Mengambil
pelajaran dari manasik haji
Sesungguhnya
manasik haji itu hakekatnya adalah sebuah madrasah yang menempa
orang-orang yang menunaikannnya dengan ikhlas dan dengan cara yang
sesuai Syari'at, menjadi insan yang bertakwa, suci jiwanya, bersih
hatinya, kuat imannya.
Dari
yang tadinya buruk sebelum haji, lalu menjadi baik, sepulang haji,
atau dari baik menjadi bertambah baik !
Perlu
diketahui bahwa orang yang berhaji mabrur setidaknya mendapatkan dua
keberuntungan besar , yaitu:
1.
Pahala yang besar di surga dan ampunan dan peleburan dosa.
2.
Pelajaran yang bermanfaat dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan
mu'amalah.
Dari
sinilah dikatakan bahwa haji merupakan madrasah
tarbawiyyah imaniyyah, sebuah
sarana pendidikan iman.
Bahkan
salah satu maksud besar dari ibadah haji adalah untuk mendapatkan
hal-hal yang bermanfaat.
Allah
Ta'ala
berfirman :
وَأَذِّنْ
فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ
رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ
مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
(27)
Dan
serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang
(unta-unta tersebut) datang dari segenap penjuru yang jauh. [Al-Hajj
: 27]
Maksudnya
: unta itu kurus, karena menjalani safar yang jauh dan berat,
sebagaimana alasan kekurusan unta ini disebutkan di petikan akhir
ayat, yaitu : unta-unta tersebut datang dari segenap penjuru yang
jauh.
Llau
Allah Ta'ala
dalam ayat selanjutnya menjelaskan tentang salah satu maksud besar
haji adalah
لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ
اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
(28)
supaya
mereka memperoleh berbagai manfaat untuk mereka. [Al-Hajj
: 28]
Dan
manfaat di ayat ini disebutkan dalam bentuk kata jamak
مَنَافِعَ
,
dan bukan kata tunggal serta tidak beralif lam, yang
artinya manfaat yang banyak, dan ini menunjukkan keanekaragaman
manfaat,
baik manfaat ukhrawi maupun duniawi (daging sesembelihan hadyun bagi
haji tamattu' dan qiran serta perdagangan yang tidak menyibukkan dari
beribadah haji), namun manfaat ukhrawi / keimanan tak bisa
dibandingkan dengan manfaat duniawi semata.
Dan
memang didalam manasik
haji
terdapat berbagai macam manfaat yang banyak, baik dalam hal aqidah,
ibadah, akhlak, dan mu'amalah.
-
Dari rangkaian ibadah haji, bisa diambil pelajaran aqidah
(keyakinan),
sehingga orang yang telah berhaji aqidahnya lurus, tawakkalnya benar,
dan anti syirik, karena lafadz talbiyyah yang bernuansa tauhid, yang
saat berhaji diulang-ulang ratusan kali, sehingga diharapkan
benar-benar menghujam dalam hatinya.
-
Dari rangkaian ibadah haji, bisa diambil pelajaran ibadah,
sehingga seseorang sepulang haji semangat menjaga ibadah-ibadah yang
diperintahkan oleh Allah kepadanya, karena sudah terlatih menjaga
ibadah selama menunaikan haji.
-
Dalam manasik haji terdapat pelajaran akhlak mulia,
sehingga seseorang sepulang haji menjadi penyabar, halus tutur
katanya, karena selama berhaji, beralih dari satu tempat ke tempat
ibadah, ia terlatih mengendalikan emosinya dan terlatih untuk
bersabar.
Itu
secara umum, gambaran pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari
haji.
Monggo,
kita ambil lebih
rinci
sebagian dari pelajaran-pelajaran yang sangat bermanfaat dari
Madrasah
Haji.
1.
PELAJARAN TERBESAR DARI TALBIYYAH (wajibnya bertauhid dan haramnya
syirik)
Pelajaran
yang bermanfaat dari Madrasah Haji itu sangatlah banyak, dan
pelajaran
terbesar dari Madrasah Haji adalah wajibnya bertauhid dan haramnya
syirik,
yaitu “Mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala
semata,
dan tidak menyekutukan-Nya, didasari keyakinan hanya Allah sematalah
yang berhak disembah”.
Pelajaran
tauhid ini diambil dari talbiyyah yang lafazh ini termasuk pertama
kali diucapkan oleh seorang yang sedang berhaji, yaitu:
لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لَا
شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الحَمْدَ
وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكَ لاَ
شَرِيْكَ لَكَ
“Aku
memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, aku
memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi
panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian yang sempurna, kenikmatan
dan alam semesta hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”.
