RINGKASAN DALIL KITAB TAUHID BAB KE-5 : (WAJIBNYA) DAKWAH TAUHID

 


Bab ke-5 :


الدعاء إلى شهادة أن لا إله إلا الله


(WAJIBNYA) DAKWAH MENGAJAK KEPADA SYAHADAT LA ILAHA ILLALLAH (TAUHID)


Hubungan bab ini dengan sebelumnya

- Bahwa bentuk kesempurnaan rasa takut terhadap kesyirikan adalah berdakwah mengajak manusia untuk bertauhid & dengan mengingatkan diri dan orang lain akan bahaya syirik, sebagai bentuk kasihsayangnya terhadap diri sendiri dan orang lain agar tidak terjatuh kedalam dosa terbesar (syirik) dan agar tidak terkena adzab akibat meninggalkan dakwah Tauhid dan pengingingkaran terhadap syirik.


- Juga dari sisi kesempurnaan tauhid seseorang adalah cinta ajaran Tauhid tersebar di muka bumi, karena kecintaannya yang mendalam kepada Allah, sehingga ia cinta semua orang mengesakan-Nya dan mengingat besarnya keutamaan Tauhid.


- Diantara tuntutan Syahadat Kalimat Tauhid : “La ilaha illallah” adalah mensyi'arkannya, karena itulah salahsatu kandungan makna persaksian.


Hukum berdakwah

Ulama rahimahumullah berselisih pendapat tentang hukum berdakwah, sebagian ulama ada yang berpendapat hukumnya fardhu 'ain, namun sebagian ulama yang lainnya menyatakan fardhu kifayah.

Pendapat yang terkuat, sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :


الدعوة إلى الله تجب على كل مسلم ، لكنها فرض على الكفاية ، وإنما يجب على الرجل المعين من ذلك ما يقدر عليه إذا لم يقم به غيره


Dakwah mengajak manusia kepada Allah hukumnya wajib bagi setiap muslim, akan tetapi jenis wajibnya adalah fardhu kifayah.

Sedangkan bagi orang tertentu menjadi fardhu ('ain) sesuai dengan kemampuannya jika tidak ada seorangpun yang berdakwah (di tempat itu)” [Majmu'ul Fatawa:15/166]1

Dengan demikian, hukum dakwah ilallah, mengajak manusia kepada Allah (termasuk dakwah Tauhid dan ajaran Syari'at Islam yang lainnya) adalah fardhu kifayah, namun bisa menjadi fardhu 'ain dalam kondisi tertentu, yaitu tidak ada seorangpun yang berdakwah Tauhid atau mengingkari kesyirikan di tempat itu atau ada orang yang berdakwah di tempat tersebut, namun belum mampu memenuhi kewajiban dakwah di tempat tersebut karena sedikitnya da'i dan luasnya wilayah yang didakwahi.


Jadi, jika telah ada sekolompok kaum muslimin yang melaksanakan kewajiban dakwah, maka bagi kaum muslimin lainnya hukumnya sunnah.


Kandungan Bab

Bab ini berisikan 3 dalil :

1. QS. YUSUF : 108


قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ


Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, (yaitu) berdakwah mengajak (manusia) kepada Allah dengan ilmu Syar'i, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".


Ciri khas jalan hidup yang ditempuh Imam Ahlit Tauhid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam & orang-orang yang mengikutinya (para muwahhidiin -tokoh utamanya para Sahabat-) adalah berdakwah mengajak (manusia) kepada Allah (termasuk dakwah Tauhid dan ajaran Syari'at Islam yang lainnya) di atas ilmu Syar'i.

Dan dalam ayat ini, Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyatakan bahwa ciri khas jalan hidupnya adalah berdakwah mengajak (manusia) kepada Allah di atas ilmu Syar'i. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah mengajak (manusia) kepada Allah di atas ilmu Syar'i itu hukumnya wajib.


Maka tidak ada satupun orang yang mengaku mencintai Allah dan mencintai Tauhid serta mengaku sebagai pengikut Imam Ahlit Tauhid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan baik, kecuali ia cinta Tauhid tersebar di muka bumi, cinta negrinya bertauhid dn cinta saudaranya bertauhid. Sebagaimana ia sesak dadanya jika melihat fenomena kesyirikan.


2. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Semangatnya Imam Ahlit Tauhid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mendakwahi masyarakat, sampaipun masyarakat yang berbeda aqidah di negri seberang (Yaman) dengan mengutus da'inya (Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu).

Masyarakat Yaman ketika itu berpotensi menentang dakwah, karena mereka ahlul Kitab, berarti mereka punya ilmu, yang memungkinkan mendebat da'inya, sehingga tergambar beratnya mendakwahi mereka.

Dengan kondisi dakwah seperti itupun, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetap bersemangat memerintahkan Mu'adz radhiyallahu 'anhu mendakwahi mereka tentang Tauhid sebagai materi pertama kalinya.


3. Hadits Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits ini disebutkan Dakwah ilal Islam sebelum perang dan hal ini menunjukkan wajibnya Dakwah ilal Islam.

Dakwah ilal Islam berarti dakwah ilat Tauhid, karena paling agung dari rukun-rukunnya adalah syahadataian, padahal di saat peperangan, suatu keadaan yang berat. Ini menunjukkan kegigihan beliau memperjuangkan ajaran terpenting dari agama Islam, yaitu Tauhid, agar tersebar di muka bumi, agar seluruh manusia menyembah Allah semata.

Bahkan dalam hadits lainnya, ketika tauhid telah kokoh di dada kaum muslimin dan bendera Islam telah berkibar tinggi, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar kabar bahwa di Yaman ada sebuah patung yang disembah yang bernama Dzul Khalashah. Beliau gundah gulana. 

Beliau kemudian mengutus Jarir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu ke Yaman, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya :


ألا تريحني من ذي الخلصة ؟

Tidakkah engkau ingin membuatku tenang dari Dzul Khalashah?” [HR. Bukhari (4355-4357) dan Muslim (136-137) dan yang lainnya]















1. https://Islamqa.info/ar/177381

Tidak ada komentar