BAGAN TINGKATAN IMAN/TAUHID (1)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Al-Hamdulillah, wash shalatu was
salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du :
DEFINISI IMAN
Al-Bukhari rahimahullah mengatakan,
وَهُوَ قوْلٌ وَفِعْلٌ وَيَزِيْدُ
وَيَنْقُصُ
“Iman itu ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan
berkurang.” (Shahih Al-Bukhari)
PENJELASAN :
- Iman itu terdiri dari ucapan hati
dan ucapan lisan, maupun perbuatan hati dan perbuatan anggota tubuh lahir.
Jadi iman itu adalah ucapan &
perbuatan, baik lahir maupun batin.
- Maksud dari
ucapan dan perbuatan, baik lahir maupun batin (hati), yaitu :
Ucapan hati : Keyakinan
dan pembenarannya.
Perbuatan hati : Gerakan hati
yang membuahkan amal dhohir dan ucapan lisan,contohnnya adalah : Niat,
ikhlas, tawakkal, takut, cinta, harap, dan selainnya.
Ucapan lahir (lisan) : Ucapan
Syahadatain, bacaan Alquran, dzikir, dan selainnya.
Perbuatan anggota tubuh lahir : Shalat,
puasa, zakat, haji, dan selainnya.
- Iman
itu bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan
kemaksiatan kepada Allah, bahkan bisa musnah dengan kekafiran.
-
Pertambahan keimanan itu menyebabkan tercapainya kesempurnaan iman, baik kesempurnaan
yang wajib maupun sunnah.
-
Berkurangnya keimanan itu menyebabkan berkurangnya kesempurnaan iman, baik yang
wajib maupun sunnah.
-
Musnahnya keimanan itu karena hilangnya dasar iman, dengan melakukan perbuatan
atau mengucapkan ucapan kekafiran (mengeluarkan pelakunya dari Islam).
DALIL DEFINISI IMAN
Dalil yang
menunjukkan definisi iman adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا
إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ
الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi
adalah perkataan ‘Laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Alasan Pendalilan :
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa iman itu
ucapan dan
perbuatan, baik lahir maupun batin.
- Cabang Iman Qauliyyah
(ucapan lisan) : ditunjukkan oleh “Ucapan Laa ilaha illallah”.
- Cabang Iman ‘Amaliyyah
(perbuatan
anggota tubuh lahir) : ditunjukkan oleh “menyingkirkan gangguan”.
- Cabang Iman 'amalul Qalb
(perbuatan hati) : ditunjukkan oleh “malu”.
- Cabang Iman I’tiqadul
Qalb (ucapan hati/keyakinan) : ditunjukkan oleh “Ucapan Laa ilaha illallah”.
Dan hadits yang agung ini juga menunjukkan
bahwa iman itu bertambah dan berkurang serta bertingkat-tingkat :
- Sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam :
فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Yang paling tinggi adalah
perkataan ‘Laa ilaha illallah’”
dan
وَأَدْنَاهَا
إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
“Yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan”
ini menunjukkan bahwa iman
itu bisa naik ke tingkatan paling tinggi -inilah pertambahan iman- dan bisa turun ke paling rendah, dan inilah turunnya iman. Sekaligus hal ini menunjukkan bahwa iman itu
bertingkat-tingkat.
Bagan tingkatan iman berdasarkan Alquran surat Fathir : 32 & Hadits Malaikat Jibril ‘alaihis salam riwayat
Imam Muslim rahimahullah
Allah Ta’ala berfirman dalam Fathir : 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ
اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ
مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ
الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan, dan
diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Penjelasan
ayat di atas :
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa manusia dalam keimanan ada tiga
tingkatan :
1.
Zhalim linafsihi (golongan yang menzhalimi diri sendiri) : Seorang hamba
yang berbuat maksiat dengan meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.
2. Muqtashid
(golongan pertengahan) :
Seorang hamba
yang melakukan kewajiban dan meninggalkan keharaman.
3.
Sabiqun bilkhairat (golongan yang
lebih dahulu berbuat kebaikan)
Yaitu seorang
hamba yang melaksanakan perkara yang wajib dan sunnah, serta meninggalkan
perkara yang haram dan makruh dengan segenap kemampuannya. [Majmu’ul Fatawa
10/6-7 dengan bahasa bebas][1]
Hadits Malaikat Jibril ‘alaihis salam riwayat
Imam Muslim rahimahullah
Umar bin Al-Khathhab radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
bahwa Malaikat Jibril ‘alaihis salam bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan,
beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يا محمد، أخبرني عن الإسلام
“Wahai (Nabi) Muhammad, kabarkan kepadaku
tentang Islam”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab :
الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمدًا
رسول الله، وتُقيم الصلاة، وتُؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البيت إن استطعتَ
إليه سبيلًا
“Islam adalah
engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah,
dan bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah apabila mampu”
Malaikat
Jibril‘alaihis
salam berkata :
صدقتَ
“Engkau benar"
Kamipun heran kepadanya, dia bertanya namun ia
pula yang membenarkannya,
Malaikat
Jibril‘alaihis
salam berkata :
فأخبرني عن الإيمان
“Lalu
kabarkan kepadaku tentang iman”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab :
أن تُؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم
الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره
“Engkau beriman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, Hari Akhir, serta engkau beriman
kepada taqdir, baik perkara yang ditaqdirkan itu kebaikan maupun keburukan”
Malaikat Jibril‘alaihis
salam berkata :
صدقتَ
“Engkau benar”
Malaikat Jibril‘alaihis salam pun berkata :
فأخبرني عن الإحسان
“Lalu kabarkan kepadaku tentang ihsan”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab :
أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه
يراك
“Engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, namun jika engkau tidak
mampu (beribadah dengan seakan-akan) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia pastilah
melihlatmu”.
Penjelasan
hadits di atas :
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits Malaikat
Jibril‘alaihis
salam Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi agama Islam dan pemeluknya menjadi
tiga tingkatan :
Pertama :
Islam, pelakunya adalah muslim dalam tingkatan ini meninggalkan
kewajiban keimanan, maka disebut muslim yang zhalim linafsihi (golongan
yang menzhalimi diri sendiri).
Kedua :
Iman, pelakunya adalah muqtashid, yaitu seorang mukmin yang
sempurna imannya dengan melaksanakan kewajiban keimanan.
Ketiga, tingkatan
tertinggi : Ihsan, pelakunya adalah sabiqun bilkhairat, yaitu : seorang muhsin
yang beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat Allah.
Barangsiapa
yang telah mencapai suatu tingkatan di atas, maka tingkatan di bawahnya telah
diraih. [Majmu’ul Fatawa 7/357 dengan bahasa bebas][2]
(Bersambung,
in sya Allah)
Post a Comment