Makna
melaksanakan tauhid dengan sempurna (tahqiiqut
tauhiid)
Syaikh
Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah
, didalam kitabnya, At-Tamhiid
yang
merupakan syarah (penjelasan) kitab Tauhid
itu,
telah menjelaskan tentang definisi tahqiiqut
tauhiid
(pelaksanaan
tauhid dengan sempurna).
Beliau
menjelaskan bahwa tahqiiqut
tauhiid
terbagi menjadi dua tingkatan, beliau mengatakan :
“Maka
tahqiiqut
tauhiid
meliputi dua tingkatan, yaitu : tingkatan wajib dan tingkatan
mustahab (sunnah). Dengan demikian, orang-orang yang melaksanakan
tauhid dengan sempurna meliputi dua tingkatan pula”.
Tingkatan
wajib dalam melaksanakan tauhid dengan sempurna
Syaikh
Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah
mengatakan :
“Tingkatan
yang wajib adalah meninggalkan sesuatu yang wajib ditinggalkan berupa
tiga perkara yang telah disebutkan sebelumnya, maka (dengan demikian
tingkatan wajib itu) meninggalkan syirik -baik syirik yang samar
maupun yang nampak jelas, kecil maupun besar-, meninggalkan bid'ah
dan meninggalkan maksiat”.
Atau
dengan kata lain, tahqiiqut
tauhiid
pada tingkatan yang wajib adalah membersihkan agama seseorang dari
seluruh dosa, baik dosa syirik, bid'ah maupun kemaksiatan, dengan
segala macamnya.
Apakah
maksud “bersih
dari dosa”
?
Berdasarkan
penjelasan di atas, inti tahqiiqut
tauhiid
pada tingkatan yang wajib adalah bersih dari segala dosa dengan
segala macamnya!
Sedangkan
maksud bersih dari dosa dengan segala macamnya (syirik, bid'ah dan
maksiat) adalah seorang hamba meninggal dalam keadaan sudah bertaubat
dari seluruh dosa atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur
(mukaffirat) dosa.
Jadi,
yang dijadikan patokan disini adalah akhir hidup seseorang, karena
Rasulullah
shallallaahu
‘alaihi wa sallam
telah bersabda:
وَإِنَّمَا
الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ.
"Sesungguhnya
amalan itu hanya berdasarkan penutupnya." (HR.
Al-Bukhari)
Syaikh
Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah
mengatakan,
“Maka
barangsiapa yang melakukan sesuatu kemaksiatan, dosa atau bid'ah,
kemudian belum bertaubat darinya, atau belum terlebur dosanya, maka
ia belumlah dikatakan telah melaksanakan tauhid secara sempurna,
jenis tingkatan wajib”.
Hal
ini menunjukkan bahwa
العبرة
بكمال النهاية ، لا بنقصان البداية
“Yang
dijadikan patokan adalah kesempurnaan pada akhir kehidupan dan bukan
pada kekurangan di awal kehidupan”.
Kesimpulan
tingkatan
wajib dalam melaksanakan tauhid dengan sempurna:
“Tingkatan
ini adalah tingkatan orang-orang yang bersih dari dosa, dengan
melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharaman”.
Tingkatan
sunnah (mustahab) dalam
melaksanakan tauhid dengan sempurna
Syaikh
Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah
mengatakan :
“Tingkatan
Mustahab dalam
tahqiiqut
tauhiid -sebuah tingkatan yang mana orang-orang pentahqiiq tauhid
didalamnya berbeda-beda keutamaannya dengan perbedaan yang besar-
yaitu:
Tidak
adanya pada hati seseorang suatu arah atau tujuan kepada selain Allah
Jalla wa 'Alaa, maksudnya adalah hati menghadap kepada Allah secara
totalitas, tidak terdapat kecondongan kepada selain Allah, sehingga
(jika) berucap, (ikhlas) karena Allah.
