MADRASAH HAJI (4) - PELAJARAN TERBESAR DARI TALBIYYAH

Kaaba, Mecca


Mengambil pelajaran dari manasik haji

Sesungguhnya manasik haji itu hakekatnya adalah sebuah madrasah yang menempa orang-orang yang menunaikannnya dengan ikhlas dan dengan cara yang sesuai Syari'at, menjadi insan yang bertakwa, suci jiwanya, bersih hatinya, kuat imannya.

Dari yang tadinya buruk sebelum haji, lalu menjadi baik, sepulang haji, atau dari baik menjadi bertambah baik !



Perlu diketahui bahwa orang yang berhaji mabrur setidaknya mendapatkan dua keberuntungan besar , yaitu:

1. Pahala yang besar di surga dan ampunan dan peleburan dosa.

2. Pelajaran yang bermanfaat dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalah.

Dari sinilah dikatakan bahwa haji merupakan madrasah tarbawiyyah imaniyyah, sebuah sarana pendidikan iman.



Bahkan salah satu maksud besar dari ibadah haji adalah untuk mendapatkan hal-hal yang bermanfaat.

Allah Ta'ala berfirman :



وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ



(27) Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang (unta-unta tersebut) datang dari segenap penjuru yang jauh. [Al-Hajj : 27]



Maksudnya : unta itu kurus, karena menjalani safar yang jauh dan berat, sebagaimana alasan kekurusan unta ini disebutkan di petikan akhir ayat, yaitu : unta-unta tersebut datang dari segenap penjuru yang jauh.



Llau Allah Ta'ala dalam ayat selanjutnya menjelaskan tentang salah satu maksud besar haji adalah



لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ



(28) supaya mereka memperoleh berbagai manfaat untuk mereka. [Al-Hajj : 28]



Dan manfaat di ayat ini disebutkan dalam bentuk kata jamak مَنَافِعَ , dan bukan kata tunggal serta tidak beralif lam, yang artinya manfaat yang banyak, dan ini menunjukkan keanekaragaman manfaat, baik manfaat ukhrawi maupun duniawi (daging sesembelihan hadyun bagi haji tamattu' dan qiran serta perdagangan yang tidak menyibukkan dari beribadah haji), namun manfaat ukhrawi / keimanan tak bisa dibandingkan dengan manfaat duniawi semata.



Dan memang didalam manasik haji terdapat berbagai macam manfaat yang banyak, baik dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalah.



- Dari rangkaian ibadah haji, bisa diambil pelajaran aqidah (keyakinan), sehingga orang yang telah berhaji aqidahnya lurus, tawakkalnya benar, dan anti syirik, karena lafadz talbiyyah yang bernuansa tauhid, yang saat berhaji diulang-ulang ratusan kali, sehingga diharapkan benar-benar menghujam dalam hatinya.



- Dari rangkaian ibadah haji, bisa diambil pelajaran ibadah, sehingga seseorang sepulang haji semangat menjaga ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepadanya, karena sudah terlatih menjaga ibadah selama menunaikan haji.

- Dalam manasik haji terdapat pelajaran akhlak mulia, sehingga seseorang sepulang haji menjadi penyabar, halus tutur katanya, karena selama berhaji, beralih dari satu tempat ke tempat ibadah, ia terlatih mengendalikan emosinya dan terlatih untuk bersabar.

Itu secara umum, gambaran pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari haji.



Monggo, kita ambil lebih rinci sebagian dari pelajaran-pelajaran yang sangat bermanfaat dari Madrasah Haji.



1. PELAJARAN TERBESAR DARI TALBIYYAH (wajibnya bertauhid dan haramnya syirik)



Pelajaran yang bermanfaat dari Madrasah Haji itu sangatlah banyak, dan pelajaran terbesar dari Madrasah Haji adalah wajibnya bertauhid dan haramnya syirik, yaitu “Mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala semata, dan tidak menyekutukan-Nya, didasari keyakinan hanya Allah sematalah yang berhak disembah”.

Pelajaran tauhid ini diambil dari talbiyyah yang lafazh ini termasuk pertama kali diucapkan oleh seorang yang sedang berhaji, yaitu:



لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ



Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,  aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian yang sempurna, kenikmatan dan alam semesta hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”.

