Saudara-saudaraku
para tamu Allah rahimani
wa rahimakumullah, dari
serial “Madrasah Haji” yang pertama, telah dijelaskan beberapa
keutamaan haji mabrur yaitu :
1.
Orang yang berhaji mabrur, disebut sebagai tamu-tamu Allah
yang dijanjikan akan dikabulkan doanya
2.
Haji yang mabrur termasuk amal yang paling utama
3.
Haji yang mabrur termasuk jihad yang paling utama bagi wanita
4.
Balasan bagi haji mabrur adalah surga
5.
Balasan
bagi haji mabrur adalah pulang dalam keadaan bersih dari dosa, baik
kecil maupun besar.
Apabila
seperti itu keutamaan haji yang mabrur, muncul sebuah pertanyaan:
“Apakah
kriteria haji yang mabrur itu?”
Keterangan
para ulama rahimahumullah tentang
tafsiran haji yang mabrur !
Terjadi
perbedaan pendapat ulama tentang tafsir mabrur sebagai
sifat dari ibadah haji, namun sebagaimana dinyatakan oleh Al-Qurthubi
rahimahullah bahwa berbagai
tafsiran ulama tersebut saling berdekatan maknanya.
Berikut
ini beberapa nukilan tafsir ulama terhadap kata mabrur :
Berkata
Al-Qurthubi rahimahullah
dalam Al-Mufhim 11/15
المبرور:
اسم
الحج، المبرور:
اسم
مفعول من:
بُرَّ،
مبني لما لم يسم فاعله، فهو مبرور
“Al-Mabrur
adalah sifat bagi ibadah haji.
Isim
maf'ul dari
بُرّ
,
yaitu fi'il mabni untuk kata kerja yang tidak disebutkan pelakunya,
isim maf'ul tersebut yaitu mabrur
”.
Ibnul
Jauzi rahimahullah
menyimpulkan
makna mabrur
:
فعلى
هذا يكون معنى المبرور الذي قد أقيمت
فروضه وسننه
“Atas
pertimbangan makna-makna inilah, maka makna mabrur adalah (haji) yang
ditunaikan kewajiban dan sunnah-sunnahnya” [Kasyful Musykil]
Al
Hasan Al Bashri rahimahullah
mengatakan tentang balasan haji mabrur adalah surga,
آية
ذلك أن يرجع زاهدا في الدنيا، راغبا في
الآخرة
“Tanda
(haji mabrur yang balasannya surga) itu adalah seseorang pulang haji
menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan rindu (meraih surga di)
akherat.”
[Lathoif
Al-Ma'arif :
116].
Ibnu
Khaalawaih rahimahullah nengatakan
:
المبرور
المقبول
“Mabrur
adalah diterima (oleh Allah Ta'ala)
” [Fathul Bari : 3/382].
An
Nawawi rahimahullah
berkata,
وقيل
هو المقبول ومن علامة القبول أن يرجع
خيراً مما كان ولا يعاود المعاصي ، وقيل
الذي لا رياء فيه
“Ada
ulama yang mengatakan bahwa makna haji mabrur adalah diterima (oleh
Allah Ta'ala),
dan tanda diterimanya adalah seseorang pulang dari berhaji
menjadi
lebih baik dari sebelumnya dan tidak kembali berbuat maksiat, dan ada
pula yang berpendapat (haji mabrur) adalah haji yang tidak ada riya'
di dalamnya”.
[Syarhu Muslim An-Nawawi : 9 /118]
Syaikh
Bin Baz rahimahullah menjelaskan
:
“Haji
Mabrur adalah haji yang pelakunya tidak melakukan maksiat kepada
Allah saat melakukan ibadah haji, sebagaimana hal ini ditunjukkan
oleh sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu
من
حج فلم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه
“Barang
siapa yang telah berhaji ke Baitullah dengan tidak rafats (tidak
berkata dan berbuat cabul, kotor dan tidak jima'), dan tidak berbuat
kefasikan (tidak berbuat dosa/sudah bertaubat dari dosa), maka dia
akan disucikan kembali sebagaimana (seorang bayi) di hari dilahirkan
oleh ibunya”. [Muttafaqun
'alaih]
Al-Baghawi
rahimahullah
dalam Syarhus
Sunnah (7/6)
menafsirkan :
قيل:
الحج
المبرور:
هو
الذي لا يخالطه شيء من المأثم،
والبيع المبرور:
الذي
لا خيانة فيه ولا شبهة
“Ada
ulama yang mengatakan bahwa makna haji mabrur adalah haji yang tidak
dicampuri dosa sedikitpun, sebagaimana jual beli mabrur adalah jual
beli tidak ada khianat dan syubhat di dalamnya”.
