Mukmin adalah cermin bagi saudaranya! (1)



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du :


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ ، وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ ، يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ ، وَيَحُوطُهُ مِنْ وَرَائِهِ


Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya, dan seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, mencegah hilangnya pekerjaan dan harta saudaranya, serta menjaga segala urusan saudaranya ketika tak berada di tempat.1

[HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Al-Albani]


CERMIN FISIK & MAKNAWI2

Cermin secara fisik adalah sebuah alat yang memantulkan gambar sesuatu dengan sempurna, sama besar dan bentuknya serta sesuai dengan aslinya.

Apabila seseorang yang bercermin itu berwajah bersih, maka cermin akan memantulkan gambarnya dengan wajah bersih pula, namun apabila ia berwajah penuh kotoran, maka cermin akan memantulkan gambarnya dengan wajah penuh kotoran pula, sesuai dengan kenyataannya, baik orang yang bercermin itu suka atau tidak.

Normalnya, orang yang bercermin lalu melihat ada kotoran pada wajahnya, ia akan membersihkan wajahnya dari kotorannya, bukan malah marah kepada cermin dan menyalahkan cermin yang memantulkan gambar kotoran wajahnya, apalagi sampai memecahkannya!

Itulah “cermin fisik” yang menampakkan kotoran fisik manusia dan dapat dilihat oleh mata manusia.

Namun, ada kotoran pada diri manusia yang tidak bisa ditampilkan oleh cermin fisik, kotoran maknawi tersebut adalah kotoran dosa dan sifat aib.

Seorang manusia untuk bisa melihat kotoran dosa dan sifat aibnya membutuhkan “cermin maknawi” yang menginformasikan dengan jujur tentang dosa dan kesalahannya.

Dan cermin maknawi itu ada pada diri seorang mukmin, saat menasehati saudaranya yang beriman.

Hanya saja di zaman ini, jarang ditemukan orang yang benar-benar mau dengan ikhlas dan sesuai dengan Syari'at Islam, menasehati saudaranya dengan menunjukkan kesalahannya, kecuali biasanya jika ia sedang bermusuhan atau sedang marah atau hasad/iri, barulah ia menyebutkan keburukan saudaranya, itupun didorong karena rasa jengkel!3



Ada ungkapan indah :

الصديق مَن صَدَقَك لا مَن صدَّقك

Teman baik itu orang yang jujur padamu dan bukan yang selalu membenarkanmu!”

Maksudnya : teman yang baik adalah sosok yang jujur dalam menasehatimu sehingga hal itu membantumu untuk taat kepada Allah, dan bukan sosok yang selalu berbasa-basi membenarkan seluruh tidak tandukmu meski sesungguhnya engkau terjatuh dalam suatu kesalahan, dengan dalih agar tidak merenggangkan pertemanan denganmu, padahal justru sikap tersebut menjerumuskanmu dalam jurang Neraka!


ANTARA CERMIN DAN MUKMIN

Ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam) menuntut hubungan antara muslim yang satu dengan yang lainnya dibangun atas saling mencintai karena Allah, diwujudkan dalam berbagai ucapan maupun perbuatan yang mempererat persaudaraan seiman dan menghindari segala hal yang merusak Ukhuwwah Islamiyyah.


Hadits yang agung di atas, hakekatnya menggambarkan salah satu tuntutan persaudaraan Islam (Ukhuwwah Islamiyyah), yaitu : saling menasehati dan saling menginginkan kebaikan untuk saudaranya seiman serta saling menghindarkan segala keburukan darinya, karena seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.


Saudaraku seiman, oleh karena itu engkau adalah cermin bagi saudaramu, maka perhatikanlah keadaan saudaramu dan saudaramu cermin bagimu yang memperhatikan keadaanmu!4

Jika anda melihat kebaikan atau keburukan saudaramu, maka tugasmu adalah memantulkan “foto” saudaramu sebagai bentuk nasehat untuk saudaramu dan sebagai untutan Ukhuwwah Islamiyyah, persaudaraan seiman!


Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :


الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ


Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.

Maksudnya adalah seorang yang beriman, karena kecintaannya kepada saudaranya karena Allah, maka ia begitu perhatian kepada saudaranya, setiapkali melihat kesalahan pada diri saudaranya, maka ia memandangnya dengan pandangan cinta dan kasih sayang yang tulus ikhlas, ia tidak tinggal diam, akan tetapi ia bersegera menasehatinya empat mata dan mengingatkannya dengan lembut dan hikmah, tidak kasar agar saudaranya tersebut mudah menerima nasehatnya dan segera memperbaikinya.


Demikian pula, iapun tidak tinggal diam apabila ia melihat ada bahaya mengintai saudaranya, baik berupa teman buruk, da'i yang menyeru kepada Jahannam, bahaya duniawi maupun ancaman bahaya lainnya, maka ia segera memperingatkan saudaranya dengan lembut dan hikmah, tidak kasar, karena cintanya lillahi Ta'ala sebagai tuntutan persaudaraannya seiman dan ingin saudaranya masuk Surga bersama dirinya.5


Sebagaimana juga, apabila ia melihat kebaikan pada saudaranya, maka iapun menyebutkannya dalam bentuk mendorongnya, menyemangatinya, menguatkan keimanannya, dan menolongnya sehingga saudaranya riang, semangat, ringan dan terbantu melakukan kebaikan tersebut.6

Sumber : www.muslim.or.id

(Bersambung, in sya Allah)

1. Kehormatan, keluarga & seluruh urusannya.

2. Terjemah dan penjelasan hadits yang agung ini diolah dari Faidhul Qadiir Syahul Jami' Ash-Shagiir, Mirqatul Mafatih Syarhu Misykatil Mashabih, dan 'Aunul Ma'bud dan beberapa keterangan ulama dan artikel terkait.

4. Faidhul Qadiir Syahul Jami' Ash-Shagiir

5, https://mufti.af.org.sa/ar/content/المسلم-مرآة-أخيه dan https://binbaz.org.sa/videos/109/المومن-مراة-اخيه

6. https://saadalkhathlan.com/2380

Tidak ada komentar