Bertauhid
yang sempurna berarti bertawakal hanya kepada Allah dengan usaha yang
bermanfaat secara maksimal!
Salah
satu ciri khas Ahli Tauhid yang sempurna sebagaimana disebutkan dalam
hadits yang mulia adalah tawakal kepada Allah semata.
Syaikh
Muhammad Sholeh Al-Utsaimin rahumahullah
menjelaskan
definisi
tawakal kepada Allah Ta'ala
yaitu :
صدق
الاعتماد على الله عز وجل في جلب المنافع
ودفع المضار مع فعل الأسباب المأذون فيها
“Kejujuran
dalam bersandarnya hati kepada Allah 'Azza
wa Jalla
dalam mendapatkan sesuatu yang bermanfaat atau untuk hilangnya
sesuatu yang membahayakan, diiringi melakukan sebab yang diizinkan
(dalam Islam)”.
Oleh
karena itu, termasuk bentuk bertauhid yang sempurna adalah mengambil
sebab atau usaha Syar'i dan qadari yang baik sebagai bentuk tawakal
kepada Allah yang benar.
Kaedah
mengambil sebab dan macam-macam sebab
Syaikh
Abdur Rahman As-Sa'di rahimahullah
dalam kitabnya, Al-Qaulus
Sadiid menjelaskan
salah satu dari hukum sebab :
أن
لا يجعل منها سببا إلا ما ثبت أنه سبب شرعا
أو قدرا
Tidak
menjadikan sesuatu sebagai sebab, kecuali jika sesuatu tersebut
terbukti sebagai sebab, baik secara Syar'i maupun Qadari/Kauni.
Maksudnya
adalah sebab atau usaha apapun yang kita ambil dalam berbagai
permasalahan, termasuk usaha menangani wabah corona, haruslah usaha
tersebut terbukti secara Syar'i atau Qadari.
Jadi,
kita tidaklah boleh melakukan suatu usaha, kecuali jika
usaha tersebut terbukti sebagai sebab, baik terbukti secara Syar'i
maupun Qadari/Kauni.
A.
Sebab
Syar'i, maksudnya
adalah harus ada dalil dari Alquran atau As-Sunnah yang shahihah
bahwa sesuatu itu merupakan sebab untuk mencapai suatu manfa'at atau
menghindari/menolak mudharat.
B.
Sebab
Qadari
maksudnya, terbukti secara ilmiah
atau berdasarkan pengalaman yang jelas dan ilmiah bahwa sesuatu itu
merupakan sebab.
A.
Contoh sebab
Syar'i
Sebab
terbesar menangani wabah virus corona
Sebab
terbesar menangani wabah virus corona adalah dengan bertaubat kepada
Allah Ta'ala,
karena
musibah itu disebabkan dosa dan karena tujuan ditaqdirkan ada wabah
adalah agar kita bertaubat kepada Allah Ta'ala,
merendahkan diri, berdoa kepada-Nya, tunduk serta taat kepada-Nya dan
mengesakan-Nya.
Berikut
ini dalilnya :
Dalil
Pertama :
Allah
Ta'ala
berfirman
:
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ
كَثِيرٍ
Dan
apa saja musibah yang menimpa kalian, maka itu disebabkan oleh dosa
yang diperbuat oleh tangan
kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa
kalian).(Asy-Syura
: 30)
Ath-Thabari
rahimahullah
dalam
kitab Tafsirnya yang terkenal :
وما
يصيبكم أيها الناس من مصيبة في الدنيا في
أنفسكم وأهليكم وأموالكم (
فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ )
يقول:
فإنما
يصيبكم ذلك عقوبة من الله لكم بما اجترمتم
من الآثام فيما بينكم وبين ربكم ويعفو
لكم ربكم عن كثير من إجرامكم,
فلا
يعاقبكم بها
“ Wahai
manusia, musibah apapun yang menimpa kalian di dunia, yang menimpa
diri kalian, keluarga kalian, serta harta kalian, {maka itu
disebabkan dosa yang diperbuat tangan kalian} ,maknanya : musibah itu
menimpa kalian sebagai hukuman dari Allah untuk kalian, karena
dosa-dosa yang kalian lakukan antara kalian dengan Allah.