Al
Hasan Al Bashri rahimahullah
mengatakan tentang balasan haji mabrur adalah ampunan,
آية
ذلك أن يدع
سيئ ما كان عليه من العمل
“Tanda
(haji mabrur yang balasannya ampunan Allah) itu adalah seseorang
meninggalkan keburukan yang ia lakukan”. [Lathoif
Al-Ma'arif :
116].
An
Nawawi rahimahullah
berkata,
الأصح
والأشهر أن المبرور هو الذي لا يخالطه
إثم مأخوذ من البر وهو الطاعة
“Pendapat
yang paling kuat dan yang paling terkenal, haji mabrur adalah haji
yang tidak ternodai oleh dosa, diambil dari kata ‘birr’
yang bermakna ketaatan. [Syarhu Muslim An-Nawawi : 9 /118]
Dalam
Lathoif
Al-Ma'arif (405-420), Ibnu
Rajab
rahimahullah menjelaskan
bahwa haji mabrur adalah apabila terkumpul padanya dua perkara :
melakukan kebaikan saat melaksanakan haji dan menghindari
perbuatan dosa.
Beliau
berkata
:
و
إنما يكون مبرورا باجتماع أمرين فيه
“Haji
menjadi mabrur apabila terkumpul dua perkara diadalamnya”
أحدهما:
الإتيان
فيه بأعمال البر
“Pertama
: Melakukan Al-Birru
(kebaikan) saat melaksanakan haji”
Lalu
beliau menjelaskan tentang makna Al-Birru
yang selayaknya dilakukan saat berhaji ini, secara ringkas penjelasan
beliau sebagai berikut :
Al-Birru
diperuntukkan untuk dua makna :
1.
Berbuat baik kepada manusia.
Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang “Al-Birru”,
maka beliau menjawab bahwa :
الْبِرُّ
حُسْنُ الْخُلُقِ
“Al-Birru
adalah
akhlaq yang baik”. [HR. Muslim 2553]
Sedangkan
Ibnu Umar radiyallahu
'anhu
menjelaskan bahwa :
الْبِرُّ
شَيْءٌ هَيِّنٌ وَجْهٌ طَلِيقٌ وَكَلَامٌ
لَيِّنٌ
“Al-Birru
adalah segala sesuatu yang mudah (tidak menyulitkan), wajah yang
cerah dan perkataan yang lembut”. [ Mudaratunnas li Ibni Abi Dunya
: 96]
Dan
ini banyak dibutuhkan dalam ibadah haji, yang saya maksudkan adalah
baiknya mu'amalah dengan manusia, baik dengan ucapan maupun
perbuatan.
Dari
Jabir berkata : Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam
bersabda :
حَجٌّ
مَبْرُورٌ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ
الْجَنَّةَ
“Haji
mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim), orang-orang berkata : “Wahai Nabi utusan
Allah, apa itu haji yang baik (mabrur)?
Beliau
bersabda :
إِطْعَامُ
الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلاَمِ
“Memberi
makan (manusia) dan menyebarkan salam”.
[HR.
Ahmad. Dan Syaikh Al-Albani menghasankan dengan mengumpulkan seluruh
jalan-jalannya dalam As-Silsilah]
2.
Makna Al-Birru
yang
kedua
adalah
melakukan
seluruh ketaatan.
Sedangkan
lawannya adalah kemaksiatan.
Allah
tafsirkan Al-Birru
dalam
firman-Nya :
لَيْسَ
الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ
قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى
الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ
وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ
السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي
الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى
الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ
إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي
الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ
الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ
صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa. [Al-Baqarah
:177]
Ayat
ini mencakup berbagai
macam Al-Birru
(kebaikan) yang
dibutuhkan oleh seorang yang melaksanakan haji.