Maksud :

Tiada sekutu bagimu” adalah Ya Allah, Engkau tidak memiliki sekutu dalam peribadahan yang kami lakukan, maka kami hanya beribadah kepada-Mu saja, dan tidak menyekutukan-Mu dalam ibadah tersebut.



Seorang yang sedang berhaji ketika melafazhkan talbiyyah ini selayaknyalah menghayati dalam hatinya tentang kewajiban mengesakan Allah semata dalam peribadahan, dan tidak menyekutukan-Nya, bahwa:

Sebagaimana Allah Ta'ala Esa dalam memberi rezeki, tidak ada sekutu bagi-Nya, maka Allah Ta'ala juga Esa dalam hak diibadahi, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, sehingga seseorang tidak boleh mempersembahkan satupun dari peribadahan kepada selain Allah, tidak boleh berdoa kepada selain Allah, tidak boleh ibadah istighotsah ditujukan kepada selain Allah, tidak boleh ibadah menyembelih hewan dipersembahkan kepada selain Allah, karena semua itu adalah kesyirikan!

Wajib ibadah berdoa dan beristighotsah ditujukan kepada Allah semata, wajib sholat hanya menyembah Allah saja, dan seluruh ibadah lainnya : puasa zakat, dan seluruh ibadah wajib dipersembahkan kepada Allah saja, tidak boleh dipersembahkan kepada selain-Nya.



Inilah ikhlas dalam beribadah, bahwa yang dituju dalam beribadah adalah Allah, menyembah Allah saja demi mengharapkan ridho-Nya.



Sebagaimana ibadah haji itu wajib ikhlas dipersembahkan kepada Allah saja, maka ibadah-ibadah yang lainnya juga harus dikerjakan dengan ikhlas dan dipersembahkan kepada Allah saja.

Jika dipersembahkan kepada selain-Nya, maka berarti menyekutukan Allah dengan selain Allah atau syirik.



Makna tauhid inilah yang hendaknya dihayati oleh seorang yang sedang berhaji ketika melafazhkan lafazh talbiyyah.



Hendaklah seseorang ketika melafazhkan :



لاَ شَرِيْكَ لَكَ



dalam lafazh talbiyyah tersebut, yang artinya: “Tiada sekutu bagi-Mu”, maka : hendaknya ia intropeksi diri, apakah sudah memahami apa itu menyekutukan Allah atau syirik itu? Apakah ia sudah mengenal sarana yang menghantarkan kepada kesyirikan, dan apakah ia sudah mengetahui macam-macam kesyirikan dalam beribadah kepada Allah, karena syirik adalah larangan Allah yang terbesar, keharaman yang terharam dan kezhaliman yang paling zholim, Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ



(13) Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang (ter)besar". [Luqman:13]

Pantas kalau Allah sebutkan status syirik akbar dengan :

1. Allah tidak mengampuni pelaku syirik akbar jika tidak bertaubat. Dalilnya : An-Nisa`: 48



إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا



(48) Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang dibawah tingkatan (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.



2. Allah mengharamkan surga bagi kaum musyrikin. Dalilnya : Al-Maidah: 72



إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ



(72) Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempat kembalinya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu satu penolongpun.



3. Pelaku syirik akbar kekal selamanya di neraka jika mati tidak bertaubat. Dalilnya : Al-Bayyinah:6



إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ



(6) Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.



4. Syirik besar menggugurkan seluruh amal ibadah yang pernah dilakukan oleh pelakunya. Dalilnya : Az-Zumar:65



وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ



(65) Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.



Tauhid inilah inti dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,



Allah Ta'ala berfirman :



وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ



(25) Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian ". [Al-Anbiya':25].



Jaminan keamanan dan petunjuk bagi orang yang mentauhidkan Allah dan tidak syirik, Allah Ta'ala berfirman :



الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ



(82) Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.[Al-An'aam: 82]






Pelajaran yang bermanfaat dari Madrasah Haji itu sangatlah banyak, dan pelajaran terbesar dari Madrasah Haji adalah wajibnya bertauhid dan haramnya syirik, yaitu “Mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala semata, dan tidak menyekutukan-Nya, didasari keyakinan hanya Allah sematalah yang berhak disembah”.

Pelajaran tauhid ini diambil dari talbiyyah




(Bersambung, in sya Allah)

Tidak ada komentar