Rabb
kalianpun memaafkan banyak dari perbuatan dosa kalian sehingga Dia
tidak menyiksa kalian (karenanya)”.
Dalil
Kedua:
Allah
Ta'ala
berfirman
:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena dosa yang
diperbuat oleh tangan manusia, supaya Allah membuat mereka merasakan
hukuman (akibat) sebagian dosa yang mereka lakukan, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).
(Ar-Rum : 41)
Tafsir
kerusakan
Para
Ahli Tafsir rahimahullah
menafsirkan kerusakan dalam ayat tersebut dengan berbagai macam
penafsiran, kalau disimpulkan, maka intinya adalah seluruh perkara
yang rusak, tidak baik dan tidak bermanfaat bagi manusia, baik
kerusakan maknawi maupun non maknawi, baik kerusakan pada perbuatan
manusia maupun kerusakan hasil taqdir Allah karena sebab dosa
manusia, baik kerusakan yang ada pada diri, harta, binatang, maupun
tumbuhan.
Ahli Tafsir
mencontohkan seperti penyakit/wabah, kesulitan pangan/nafkah,
banyaknya kemaksiatan, kerusakan tanaman/buah-buahan, kekeringan, dan
kematian binatang, banyaknya rasa takut, ditinggalkannya amar ma'ruf
nahi mungkar, banjir, angin kencang, serta bencana alam lainnya.
Rahasia
dibalik adanya musibah dan kerusakan
Allah jelaskan dalam
ayat yang agung ini hikmah dan maksud adanya musibah dan kerusakan di
muka bumi ini,
Al-Baghawi
rahimahullah
menafsirkan
{ لِيُذِيقَهُمْ
بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
}
عقوبة بعض
الذي عملوا من الذنوب
“Maksudnya
supaya Kami membuat mereka merasakan hukuman (akibat) sebagian dosa
yang mereka lakukan”
Ath-Thabari
rahimahullah
berkata
:
(لَعَلَّهُمْ
يَرجِعُونَ)
يقول:
كي
ينيبوا إلى الحقّ، ويرجعوا إلى التوبة،
ويتركوا معاصي الله
“{Agar
mereka kembali}, maksudnya agar mereka kembali kepada kebenaran, dan
kembali bertaubat serta meninggalkan kemaksiatan kepada Allah”.
Kesimpulan
ayat ini :
Munculnya
berbagai musibah dan kerusakan di muka bumi ini disebabkan karena
dosa yang diperbuat oleh manusia, hikmahnya adalah supaya mereka
merasakan hukuman (akibat) sebagian dosa yang mereka lakukan, agar
mereka kembali ke jalan yang benar, meninggalkan kemaksiatan kepada
Allah, serta bertaubat kepada Allah.
Dalil
Ketiga :
Allah
Ta'ala
berfirman
:
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ
فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang
sebelum kamu, kemudian Kami hukum diantara umat-umat tersebut dengan
(menimpakan) kemelaratan, dan penyakit supaya mereka bertaubat,
memohon (kepada Allah) dengan tunduk, merendahkan diri.
