Antara Umar Bin Khathab Radhiallahu’anhu Dan Harta (2)

Antara Umar Bin Khathab Radhiallahu’anhu Dan Harta (2)

Membicarakan pribadi beliau dan kehidupannya adalah suatu hal yang tidak bisa dituangkan dalam satu buku saja, apalagi hanya dalam artikel yang singkat ini.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقتدوا باللذين من بعدي من أصحابي أبي بكر وعمر
“Ikutilah orang-orang yang sesudahku dari para sahabatku,yaitu: Abu Bakar dan Umar”(Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’).
Pada artikel bagian yang pertama, telah disebutkan bahwa iman kepada Allah adalah pondasi sikap beliau terhadap harta. Di bagian tersebut telah disampaikan bagaimana tingginya rasa takut beliau kepada Allah. Hal ini menjadi modal besar di dalam menyikapi harta dengan benar di dunia ini. Mari kita perhatikan bentuk keimanan beliau yang lainnya dalam artikel kedua ini.

Zuhud Beliau (meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat di Akhirat)

Di antara sikap Umar radhiyallahu ‘anhu adalah zuhud terhadap dunia dan perhiasannya serta mengharap pahala di sisi Allah. Banyak contoh yang menunjukkan hal itu, namun satu saja yang akan dinukilkan di sini, yaitu sebuah kisah yang dituturkan langsung oleh beliau radhiyallahu ‘anhu,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعطيني العطاء فأقول أعطه أفقر إليه مني، حتى أعطاني مرة مالاً، فقلت: أعطه من هو أفقر إليه مني، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (خذه فتموله، وتصدق به، فما جاءك من هذا المال، وأنت غير مشرف ولا سائل فخذه، ومالا فلا تتبعه نفسك)
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dulu pernah memberiku suatu pemberian, lalu akupun mengatakan, ‘Berikanlah itu kepada yang lebih membutuhkan dari aku. Di saat yang lain beliau pun memberiku harta lagi, lalu akupun mengatakan, ‘Berikanlah itu kepada orang yang lebih membutuhkan dari aku.’  Akhirnya beliau pun bersabda, ‘Ambilah harta itu, lalu milikilah sebagai hartamu dan bersedekahlah dengan harta itu. Sesuatu yang datang kepadamu dari harta ini, sedangkan Anda tidak tergiur bersemangat mengharap-harapnya dan tidak pula memintanya, maka ambillah. Adapun jika sebaliknya, maka janganlah nafsumu mencari-carinya (jika harta tersebut tidak datang kepadamu)’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan yang lainya).

Wara’ beliau (meninggalkan sesuatu yang membahayakan nasibnya di Akhirat)

Di antara sikap Umar radhiyallahu ‘anhu yang menunjukkan kesempurnaan agamanya adalah wara’nya beliau dalam meninggalkan sesuatu yang jelas keharamannya maupun yang masih samar atau belum jelas halal dan haramnya (syubhat).
Beliau dahulu memiliki onta yang biasa diperas susunya untuk diminum. Suatu hari, seorang pembantu yang kurang dikenalinya datang pada beliau.
Maka berkatalah Umar radhiyallahu ‘anhu,
ويحك من أين هذا اللبن لك؟
Celaka engkau! Darimana kau dapatkan susu ini?”.
Lalu pembantunya tersebut menjawab,
يا أمير المؤمنين إن الناقة انفلت عليها ولدها، فشربها، فحلبت لك ناقة من مال الله
Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya anak onta Anda lepas dari induknya, kemudian (setelah kembali) anak onta itu pun menyusu kepada induknya. Aku pun memeras susu untukmu dari onta lain yang merupakan harta Allah”.
Berkatalah Umar radhiyallahu ‘anhu,
ويحك، تسقني ناراً
Celaka engkau! Engkau memberiku minum dari api neraka” (Riwayat hasan, diriwayatkan Ibnu Zanjawiyyah di Al-Amwaal dan Ibnu Syabbah di Taariikh Al-Madiinah). [1]

Kedermawanan beliau

Umar radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang sangat dermawan, banyak berinfak di jalan Allah, dan  banyak melapangkan rakyatnya. Beliau berlomba dengan Abu Bakar Ash-Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma dalam bersedekah. Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bersedekah dengan harta termahal yang dimilikinya, yaitu tanah miliknya di daerah Khaibar (Riwayat Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Beliau juga sangat dermawan dalam menjamu tamu. Ketika beliau kedatangan tamu, Utbah bin Farqod, Umar pun berucap, Sungguh kami akan menyembelih satu ekor onta setiap hari. Adapun onta yang berlemak (gemuk) dan onta terbaik, maka itu untuk kaum muslimin yang mengunjungi kami dari berbagai penjuru” (Diriwayatkan oleh Hanad dan yang lainnya. Riwayat shahih dari jalan Hanad).
Insyaallah, dalam artikel selanjutnya akan disebutkan sebagian sikap Umar dalam mengelola harta negara.
***
(Bersambung ke Antara Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu dan harta (3)).
(Diolah dari Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF)).
Catatan kaki
[1]  Dinukil dari Dirasah Naqdiyyah fil Marwiyyaatil Waaridah fi syakhshiyyati ‘Umar Ibnil Khaththab, DR. Abdus Salam bin Muhsin Ali ‘Isa , penerbit: Al-Jaami’ah Al-Islamiyyah (PDF), hal. 1/331
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id

Tidak ada komentar