Keutamaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Dalam Al-Qur’an (1) - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat semangat berdakwah dan mendidik umatnya

Keutamaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Dalam Al-Qur’an (1)


Alhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Mengetahui keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong seseorang untuk mencintainya, mengikutinya dan ta’at kepadanya, karena ia mengetahui demikian banyak keutamaan dan keistimewaan yang Allah anugerahkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, berupa keindahan sifatnya, akhlaknya, kebaikannya atas umat ini serta seluruh keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang paling mulia di sisi Allah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keutamaan yang sangat tinggi, yang tidak bisa dicapai seorangpun dari seluruh makhluk yang lain di alam semesta ini. Di antara keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan di dalam Al-Qur’an dan ada pula yang disebutkan di dalam hadits. Beberapa keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur`an adalah:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sayang dan mencintai umatnya

Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (kebaikan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah:128)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
وقوله : {عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ} أي : يعز عليه الشيء الذي يعنت أمته ويشق عليها  …وفي الصحيح :”إن هذا الدين يسر”  وشريعته كلها سهلة سمحة كاملة ، يسيرة على من يسرها الله تعالى عليه .
“Dan firman-Nya {عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ}, maksudnya sangat berat bagi beliau sesuatu yang memberatkan umatnya dan menyulitkannya dan dalam Hadits shahih, ‘Sesungguhnya agama ini mudah’, dan syari’at-Nya semuanya mudah gampang lagi sempurna, mudah bagi orang yang Allah Ta’ala mudahkan.”
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan,
{‏حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ‏}‏ فيحب لكم الخير، ويسعى جهده في إيصاله إليكم، ويحرص على هدايتكم إلى الإيمان، ويكره لكم الشر، ويسعى جهده في تنفيركم عنه‏.‏ ‏{‏بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ‏}‏ أي‏:‏ شديد الرأفة والرحمة بهم، أرحم بهم من والديهم‏.‏
ولهذا كان حقه مقدمًا على سائر حقوق الخلق، وواجب على الأمة الإيمان به، وتعظيمه، وتعزيره، وتوقيره
“{‏حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ‏}, maka dia mencintai kebaikan untuk kalian dan berusaha dengan keras menyampaikan kebaikan kepada kalian, dan bersemangat memberi petunjuk kalian kepada keimanan dan membenci keburukan menimpa kalian, berusaha dengan keras agar kalian jauh darinya. ‏{‏بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ‏}‏, maksudnya sangat belas kasihan lagi penyayang kepada mereka, melebihi kasih sayang orangtua mereka sendiri kepada diri mereka. Oleh karena inilah hak beliau didahulukan atas hak-hak seluruh makhluk, dan wajib umat ini beriman kepada beliau, mengagungkannya, menghormatinya dan memuliakannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat semangat berdakwah dan mendidik umatnya.

Allah Ta’ala berfirman
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan As-Sunnah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali ‘Imraan:164).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
وقوله : { لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم } أي : من جنسهم ليتمكنوا من مخاطبته وسؤاله ومجالسته والانتفاع به
“Dan firman Allah  {لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ} maksudnya (Allah mengutus seorang Rasul) dari jenis mereka (manusia), agar mereka bisa berkomunikasi dengannya, bertanya kepadanya, duduk menemaninya dan mengambil manfaat darinya.”
Beliau juga berkata:
فهذا أبلغ في الامتنان أن يكون الرسل إليهم منهم ، بحيث يمكنهم مخاطبته ومراجعته في فهم الكلام عنه ، ولهذا قال : { يتلو عليهم آياته } يعني : القرآن  {ويزكيهم } أي : يأمرهم بالمعروف وينهاهم عن المنكر لتزكو نفوسهم وتطهر من الدنس والخبث الذي كانوا متلبسين به في حال شركهم وجاهليتهم { ويعلمهم الكتاب والحكمة } يعني : القرآن والسنة { وإن كانوا من قبل } أي : من قبل هذا الرسول { لفي ضلال مبين } أي : لفي غي وجهل ظاهر جلي بين لكل أحد
“Hal ini merupakan bentuk mengingatkan atas nikmat yang paling mengena, yaitu (Allah jadikan) para Rasul-Nya yang diutus kepada mereka dari jenis mereka sendiri (manusia), sehingga memungkinkan mereka berkomunikasi dan menemuinya untuk bertanya tentang maksud ucapannya. Oleh karena itulah Allah berfirman: {يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ} maksudnya (membacakan) Al-Qur`an, {وَيُزَكِّيهِمْ} (membersihkan jiwa mereka) maksudnya memerintahkan mereka untuk melakukan perkara yang ma`ruf dan melarang mereka dari berbuat kemungkaran, agar suci jiwa-jiwa mereka dan bersih dari kotoran serta keburukan yang dulu mereka lakukan ketika masih tenggelam dalam kesyirikan dan jahiliyyah.  {وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ} maksudnya (Mengajarkan) Al-Qur`an dan As-Sunnah, {وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ} maksudnya sebelum (pengutusan ) Rasulullah ini, لَفِي} ضَلَالٍ مُبِينٍ} maksudnya (mereka) benar-benar dalam penyimpangan dan kebodohan yang nampak jelas dan nyata  bagi setiap orang.
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
{ ويزكيهم } من الشرك، والمعاصي، والرذائل، وسائر مساوئ الأخلاق
“{وَيُزَكِّيهِمْ} (membersihkan ) dari kesyirikan, kemaksiatan dan perkara-perkara yang hina dan akhlak-akhlak yang buruk.”
Beliau juga berkata:
{ وإن كانوا من قبل } بعثة هذا الرسول { لفي ضلال مبين } لا يعرفون الطريق الموصل إلى ربهم، ولا ما يزكي النفوس ويطهرها، بل ما زين لهم جهلهم فعلوه، ولو ناقض ذلك عقول العالمين
“{وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ} (sebelum) pengutusan Rasulullah ini, {لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} tidak mengetahui jalan yang menghantarkan kepada Rabb mereka, tidak pula menghantarkan kepada sesuatu yang dapat mensucikan jiwa dan membersihkannya, bahkan sesuatu yang dihiasi oleh kebodohan merekapun, mereka lakukan walaupun bertentangan dengan akal  sehat seluruh makhluk yang lainnya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah saksida’i ilallah pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan serta cahaya yang menerangi.