Maksud
:
“Tiada
sekutu bagimu” adalah
Ya Allah, Engkau tidak memiliki sekutu dalam peribadahan yang kami
lakukan, maka kami hanya beribadah kepada-Mu saja, dan tidak
menyekutukan-Mu dalam ibadah tersebut.
Seorang
yang sedang berhaji ketika melafazhkan talbiyyah ini
selayaknyalah menghayati dalam
hatinya tentang kewajiban mengesakan Allah semata dalam peribadahan,
dan tidak menyekutukan-Nya, bahwa:
Sebagaimana
Allah Ta'ala
Esa dalam memberi rezeki,
tidak ada sekutu bagi-Nya, maka
Allah Ta'ala
juga Esa dalam hak diibadahi,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya, sehingga seseorang tidak boleh
mempersembahkan satupun dari peribadahan kepada selain Allah, tidak
boleh berdoa kepada selain Allah,
tidak boleh ibadah istighotsah ditujukan kepada selain Allah, tidak
boleh ibadah menyembelih hewan dipersembahkan kepada selain Allah,
karena semua itu adalah kesyirikan!
Wajib
ibadah berdoa dan beristighotsah ditujukan kepada Allah semata,
wajib sholat hanya menyembah Allah saja, dan seluruh ibadah lainnya :
puasa zakat, dan seluruh ibadah wajib dipersembahkan kepada Allah
saja, tidak boleh dipersembahkan kepada selain-Nya.
Inilah
ikhlas dalam beribadah, bahwa yang dituju dalam beribadah adalah
Allah, menyembah
Allah saja demi mengharapkan ridho-Nya.
Sebagaimana
ibadah haji itu wajib ikhlas
dipersembahkan kepada Allah saja, maka ibadah-ibadah yang lainnya
juga harus dikerjakan dengan ikhlas dan dipersembahkan kepada Allah
saja.
Jika
dipersembahkan kepada selain-Nya,
maka berarti menyekutukan Allah dengan selain Allah atau syirik.
Makna
tauhid inilah yang hendaknya dihayati oleh seorang yang sedang
berhaji ketika melafazhkan lafazh talbiyyah.
Hendaklah
seseorang ketika melafazhkan
:
لاَ
شَرِيْكَ لَكَ
dalam
lafazh talbiyyah tersebut, yang artinya: “Tiada sekutu bagi-Mu”,
maka
: hendaknya ia intropeksi diri, apakah sudah memahami apa itu
menyekutukan Allah atau syirik itu?
Apakah ia sudah mengenal sarana yang menghantarkan kepada kesyirikan,
dan apakah ia sudah mengetahui macam-macam kesyirikan dalam beribadah
kepada Allah, karena
syirik adalah larangan Allah yang terbesar, keharaman yang terharam
dan kezhaliman yang paling zholim,
Allah Ta'ala
berfirman
:
إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
(13)
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang (ter)besar".
[Luqman:13]
Pantas
kalau Allah sebutkan status syirik akbar dengan :
1.
Allah tidak mengampuni pelaku syirik akbar jika tidak bertaubat.
Dalilnya : An-Nisa`: 48
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
(48)
Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang dibawah tingkatan (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.
2.
Allah mengharamkan surga bagi kaum musyrikin. Dalilnya : Al-Maidah:
72
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ
اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ
أَنْصَارٍ
(72)
Sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempat kembalinya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu satu penolongpun.
3.
Pelaku syirik akbar kekal selamanya di neraka jika mati tidak
bertaubat. Dalilnya : Al-Bayyinah:6
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ
شَرُّ الْبَرِيَّةِ
(6)
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.
4.
Syirik besar menggugurkan seluruh amal ibadah yang pernah dilakukan
oleh pelakunya. Dalilnya : Az-Zumar:65
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
(65)
Dan sesungguhnya
telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
Tauhid
inilah inti dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
Allah
Ta'ala berfirman :
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ
إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا
إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
(25)
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu
sekalian ". [Al-Anbiya':25].
Jaminan
keamanan dan petunjuk bagi orang yang mentauhidkan Allah dan tidak
syirik, Allah Ta'ala berfirman
:
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ
وَهُمْ مُهْتَدُونَ
(82)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.[Al-An'aam: 82]
Pelajaran
yang bermanfaat dari Madrasah Haji itu sangatlah banyak, dan
pelajaran
terbesar dari Madrasah Haji adalah wajibnya bertauhid dan haramnya
syirik,
yaitu “Mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala
semata,
dan tidak menyekutukan-Nya, didasari keyakinan hanya Allah sematalah
yang berhak disembah”.
Pelajaran
tauhid ini diambil dari talbiyyah
(Bersambung,
in sya Allah)
Post a Comment