(Al-An'aam : 42)
Tafsir
Al-Ba'saa' dan Adh-Dharraa'
Ibnu
Katsir rahimahullah
menafsirkan
Al-Ba'saa'
:
“Yaitu
kefakiran dan kesulitan nafkah”, dan beliau menafsirkan
Adh-Dharraa' :
“penyakit, dan derita”
Al-Baghawi
rahimahullah
menafsirkan
Al-Ba'saa'
: “kesulitan dan kelaparan”, dan beliau menafsirkan
Adh-Dharraa' :
“penyakit (biasa), dan penyakit yang lama (menahun)”
Hikmah
adanya hukuman penyakit
Ibnu
Katsir rahimahullah
menafsirkan
{لَعَلَّهُمْ
يَتَضَرَّعُونَ}
:
أي
:
يدعون
الله ويتضرعون إليه ويخشعون
"Maksudnya
: mereka berdoa kepada Allah, merendahkan diri dengan mengakui dosa
dan bertaubat, serta khusyu'"
Al-Baghawi
rahimahullah
menafsirkan
{لَعَلَّهُمْ
يَتَضَرَّعُونَ}
:
أي
يتوبون ويخضعون ، والتضرع السؤال بالتذلل
"Maksudnya
: mereka bertaubat dan tunduk, sedangkan tadharru' maknamya memohon
dengan merendahkan diri (memelas)"
Kesimpulan
ayat ini :
Munculnya berbagai
hukuman musibah yang Allah timpakan kepada sebuah umat, berupa
penyakit, kemelaratan, dan kesulitan nafkah itu ada hikmah dan
tujuannya, yaitu agar manusia bertaubat, memohon kepada Allah dengan
tunduk merendahkan diri, taat kepada Allah dan mengesakan-Nya.
Disamping
itu, sebab Syar'i lainnya untuk menangani wabah virus corona adalah
dengan memperbanyak dzikir yang memang ada dalil shahihnya, seperti
dzikir pagi sore, dzikir keluar rumah, dzikir singgah di sebuah
tempat, dan selainnya.
Juga
semangat mempelajari ilmu Syar'i, memperbanyak ibadah sunnah setelah
ibadah wajib, seperti shalat malam, dan lainnya.
B.
Contoh sebab
Qadari
Dalam
menangani virus corona kita harus pula mengambil sebab qadari
sebagaimana arahan pemerintah dan ahli medis, seperti :
Tidak
mendatangi tempat wabah, menutup wadah makanan dan minuman,
mengucapkan salam saja ketika berjumpa dengan teman tanpa berjabat
tangan, meminimalisir aktifitas keluar rumah, meminimalisir
pertemuan-pertemuan yang tidak wajib, benar-benar memperhatikan
kebersihan, cuci tangan dengan antiseptik, menjaga jarak dengan
sesama, memakai masker, dan selainnya.
Intinya
untuk sebab qadari kembalikan kepada ahlinya, dalam hal ini arahan
medis dari pemerintah, para tenaga medis, dan lembaga resmi yang
berkompeten lainnya.
PERINGATAN
!
Khusus
terkait dengan penanganan wabah virus corona yang mendunia ini, maka
perlu memperhatikan kaedah yang terdapat dalam An-Nisa' : 83 tentang
menyebarkan ataupun menviralkan suatu berita, baik bentuknya
pengumuman, himbauan maupun arahan yang berdampak menyebarkan rasa
takut, atau rasa aman di tengah-tengah masyarakat, apalagi terkait
dengan ancaman nyawa banyak orang, maka kaedahnya adalah kembalikan
ke Ulama dan Pemerintah, mengikuti Ulama dan Pemerintah adalah
keberkahan.
Dan
hakekatnya adalah keberkahan melaksanakan Alquran, ini adalah sebab
yang sangat besar agar kita selamat menghadapi musibah ini, meski
-misalnya- banyak kekurangan secara sebab qadari.
RENUNGAN
: Sebab
Syar'i itu lebih utama dari sebab qadari/medis, meski keduanya
sama-sama penting untuk diambil!
Ingat,
sebab Syar'i dan qadari itu sama-sama pentingnya!
Hanya
saja tingkat kepentingannya bertingkat-tingkat antar keduanya.
Syaikh
Prof. DR Ibrahim Ar-Ruhaili hafizhahullah
menyatakan
dalam kitab Al-Asbab
Asy-Syar'iyyah An-Naji'ah hal.3,
bahwa hendaknya seseorang tidak mencukupkan diri dengan sebab medis
saja dalam menangani virus corona, dan bahkan mengambil sebab Syar'i
itu lebih utama dalam menangani wabah corona ini dan wabah selainnya.