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
(45) Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
(46) dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (A-Ahzaab: 45-46).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Sifat-sifat (dalam Ayat) ini, yang Allah sifati dengannya Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah tujuan, inti dan perkara yang pokok dari diutusnya beliau (menjadi seorang Rasul), yang menjadi ciri khas beliau. Dan perkara tersebut yaitu lima sifat.”
Pertama
Beliau sebagai {شَاهِدًا }, maksudnya beliau menjadi saksi atas umatnya berkenaan dengan perbuatan yang mereka lakukan, baik itu perbuatan kebaikan maupun keburukan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
{لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا}
Agar kalian (umat Islam) menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.” (Al-Baqarah:143)
{ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا }
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila     Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).” (An-Nisa`:41).  Beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang saksi yang adil dan diterima persaksiannya.
Kedua dan ketiga
Beliau sebagai (pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan) {مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا}  dan ini mengharuskan untuk disebutkan siapakah orang yang diberi kabar gembira dan peringatan, serta apakah isi kabar gembira dan peringatannya tersebut beserta amal yang menyebabkannya. Adapun orang yang diberi kabar gembira adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa yang menggabungkan antara iman, amal shalih dan meninggalkan kemaksiatan, maka mereka berhak mendapatkan kabar gembira di kehidupan dunia, berupa semua balasan yang baik, baik balasan duniawi maupun agama, sebagai buah manis dari keimanan dan ketakwaan. Sedangkan di akherat berupa kenikmatan yang kekal.
Semua hal ini mengharuskan disebutkannya perincian tentang perkara tersebut (isi kabar gembira), berupa perincian amal shalih, bentuk-bentuk ketakwaan, dan berbagai macam pahala (balasan yang baik). Adapun orang diberi peringatan, mereka adalah orang-orang yang berbuat dosa lagi zhalim, maka mereka pantas mendapatkan peringatan di dunia berupa hukuman duniawi dan agama, sebagai dampak buruk kejahilan dan kezhalimannya. Di Akhirat, pantas mendapatkan siksa pedih dan adzab yang lama. Perincian hal ini ada dalam ajaran yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa, baik dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah yang mencakup hal tersebut.
Keempat
{دَاعِيًا إِلَى اللَّهِ } Maksudnya ( beliau sebagai da’i yang) Allah utus mengajak makhluk menuju kepada Rabb mereka, membawa mereka untuk dimuliakan oleh-Nya dan memerintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya yang mereka memang diciptakan untuk itu (beribadah kepada-Nya), hal ini menunjukkan konsekuensi keistiqamahan beliau di atas ajaran yang beliau serukan, dan menunjukkan keharusan penyebutan perincian isi dakwah beliau berupa mengenalkan kepada mereka tentang sifat-sifat Rabb mereka yang suci, mensucikan-Nya dari sesuatu yang tidak layak dengan keagungan-Nya, menyebutkan berbagai macam ibadah dan cara berdakwah yang paling mudah mengantarkan kepada Allah, memberikan haknya masing-masing kepada setiap yang berhak, memurnikan dakwah dengan ikhlas karena Allah, bukan mengajak kepada dirinya dan bukan untuk memuliakan dirinya, sebagaimana hal ini terjadi pada banyak orang dalam masalah ini. Semua itu terjadi dengan izin, perintah, kehendak dan taqdir  Allah Ta’ala atas diri beliau dalam berdakwah.
Kelima
Beliau sebagai (cahaya yang menerangi) {سِرَاجًا مُنِيرًا }, ini berarti bahwa (sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) makhluk berada dalam kegelapan yang besar, tidak ada cahaya yang dengannya mereka mendapatkan petunjuk dan tidak ada pula ilmu yang dengannya mereka  mendapatkan petunjuk dalam kebodohan mereka hingga Allah pun utus Nabi yang mulia ini, maka Allah sinari kegelapan-kegelapan itu dengan kehadiran beliau, Dia mengajarkan ilmu (agar mereka keluar) dari kebodohan-kebodohan dengan kehadiran beliau, dan dengan kehadiran beliau pula, Allah memberi petunjuk orang-orang yang sesat kepada jalan-Nya yang lurus. Maka jadilah beliau sosok (da’i) yang lurus, beliau telah menjelaskan jalan yang lurus kepada mereka, merekapun berjalan mengikuti sang imam ini, dan mereka mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, serta (bisa membedakan) orang yang berbahagia dengan orang yang celaka, melalui beliau.
Mereka mengambil cahaya dengan diutusnya beliau sebagai Rasul untuk mengetahui sesembahan mereka yang hak, dan mengenal-Nya melalui sifat-sifat-Nya yang terpuji, perbuatan-perbuatan-Nya yang benar dan hukum-hukum-Nya yang lurus.
***
Insyaallah akan berlanjut kepada Keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur`an (2).

Diolah dari transkip ceramah Syaikh Rabi’ Al-Madkholi hafizhahullah di http://www.sahab.net/forums/?showtopic=132217 , dengan tambahan tafsir diambilkan dari : http://quran.ksu.edu.sa/.

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.Or.Id

Tidak ada komentar