembahan-sesembahan mereka tersebut sebenarnya tidak mampu
menimpakan bahaya sebagaimana yang mereka takutkan, tetapi mereka
yakini sesembahan-sesembahan tersebut dapat memberi manfaat dan
mudhorot kepada mereka.
3.
IBADAH RAJA` (HARAPAN)
MATAN
Dalil
Raja’ (harapan) adalah firman
Allah Ta’ala :
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ
عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Untuk
itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Robbnya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan
dengan apapun dalam beribadah kepada Robbnya.”
(QS. Al-Kahfi: 110).
PENJELASAN
Jenis
ibadah Raja` (Harap)
Roja`
adalah keterkaitan hati dengan sesuatu yang diinginkan untuk
didapatkan di waktu yang akan datang.
Dalil
:
Firman
Allah Ta’ala dalam Al-Kahfi:
110 :
Ayat
tersebut merupakan dalil bahwa diantara jenis Raja’ (harapan) ada
yang tergolong ibadah.
Dengan
demikian, ibadah mengharap tersebut tidak boleh ditujukan kepada
selain Allah dan barangsiapa yang mengharap kepada selain Allah
dengan jenis harapan yang tergolong ibadah tersebut, maka berarti ia
telah menyembah selain-Nya, karena telah mempersembahkan ibadah harap
kepada selain-Nya.
Alasan
Pendalilan :
Dalam
ayat tersebut, Allah Ta'ala
memuji
orang yang mengharap perjumpaan dengan Robbnya.
Hal
ini menunjukkan bahwa harapan tersebut termasuk ibadah, karena Allah
memujinya. Dan setiap perkara yang dipuji oleh Allah pastilah perkara
itu merupakan ibadah.
Dalam
ayat itu pula, Allah melarang seorang hamba mempersekutukan-Nya dalam
semua bentuk peribadatan kepada-Nya, termasuk dalam masalah ibadah
mengharap.
Roja`
(harapan) yang jenis ibadah berciri khas sebagai berikut :
-
Adanya ketergantungan hati yang mengandung perendahan dan ketundukan
yang sempurna dan totalitas yang hanya boleh ditujukan kepada Allah
semata.
-
Sesuatu yang diharapkan adalah jenis perkara yang tidak mampu
memenuhinya kecuali Allah Ta'ala,
seperti : harapan selamat dari neraka dan masuk surga, sembuh dari
penyakit (bukan sekedar harapan agar diobati semata) dan harapan agar
selamat dari segala musibah.
Maka
roja` (harapan) yang jenis ibadah ini, akan bernilai :
1.
Tauhid,
apabila
hanya dipersembahkan kepada Allah Ta'ala
semata.
Maksudnya
seorang hamba hanya berharap kepada Allah semata untuk mendapatkan
sesuatu yang hanya Allah sajalah yang mampu memenuhinya, karena hal
itu terkait dengan kekhususan Allah, sehingga selain-Nya tidak mampu
memenuhinya.
Demikian
pula, seorang Ahli Tauhid berharap hanya kepada Allah semata dengan
disertai ketergantungan hati yang mengandung perendahan dan
ketundukan yang sempurna dan totalitas,karena Allah Ta'ala
Maha
Kuasa atas segala sesuatu dan hanya Allah Ta'ala
sajalah
yang mampu menjadikan suatu sebab berpengaruh.
Dengan
demikian tidak boleh seseorang yang bertauhid berharap kepada selain
Allah dengan jenis harapan yang ibadah ini.
2.
Syirik
akbar (besar),
apabila
harapan yang jenis ibadah tersebut dipersembahkan kepada selain
Allah.
Maksudnya
seorang berharap kepada selain Allah dengan jenis harapan yang ibadah
ini dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Contoh
harapan yang syirik akbar ini adalah harapan seseorang kepada seorang
kyai agar menyelamatkannya dari neraka dan memasukkannya kedalam
surga, harapan pada seorang dukun agar menyembuhkannya dari penyakit
dan agar menyelamatkannya dari segala bentuk musibah.
Contoh
yang lainnya, harapan seseorang kepada seorang wali dalam bentuk
sampai hatinya bergantung totalitas dengan merendahkan diri dan
tunduk yang sempurna kepada wali tersebut dalam mengkabulkan
harapannya.
4.
IBADAH TAWAKKAL
MATAN
Dalil
Tawakkal (berserah diri) adalah firman
Allah Ta’ala :
وَعَلَى
اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ
“Dan
hanya kepada Allah-lah kalian betawakkal, jika kalian benar-benar
orang yang beriman.”
(QS. Al-Maidah : 23).
Dan
firman-Nya:
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ
“Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dialah Yang
Mencukupinya.”
(QS. Ath-Thalaq : 3).