Dan
penetapan pengaruh sebab Syar'i itu pasti benarnya, karena sumber
penetapannya adalah wahyu Allah!
Sobat,
sungguh benar apa yang disampaikan oleh Syaikh Prof. DR Ibrahim
Ar-Ruhaili hafizhahullah,
apalagi
terkadang
sebagian sebab
medis itu sifatnya uji coba yang tidak ada kepastian pengaruhnya.
Jika
demikian,
1.
Maka
sebab terbesar
yang harus kita ambil adalah bertaubat kepada Allah Ta'ala
dari seluruh dosa,
terutama syirik besar dan setingkatnya, karena syirik besar adalah
dosa terbesar
yang ancaman bagi pelakunya jika mati tidak bertaubat adalah kekal di
neraka !
Dan
bertaubat dari syirik itu dengan cara bertauhid dengan benar, dan
tidak mungkin orang bisa masuk surga tanpa bertauhid.
Sedangkan
contoh syirik besar adalah takut kepada jin, makhluk halus penguasa
pantai, atau roh yang diyakini mampu menimpakan musibah tanpa sebab
sebagaimana Allah menimpakan musibah dan mampu mengatur kematian dan
kehidupan manusia.
Ritual
menyembelih hewan yang dipersembahkan untuk mayyit atau jin saat
membangun bangunan atau saat panen laut atau saat ada wabah.
Atau
berdoa/istighatsah kepada kuburan untuk tolak balak.
2.
Bertaubat dari syirik kecil, karena dosa syirik kecil itu lebih besar
dari dosa besar (secara jenis dan secara umum).
Syirik
kecil seperti riya', mencintai harta secara berlebihan sehingga marah
ridhonya karena harta sampaipun harus bermaksiat untuk
mendapatkannya, bersumpah dengan menyebut nama selain Allah, memakai
jimat gelang, kalung, pusaka yang dikeramatkan untuk tolak balak, dan
semisalnya.
3.
Bertaubat dari bid'ah, yaitu beragama atau beribadah dengan cara yang
tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam,
karena bid'ah adalah dosa besar yang terbesar, karena hakekatnya
pelaku bid'ah membuat-buat ajaran sendiri dalam beribadah.
Termasukjuga
wajibnya bertaubat dari bid'ah dalam ritual doa tolak bala' yang
tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam.
4.
Bertaubat dari dosa besar, seperti ghibah, menenggak minuman
memabokkan, mencuri, membunuh, merampok, berzina, dan korupsi.
5.
Bertaubat dari dosa kecil.
Sobat,
setinggi apapun iman seseorang, tetaplah wajib bertaubat dari dosa
sekecil dan sesedikit apapun, apalagi jika dosanya banyak dan besar,
lebih-lebih lagi saat kondisi wabah menimpanya.
Seseorang
wajib segera bertaubat dari seluruh dosa, karena mati itu suatu hal
yang pasti datangnya kepada setiap orang, sedangkan corona belum
tentu datang mengenai setiap orang!
Maka
semestinya seseorang lebih takut mati dalam keadaan tidak sempat
bertaubat dari dosa daripada takut terhadap virus corona.
Dan
seseorang tidaklah bisa bertaubat dengan baik, kecuali dengan berilmu
Syar'i, maka pelajarilah Syari'at Islam ini terutama ilmu fardhu
'ain, sebuah ilmu yang kalau tidak dipelajari akan terancam terjatuh
pada dosa, seperti ilmu Tauhid/aqidah dasar, fiqih sholat lima waktu,
tentang larangan yang haram, dan lainnya.
Semoga
Allah segera menghilangkan wabah corona ini dan menjadikan kita semua
sebagai hamba-hamba-Nya yang bertauhid dan bertakwa dengan sempurna.
Amiin.
الحمد
لله الذي بنعمته تتم الصالحات
Sumber: www.muslim.or.id
Post a Comment