(Jika)
bertingkahlaku, (ikhlas) karena Allah.
(Jika)
beramal, (ikhlas) karena Allah
Bahkan
seluruh gerakan hatinya karena Allah Jalla Jalaaluh”
Beliau
juga menjelaskan bahwa sebagian ulama mengungkapkan tingkatan
mustahab ini dengan :
“Meninggalkan
sesuatu yang tidak apa-apa (mubah)
karena khawatir (berakibat) ada apa-apanya (jika dilakukan)”,
maksudnya disini
adalah mencakup
amal hati, lisan dan anggota tubuh dzahir.
Kesimpulan
tingkatan sunnah dalam
melaksanakan tauhid dengan sempurna:
“Tingkatan
ini
adalah tingkatan
orang-orang yang melaksanakan perkara yang wajib dan yang sunnah
serta meninggalkan keharaman, kemakruhan dan sebagian perkara yang
mubah/halal”.
Demikianlah
Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah
menjelaskan
dalam
kitabnya : I'anatul
Mustafid ,
ketika beliau menjelaskan tentang golongan As-Saabiqun
bil khairaat,
“Golongan
yang selamat dari syirik besar dan kecil, bid'ah,serta (golongan
yang) meninggalkan keharaman dan kemakruhan serta sebagian perkara
yang mubah/halal.
(Disisi
lain) mereka bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amal ketaatan,
baik amal yang wajib maupun yang sunnah.
Mereka
adalah orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan (As-Saabiqun
bil khairaat), Maka barangsiapa yang sampai pada tingkatan ini, maka
ia masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab”.
Pelaksanaan
tauhid dengan sempurna hakekatnya adalah pelaksanaan syahadatain
Syaikh
Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah
, didalam kitabnya, At-Tamhiid
tersebut
menjelaskan hal itu sebagai berikut,
“Pelaksanaan
tauhid dengan sempurna, hakekatnya adalah pelaksanaan syahadatain
'Laa
ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah'
, karena pada ucapan seorang Ahli Tauhid 'Laa
ilaaha illallaah', terdapat
tuntutan pelaksanaan tauhid dan jauh dari syirik, dengan segala
macamnya,
Dan
karena pada ucapannya : 'Asyhadu
anna Muhammadar Rasulullah'
mengandung tuntutan jauh dari kemaksiatan dan bid'ah, hal itu
disebabkan karena konsekwensi syahadat Muhammadar Rasulullah adalah
'
Beliau ditaati dalam perkara yang beliau perintahkan, dibenarkan
dalam pengkabarannya, dijauhi larangannya dan tidaklah menyembah
Allah melainkan dengan Syari'at yang diajarkannya”.[At-Tamhiid:
33]
KESIMPULAN
TENTANG GAMBARAN AHLI TAUHID YANG SEMPURNA
Melaksanakan
tauhid dengan sempurna itu bukan hanya seoran hamba perhatian kepada
menjauhi syirik dengan segala macamnya, namun tauhidnya
yang sempurna itu menuntutnya untuk
meninggalkan keharaman, kemakruhan dan sebagian perkara yang
mubah/halal, ini semua sebagai bentuk pelaksanaan
syahadatain 'Laa
ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah',
yaitu ikhlas dan sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dalam
seluruh aktifitas seorang hamba, karena beliau shallallahu
'alaihi wa sallam
adalah Utusan Allah dan suri teladan terbaik dalam segala hal.
Ahli
Tauhid yang sempurna inilah
yang mendapatkan keamanan dan petunjuk yang sempurna pula, di dunia
maupun di akherat, sebagaimana telah dijelaskan pada seri artikel
yang sebelumnya.
Sumber : www.muslim.co.id.
Bersambung,
in sya Allah di seri :
“Bertauhid yang sempurna berarti bertawakal
hanya kepada Allah dengan berusaha yang bermanfaat secara maksimal!”
Post a Comment