Modal Dasar Berdoa pada Allah (6)


Penjelasan Ibnu Rajab rahimahullah tentang Hadits Abu Dzar radhiyallahu ’anhu

Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

“(Kandungan) Hadis ini menunjukkan bahwa seluruh makhluk membutuhkan Allah Ta’ala untuk mendapatkan maslahat mereka,dan menolak mudarat (kerugian, kerusakan dan bahaya) dari mereka dalam perkara agama maupun dunia mereka.

Dan juga menunjukkan bahwa (hakikatnya) hamba tidaklah memiliki (kekuasaan) apapun dalam hal itu untuk diri mereka. Disamping itu hadis ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang Allah tidak menganugerahi petunjuk dan rezeki, maka Allah akan menghalangi keduanya (untuk mereka) di dunia, dan barangsiapa yang Allah tidak menganugerahi ampunan atas dosa-dosanya, niscaya dosa-dosanya akan membinasakannya di akhirat”. [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam: 2/37-38].

Jadi, seluruh perkara tergantung kepada Allah Ta’ala, baik itu terkait dengan hidayah, rezeki, keselamatan, kesehatan, dan selainnya.

Apa saja yang Allah Ta’ala kehendaki dari hal itu untuk hamba-Nya, niscaya hal itu pasti terjadi, namun sebaliknya, apa saja yang Allah Ta’ala tidak kehendaki, pastilah hal itu tidak akan terealisasi!

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82).

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah sesuatu itu!.” (QS. An-Nahl: 40).

Apabila Allah Ta’ala menghendaki untuk memberi anugerah atau mengazab atau selain keduanya, maka Allah Ta’ala berfirman:

“Kun (jadilah)”, maka jadilah sesuatu itu!

Jika demikian halnya, maka bagaimana seseorang bisa bersandar hatinya kepada selain-Nya, meminta perlindungan kepada selain-Nya,serta berdoa kepada selain-Nya?!

Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut:17).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

“Seorang hamba haruslah mendapatkan rezeki, dan dia (benar-benar) membutuhkan rezeki, maka apabila ia memohon rezeki untuknya kepada Allah, maka ia menjadi hamba Allah, lagi membutuhkan-Nya. Namun apabila ia memohon rezeki tersebut kepada makhluk, maka ia menjadi hamba makhluk itu, dan membutuhkan makhluk tersebut”. 
[Al-‘Ubudiyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hal. 22].

Tidak ada komentar