PENJELASAN
Ibadah
Tawakal
Definisi
tawakal, pada asalnya adalah bersandar (al-i'timaad),
sehingga tawakal kepada Allah Ta'ala
adalah bersandarnya hati dengan benar kepada Allah dalam mendapatkan
manfa'at dan menghindari mudhorot
diiringi dengan mengambil sebab (usaha) yang diizinkan dalam Islam.
Dalil
tentang hal ini QS. Al-Maidah : 23 dan Ath-Thalaq : 3, kedua
ayat tersebut merupakan dalil yang menunjukkan bahwa tawakal adalah
ibadah dan pada ayat yang pertama juga terdapat dalil bahwa tidak
boleh seorang hamba bertawakal kepada selain Allah.
Barangsiapa
yang bertawakal kepada selain Allah, maka berarti ia telah menyembah
selain-Nya, karena telah mempersembahkan ibadah tawakal kepada
selain-Nya, oleh karena itu dalam ayat pertama, Allah jadikan
tawakkal sebagai syarat keimanan.
Alasan
Pendalilan :
Dalam
ayat yang pertama, terdapat dua alasan pendalilan, yaitu:
1.
Didahulukannya {عَلَى
اللَّهِ}sebelum
{فَتَوَكَّلُوا}
menunjukkan
makna pembatasan, maksudnya Allah memerintahkan hamba-Nya untuk
bertawakal hanya kepada Allah saja.
2.
Dalam petikan ayat : {إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ},
Allah Ta'ala
menjadikan
tawakal kepada-Nya sebagai syarat keimanan.
Jadi,
barangsiapa yang bertawakal kepada selain Allah, maka berarti ia
bukan orang yang beriman kepada Allah.
Adapun
alasan pendalilan dalam ayat yang kedua yaitu:
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ
“Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dialah Yang
Mencukupinya.”
(QS. Ath-Thalaq : 3).
Allah
Ta'ala
menjanjikan
kecukupan bagi orang yang bertawakal kepada-Nya saja.
Janji
tersebut menunjukkan bahwa tawakal kepada Allah saja merupakan
ibadah, mengapa?
Karena
tidaklah Allah Ta'ala
menjanjikan suatu janji untuk balasan dari sebuah sikap, kecuali
menunjukkan bahwa sikap tersebut adalah suatu ibadah yang tertuntut
untuk dilakukan oleh seorang hamba. Allah mengiming-imingi hamba-Nya
agar bertawakal kepada-Nya dengan janji kecukupan dari-Nya.
Jenis
jenis tawakal
1.
Ibadah tawakal yang tauhid
Yaitu
tawakal kepada Allah semata dengan merealisasikan definisi tawakal
yang telah disebutkan di atas.
Tawakal
jenis ini adalah ibadah hati yang hakekatnya mencakup tiga perkara:
yaitu
meyakini bahwa semua urusan itu tergantung kepada Allah, jika Allah
menghendaki pastilah terjadi, namun jika tidak, tentulah mustahil
bisa terjadi. Allah lah satu-satunya yang menciptakan sebab dan
menjadikan sebab itu berpengaruh.
yaitu
bersandarnya hati kepada Allah semata, menyerahkan urusan kepada
Allah 'Azza
wa Jalla
dan percaya kepada Allah dengan seyakin-yakinnya bahwa semua urusan
itu tergantung kepada Allah.
yaitu
mengambil
sebab (usaha) yang diizinkan dalam Islam demi tercapainya manfa'at
dan terhindarnya dari mudhorot.
Tawakal
jenis ini termasuk salah satu jenis ibadah yang paling mulia dan
termasuk paling tinggi dari kedudukan tauhid serta salah satu tanda
kebenaran iman seorang hamba. Hukum tawakal jenis ini adalah wajib.
Dalilnya
adalah firman
Allah Ta’ala
:
وَعَلَى
اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ
“Dan
hanya kepada Allah-lah kalian betawakkal, jika kalian benar-benar
orang yang beriman.”
(QS. Al-Maidah : 23).
2.
Ibadah tawakal yang syirik akbar
Tawakal
yang satu ini disebut
juga
tawakkal sirri.
Tawakal
jenis ini bentuknya yaitu:
Bersandar
hati kepada selain Allah dalam perkara yang tidak mampu memenuhinya
kecuali Allah.
Bersandar
hati totalitas kepada orang yang telah meninggal
maupun makhluk hidup yang namun tidak hadir (ghoib)
dalam mendapatkan manfaat dan menghindari kemudharatan, karena hal
ini tidak mugkin terjadi kecuali dengan meyakini bahwa mayit atau
makhluk tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengatur urusan
sebagaimana Allah.
Contohnya
: bertawakal kepada wali yang masih hidup agar selamat dari neraka
dan masuk surga.
Demikian
juga tawakalnya seseorang kepada kyai yang telah meninggal agar
lancar rezekinya.
Referensi
terjemah matan :
Post a Comment