Lalu
Ibnu Rajab
rahimahullah
menjelaskan tentang kandungan haji mabrur yang kedua, beliau berkata
:
الأمر
الثاني مما يكما به بر الحج :
اجتناب
أفعال الإثم فيه من الرفث و الفسوق و
المعاصي
Kedua
: perkara yang menyebabkan sempurna ibadah haji adalah menghindari
perbuatan dosa didalamnya, berupa rafats
(tidak berkata dan berbuat cabul, kotor dan tidak jima'), dan
kefasikan
(tidak berucap dan berbuat dosa/sudah bertaubat dari dosa)
, dan maksiat.
Lalu
beliau membawakan dalil diantaranya Al-Baqarah
: 197 :
الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ
فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا
فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ
وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ
اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا
أُولِي الْأَلْبَابِ
(Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kalian kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah kalian, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal (bagus).
[Ringkasan
Lathoif
Al-Ma'arif (405-420)]
Syaikh
Al-'Utsaimin rahimahullah
menyatakan dalam Syarhu Riyadhish Shalihin kitab
Haji :
“Haji
yang mabrur yaitu haji yang terpenuhi beberapa perkara (berikut ini)
”, lalu beliau menyebutkan 4 perkara yang secara ringkas yaitu :
1.
Haji dilaksanakan dengan ikhlas untuk Allah semata.
2.
Tata cara pelaksanaan haji sesuai dengan haji Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam.
3.
Haji dilaksanakan dengan menggunakan harta yang mubah, dan tidak
haram.
4.
Menghindari rafats (tidak berkata dan berbuat cabul, kotor dan tidak
jima'), dan kefasikan (tidak berucap dan berbuat dosa/sudah
bertaubat dari dosa), serta debat kusir, sebagaimana surat Al-Baqarah
: 197.
Berkata
Al-Qurthubi rahimahullah
الأقوال
التي ذكرت في تفسيره متقاربة المعنى؛ وهي
أنه الحج الذي وفيت أحكامه ووقع موقعًا
لما طلب من المكلف على الوجه الأكمل.
والله
أعلم
“Pendapat
para ulama yang dinukilkan tentang tafsir mabrur
itu
maknanya berdekatan, (kesimpulannya) yaitu : haji mabrur adalah haji
yang terpenuhi hukum-hukumnya dan (haji tersebut) terlaksana sesuai
yang dituntut dari seorang mukallaf (berakal sehat dan baligh) dalam
bentuk yang paling sempurna. Wallahu a'lam”.
[Fathul Bari : 3/382].
Dengan
demikian, dapat disimpulkan beberapa tafsiran para ulama
rahimahumullah tentang haji mabrur :
1.
Haji mabrur dilaksanakan dengan ikhlas untuk Allah semata.
2.
Tata cara pelaksanaan haji mabrur sesuai dengan haji Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam.
3.
Haji mabrur dilaksanakan dengan menggunakan harta yang mubah, dan
tidak haram.
4.
Haji
mabrur yang ditunaikan kewajiban dan sunnah-sunnahnya
5.
Seseorang
pulang haji mabrur menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan rindu
(meraih surga di) akherat.
6.
Haji
mabrur adalah diterima oleh Allah Ta'ala,
dan tanda diterimanya adalah seseorang pulang dari berhaji
menjadi
lebih baik dari sebelumnya dan tidak kembali berbuat maksiat.
7.
Haji mabrur adalah haji yang pelakunya tidak
melakukan maksiat kepada Allah saat melakukan ibadah haji.
8.
Haji
mabrur adalah haji yang tidak ada riya' di dalamnya.
9.
Tanda
haji mabrur yang balasannya ampunan Allah itu adalah seseorang
meninggalkan keburukan yang ia lakukan
10.
Haji
mabrur adalah apabila terkumpul padanya dua perkara : melakukan
kebaikan saat melaksanakan haji dan menghindari
perbuatan dosa.
11.
Haji
mabrur adalah haji yang terpenuhi hukum-hukumnya dan haji tersebut
terlaksana sesuai yang dituntut dari seorang mukallaf (berakal sehat
dan baligh) dalam bentuk yang paling sempurna.
Al
Hasan Al Bashri rahimahullah
mengatakan tentang balasan haji mabrur adalah surga,
آية
ذلك أن يرجع زاهدا في الدنيا، راغبا في
الآخرة
“Tanda
(haji mabrur yang balasannya surga) itu adalah seseorang pulang haji
menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan rindu (meraih surga di)
akherat.”
[Lathoif
Al-Ma'arif :
116].
(Bersambung,
in sya Allah)
===========================================
Post a Comment